Menjadi Guru Swasta? Apa Rencana Anda?
Menjadi Guru Swasta? Apa Rencana Anda?
Sebenarnya menjadi Guru itu tak ada kasta, apakah dia guru PNS atau bukan. Tetapi faktanya banyak rekan Guru yang kerap membanding-bandingkan kesejahteraan Guru swasta dan Guru pegawai negeri sipil. Katanya Guru PNS lebih sejahtera karena gaji standar sesuai golongan, ada banyak tunjangan baik sertifikasi guru, maupun tunjangantunjangan lainnya. Plus bonus pensiun diakhir masa baktinya. Berbeda dengan Guru yang mengajar di sekolah swasta, yang untuk kebanyakan sekolah swasta nasib Gurunya sama dengan guru honorer lainnya, gaji yang kecil, tidak ada tunjangan, sekalipun ada tunjangan sertifikasi guru nyatanya tidak semua guru swasta bisa dengan mudah mendapatkannya. Memang ada sekolah-sekolah swasta yang level gajinya standar PNS bahkan mungkin lebih baik, tapi itu hanya di ada di kota-kota besar dan bisa diitung dengan jari. Untuk itu seorang Guru swasta mesti merencanakan benar proses kehidupannya kedepan. Tulisan ini mencoba menuangkan "gelisah" hati dan terawangan ide-ide yang mungkin bermanfaat bagi para Guru swasta, terutama buat saya sendiri.
Saya ketawa geli ketika membaca tulisan di blog ini: masedlolur, yang mengejawantahkan kata swasta menjadi akronim dari "was-was" dan "menderita". Jadi Guru swasta itu sama dengan Guru was-was dan menderita.Tulisan dalam blog tersebut mungkin ingin menggambarkan potret buram dari keadilan yang diterima oleh para Guru swasta tersebut.
Saya sebagai Guru swasta walau tidak terlalu was-was dan menderita hehe, merasakan benar ketidak adilan tersebut, terlebih kalau sudah berbicara segala hal yang menyangkut urusan duit dari pemerintah. Lantaran itu, sudah selayaknya Guru swasta mulai berpikir untuk melupakan "keadilan" dari pemerintah. Mulailah merencanakan prospek kehidupannya sendiri. Berhentilah mengisi banyak form isian untuk mengharap tunjangan dari pemerintah, tetapi mulailah mengisi form rencana kedepan untuk kehidupan yang lebih baik daripada sekedar guru was-was dan menderita.
Bagi rekan guru swasta yang usianya dibawah 25 dan belum berkeluarga, ketidak adilan yang diterima tidak begitu berpengaruh, tetapi berbeda dengan rekan guru yang sudah berumur dan berkeluarga, ketidak adilan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laju kehidupan rumah tangganya.
Mulailailah bertanya pada diri "apakah ingin jadi guru swasta selamanya?"
Kesuksesan memang tidak mengenal usia, ada yang masih sangat muda tetapi sudah sukses, tetapi ada juga yang baru sukses ketika memasuki usia "sepuh". Tetapi, kita sebagai manusia yang diwajibkan untuk terus berikhtiar, maka mempunyai tugas untuk mengubah kehidupan kita untuk lebih baik. Sebab, berharap mendapat kehidupan yang layak bukanlah sebuah keegoisan semata, melainkan ada tanggungjawab terhadap anak, istri dan keluarga kita sekarang dan nanti.
Karenanya kita membutuhkan tabungan finansial, dan aset lainnya yang nantinya bisa membantu anak-anak kita dalam meraih cita-citanya. Untuk itu, apakah kita akan memilih jadi Guru swasta selamanya dengan nilai kesejahteraan yang sangat kecil?
Menjadi Guru adalah pilihan hidup, tetapi kita juga tidak menapikan bahwa ada kebutuhan lainnya selain pilihan hidup tadi. Terlebih ketika usia kita sudah tidak lagi muda. Inilah pertanyaan yang harus dijawab. Jawaban itu adalah planing hidup anda kedepan. Action atau aksi memang lebih baik ketimbang rencana, tetapi merencanakan sesuatu yang baik itu tidaklah buruk ketimbang tidak melakukan apa-apa untuk kehidupan kita kedepan.
Kalau sekarang sudah bekerja 5,6,7 atau 10 tahun sebagai Guru swasta, apakah tidak mencoba mengevaluasi diri dengan waktu yang sudah dihabiskan selama bertahun-tahun tersebut untuk sebuah pekerjaan yang mungkin itu mulia, tetapi menapikan urgensi lainnya sebagai kepala keluarga mislanya, yang harus memikirkan sandang, pangan dan papan keluarga. Dan kalau itu tidak bisa terpenuhi dari pekerjaan tersebut, apakah bertahan adalah pilihan yang baik?
Apa rencana anda?
Guru, pastilah seorang sarjana dengan background pendidikan tinggi masing-masing. Dengan baackground tersebut, itu bisa menjadi modal untuk melakukan banyak hal dalam proses merubah tarap hidup yang lebih baik.
Tapi gelar sarjana itu tidak berarti apa-apa ketika diri hanya "pasrah" dengan profesi sebagai guru swasta saat ini. Sebaiknya kita memulai rencana, walau ini mungkin terlambat. Kita bisa membuka lembaga kursus, les privat, bimbingan belajar, konsultan pendidikan, atau mencoba wira usaha lainnya diluar topik pendidikan.
