Kebudayaan yang tercipta hingga sekarang ini memiliki peninggalan yang bersejarah dari zaman dahulu di mana kita dapat menikmati peninggalan tersebut hingga saat ini. Di lihat dari usianya, rata-rata bangunan-bangunan bersejarah tersebut berusia lebih dari seratus tahun. Bangunan-bangunan yang sampai saat ini berdiri kokoh tersebut bisa menjadi sarana pengetahuan untuk anak-anak generasi masa kini. Di antara sekian banyak lokasi bersejarah, berikut tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai wisata sejarah:
Bangunan Museum Airlangga
Kediri memiliki wuwungan bertingkat dan dinding kaca di sekeliling bangunan museum. Papan nama Museum Airlangga terbuat dari kayu berukuran cukup besar di tempel di bagian depan museum. Nama museum diambil dari nama Raja Airlangga, yang lahir di Bali pada 990 dan diduga meninggal di Belahan 1049, pendiri Kerajaan Kahuripan yang memerintah pada 1009-1042 dan bergelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Bangunan Museum Airlangga Kediri memiliki wuwungan bertingkat dan dinding kaca di sekeliling bangunan museum. Papan nama Museum Airlangga terbuat dari kayu berukuran cukup besar di tempel di bagian depan museum.Ada pula koleksi Arca Nandi, Lembu kendaraan Shiwa, serta koleksi arca batu lainnya yang diletakkan di bagian kanan Museum Airlangga. Nandi adalah lambang moral, keadilan, dan kekuatan, yang biasanya dibuat dalam posisi badan mendekam dengan kaki depan siap berdiri, yang menunjukkan kesiapan menerima perintah Shiwa.
2. Candi Setono Gedong
|
Candi Setono Gedong |
|
Candi Setono Gedong |
Setonogedong diyakini kelurahan paling tua di Kota Kediri. Diambil dari nama candi Astana Gedong kini lokasinya dikenal sebagai makam Setonogedong. Pada masa kerajaan Singosari, saat pemerintahan Mahesa Campaka di Daha (Kadhiri), daerah Setonogedong adalah candi kerajaan yang digunakan untuk pemujaan Dewa Wisnu. Candi itu dinamakan candi Astana Gedong. “Astana itu bisa disebut sebagai Istana, kata Gedong artinya besar. Waktu itu, Astana Gedong memang dikenal sebagai candi yang besar’' kata Mohamad Yusuf Wibisono, 46, warga Kelurahan Setonogedong.
Artefak itu berupa lapik arca berelief garudeya (garuda) yang merupakan sebuah burung tunggangan atau wahana dari dewa wisnu yang di atasnya ditambah Padmasana relief bunga teratai ganda sebagai lambang kesucian dan kebangkitan sesudah mati. Menurut pria yang juga juru kunci makam Setonogedong ini, saat itu Astana Gedong yang diyakini sebagai candi akhirnya mulai berubah peran saat masuknya agama Islam pada kurun waktu 1514-1523 M.
3. Museum Fotografi Kediri |
Museum Fotografi Kediri |
Museum Fotografi adalah wisata kediri yang tempat koleksi kamera smartphone hingga kamera poket dan DSLR dan kamera jaman dulu. Untuk pengunjung yang hoby photo – photo kunjungi lah wisata ini karena banyak koleksi dari kamera tersebut dan anda juga bisa menambah pengetahuan di museum ini. Museum Fotografi mempunyai koleksi sebanyak 300 foto selebihnya tersimpan di museum yang awalnya koleksi foto lama. Museum Fotografi berlokasi di Kabupaten kediri, Jawa Timur
4. Kelenteng Tjoe Hwie Kiong |
Kelenteng Tjoe Hwie Kiong |
Kelenteng Tjoe Hwie Kiong adalah sebuah kelenteng Tri Dharma yang terawat dan indah, yang berada Jl. Yos Sudarso No 148, Kediri, Jawa Timur. Namun untuk memotret bagian dalam Kelenteng Tjoe Hwie Kiong diperlukan kesabaran dan sedikit usaha
, karena pada mulanya kami hanya diperbolehkan memotret bagian luar Kelenteng Tjoe Hwie Kiong saja.
|
Kelenteng Tjoe Hwie Kiong |
Pintu gerbang Kelenteng Tjoe Hwie Kiong dengan dinding yang juga bermotif susunan bata berwarna merah menyala dan garis kuning. Lubang masuk ke dalam kelenteng berbentuk lengkung bertulis “Yayasan Tri Dharma Tjoe Whie Kiong Kediri”, dan hiasan guci serta bunga berbentuk lidah api ada di atas temboknya. Memasuki halaman kelenteng Tjoe Hwie Kiong terlihat patung Burung Hong, semacam burung Phoenix, berukuran besar dengan detail ukiran yang sangat indah. Jumbai-jumbai ekor pendeknya menyerupai lidah-lidah api kemerahan dengan tiga bulu ekornya menjuntai panjang seakan hendak merengkuh bola matahari di atasnya.
5. Gereja Merah GPIB Kediri |
Gereja Merah GPIB Kediri |
Gereja ini pertama kali dibangun oleh orang Belanda JA Broers pada tahun 1904. JA Broers yang kala itu seorang pendeta diutus pemerintahan Hindia Belanda untuk mengajarkan agama protestan di Kediri . Sebutan Gereja Merah mulai digunakan pada tahun 1994, sebelumnya gereja ini berwarna putih gading. Kemudian gereja ini seluruhnya dicat merah untuk menghemat biaya perawatan, sehingga masyarakat menyebutnya Gereja Merah. Hingga kini Gereja Merah menjadi satu-satunya gereja Se-Karisidenan Kediri yang menjadi cagar budaya
|
Gereja Merah GPIB Kediri |
Gereja Merah baru mengalami satu kali pemugaran pada tahun 2005 lalu. Selain bangunan, interior gedung juga masih asli, seperti kaca jendela, balkon, kursi, kayu penyangga.Gereja ini juga menyimpan kitab injil kuno berbahasa Belanda yang dibuat tahun 1867. Juga terdapat koleksi empat buah gelas kuno terbuat dari bahan perunggu. Menurut pengurus gereja, Pendeta
Mery Gimon, pengurus mengaku kesulitan merawat gereja ini.
Sebutan Gereja Merah mulai digunakan pada tahun 1994, sebelumnya gereja ini berwarna putih gading. Kemudian gereja ini seluruhnya dicat merah untuk menghemat biaya perawatan, sehingga masyarakat menyebutnya Gereja Merah. Hingga kini Gereja Merah menjadi satu-satunya gereja Se-Karisidenan Kediri yang menjadi cagar budaya
Nah, jika Anda berencana mengunjungi Kota Kediri, ada baiknya singgah di lokasi-lokasi di atas. Dijamin, Anda bisa berkesempatan menjelajah sebuah peradaban yang belum pernah Anda singgahi sebelumnya. Sebuah peninggalan dari zaman baheula.
Follow Blog Orang IT dan Like FansPage Helmykkediricomp serta untuk Donasi kepada Admin jangan lupa klik iklan yang ada di blog ini sekian dan terimakasih
No comments