Header Ads

Anak SMK dan Guru Pelayaran.




Sekarang memang jaman serba canggih. Berkat internet, tukang nasi goreng pun bisa dapat pacar lewat facebook. Tapi Rahmad, 28, memang kelewat ceroboh. Ada cewek ngaku gadis lewat FB, langsung dipacari dan dinikahi. Padahal “gadis” Karmilah, 27, masih istri sah orang lain. Celaka nggak, duit sudah banyak melayang, istri kembali diambil orang.

Ilmu apa sekarang bisa diunduh lewat internet, termasuk cara-cara dapat gebedan baru. Dimulai dengan cating-catingan, dua makluk berlawanan jenis bisa bertemu di dunia maya, lalu kemudian dilanjutkan di dunia nyata. Kadang ketemu pasangan yang jujur, tapi banyak pula yang sekedar penipuan. Katanya perawang ting-ting, nggak tahunya di rumah sudah ada suami yang suka tingkrang-tingkring (naik melulu).

Tukang nasi goreng bernama Rahmad, rupanya termasuk lelaki yang tak mau ketinggalan mode. Biar kerjanya menggoreng nasi campur telur, dia juga ahli main internetan. Jika sudah main cating di warnet, lupa deh dengan pekerjaan aslinya. Dia terus asyik berdialog lewat dunia maya, dengan Karmilah yang mengaku tinggal di Jambi. Ini memang pacaran gaya murah meriah. Dari Bandung ke Jambi bila didatangi langsung, bisa habis uang jutaan. Tapi lewat FB, paling-paling habis Rp 10.000,-

Inilah kemudian penyakit umumnya kaum lelaki. Bila sudah merasa akrab lewat dunia maya, kepengin pula ketemu langsung di dunia nyata. Benar nggak lawan FB-nya itu cantik? Jangan-jangan pinjam foto orang. Ketika Karmilah diundang ke Bandung, ternyata dia tak keberatan. Tentu saja Rahmad gembira bukan buatan. Dia bakal ketemu doi yang selalu dibayangkan selama ini. “Jika cantik dan sesuai dengan selera, dari koalisi perlu dilanjutkan dengan eksekusi,” begitu tekad si tukang nasi goreng.

Agustus 2011 benar-benar Karmilah ke Bandung naik pesawat Jambi – Jakarta, lalu dilanjutkan dengan perjalanan KA Gambir – Bandung. Ketika ketemu langsung di kota kembang, baik Karmilah maupun Rahmad sama-sama cocok. Karena foto-foto yang dikirim lewat dunia maya, seindah aslinya. Cantik di internet, cantik pula di dunia nyata. Rahmad pun makin kesengsem. Ibaratnya sebuah duren, ingin rasanya dia segera “mbelah”, tebal nggak sih dagingnya?

Tepat seperti rencana semula, Rahmad menginginkan “koalisi” ini secara permanen, sehingga bisa dilanjutkan dengan eksekusi. Ternyata Karmilah juga tidak keberatan. Entah bagaimana caranya, keduanya pun menikah. Tapi karena katanya di Jambi punya pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan, Karmilah kembali lagi ke kota asal. Dengan berat hati si tukang nasi goreng melepaskan. “Yah, nanti bulan depan saya susul ke Jambi,” ujar Rahmad memberi Jambi.

Istri yang baru beberapa hari dinikahi itu pun segera kembali ke Jambi. Sebagai pengantin baru, tentu saja tak bisa lama-lama pisah dengan pasangan. Maklum, kemarin “test drive” baru bebera kali, sehingga Rahmad merasa belum lancar benar. Tapi untuk segera menyusul ke sana, penghasilannya sebagai tukang nasi goreng tak bisa mengejarnya. Naik pesawat yang murah sekalipun, minimal di kantong harus ada Rp 3-4 juta, karena nantinya harus memboyong sekalian Karmilah tercinta.

Karena keterbatasan anggaran tersebut, Rahmad harus banyak menabung. Walhasil baru bulan Januari 2012 ini dia bisa menyusul Karmilah ke Jambi. Begitu ketemu langsung saja sang istri dibawa ke bandara Sultan Taha Jambi, untuk segera kembali ke Bandung. Tapi celaka tiga belas, baru turun dari taksi Rahmad sudah dicegat polisi dan ditangkap. Dia dituduh melarikan bini orang. Karena Karmilah selama ini masih istri sah Jamin, 35, warga Jambi.

Akhirnya Rahmad batal naik pesawat memboyong Karmilah. Justru dia kini ditahan di Polres setempat. Jamin selaku saksi korban menjelaskan bahwa hingga saat ini belum pernah menceraikan istrinya. Melihat dokumen-dokumen yang ditunjukkan suami Karmilah, tukang nasi goreng ini hanya tunduk terpaku. Kenapa dia dulu begitu ceroboh. Bahkan kini polisi juga mengusutnya, dengan cara apa dia menikah dulu. Kawin siri, apakah nikah resmi? “Siapa pun yang terlibat, akan kita usut,” kata petugas.

No comments

Powered by Blogger.