Ada celetukan yang sebenarnya ini motivasi, dari rekan saya di facebook. "senyaman-nyamanya guru swasta akan lebih nyaman lagi jika menjadi guru di sekolahan sendiri" maksudnya, walaupun saat ini nyaman dengan mengajar di sekolah swasta elit sekalipun, tapi akan lebih nyaman lagi jika sekolah tempat mengajarnya adalah milik sendiri. Jadi, bermimpilah untuk memiliki sekolah sendiri.
Jadi, guru swasta itu harus berencana untuk prospek masa depannya sendiri. Ketika beberapa tahun mengajar di sekolah milik orang lain, maka bersiap-siaplah suatu waktu mengambil keputusan mundur dan membangun sendiri yayasan pendidikan dan mulai mengelolanya.
Sebenarnya menjadi Guru itu tak ada kasta, apakah dia guru PNS atau bukan. Tetapi faktanya banyak rekan Guru yang kerap membanding-bandingkan kesejahteraan Guru swasta dan Guru pegawai negeri sipil. Katanya Guru PNS lebih sejahtera karena gaji standar sesuai golongan, ada banyak tunjangan baik sertifikasi guru, maupun tunjangantunjangan lainnya. Plus bonus pensiun diakhir masa baktinya. Berbeda dengan Guru yang mengajar di sekolah swasta, yang untuk kebanyakan sekolah swasta nasib Gurunya sama dengan guru honorer lainnya, gaji yang kecil, tidak ada tunjangan, sekalipun ada tunjangan sertifikasi guru nyatanya tidak semua guru swasta bisa dengan mudah mendapatkannya. Memang ada sekolah-sekolah swasta yang level gajinya standar PNS bahkan mungkin lebih baik, tapi itu hanya di ada di kota-kota besar dan bisa diitung dengan jari. Untuk itu seorang Guru swasta mesti merencanakan benar proses kehidupannya kedepan. Tulisan ini mencoba menuangkan "gelisah" hati dan terawangan ide-ide yang mungkin bermanfaat bagi para Guru swasta, terutama buat saya sendiri.
Saya ketawa geli ketika membaca tulisan di blog ini: masedlolur, yang mengejawantahkan kata swasta menjadi akronim dari "was-was" dan "menderita". Jadi Guru swasta itu sama dengan Guru was-was dan menderita.Tulisan dalam blog tersebut mungkin ingin menggambarkan potret buram dari keadilan yang diterima oleh para Guru swasta tersebut.
Saya sebagai Guru swasta walau tidak terlalu was-was dan menderita hehe, merasakan benar ketidak adilan tersebut, terlebih kalau sudah berbicara segala hal yang menyangkut urusan duit dari pemerintah. Lantaran itu, sudah selayaknya Guru swasta mulai berpikir untuk melupakan "keadilan" dari pemerintah. Mulailah merencanakan prospek kehidupannya sendiri. Berhentilah mengisi banyak form isian untuk mengharap tunjangan dari pemerintah, tetapi mulailah mengisi form rencana kedepan untuk kehidupan yang lebih baik daripada sekedar guru was-was dan menderita.
Bagi rekan guru swasta yang usianya dibawah 25 dan belum berkeluarga, ketidak adilan yang diterima tidak begitu berpengaruh, tetapi berbeda dengan rekan guru yang sudah berumur dan berkeluarga, ketidak adilan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laju kehidupan rumah tangganya.
Mulailailah bertanya pada diri "apakah ingin jadi guru swasta selamanya?"
Kesuksesan memang tidak mengenal usia, ada yang masih sangat muda tetapi sudah sukses, tetapi ada juga yang baru sukses ketika memasuki usia "sepuh". Tetapi, kita sebagai manusia yang diwajibkan untuk terus berikhtiar, maka mempunyai tugas untuk mengubah kehidupan kita untuk lebih baik. Sebab, berharap mendapat kehidupan yang layak bukanlah sebuah keegoisan semata, melainkan ada tanggungjawab terhadap anak, istri dan keluarga kita sekarang dan nanti.
Karenanya kita membutuhkan tabungan finansial, dan aset lainnya yang nantinya bisa membantu anak-anak kita dalam meraih cita-citanya. Untuk itu, apakah kita akan memilih jadi Guru swasta selamanya dengan nilai kesejahteraan yang sangat kecil?
Menjadi Guru adalah pilihan hidup, tetapi kita juga tidak menapikan bahwa ada kebutuhan lainnya selain pilihan hidup tadi. Terlebih ketika usia kita sudah tidak lagi muda. Inilah pertanyaan yang harus dijawab. Jawaban itu adalah planing hidup anda kedepan. Action atau aksi memang lebih baik ketimbang rencana, tetapi merencanakan sesuatu yang baik itu tidaklah buruk ketimbang tidak melakukan apa-apa untuk kehidupan kita kedepan.
Kalau sekarang sudah bekerja 5,6,7 atau 10 tahun sebagai Guru swasta, apakah tidak mencoba mengevaluasi diri dengan waktu yang sudah dihabiskan selama bertahun-tahun tersebut untuk sebuah pekerjaan yang mungkin itu mulia, tetapi menapikan urgensi lainnya sebagai kepala keluarga mislanya, yang harus memikirkan sandang, pangan dan papan keluarga. Dan kalau itu tidak bisa terpenuhi dari pekerjaan tersebut, apakah bertahan adalah pilihan yang baik?
Apa rencana anda?
Guru, pastilah seorang sarjana dengan background pendidikan tinggi masing-masing. Dengan baackground tersebut, itu bisa menjadi modal untuk melakukan banyak hal dalam proses merubah tarap hidup yang lebih baik.
Tapi gelar sarjana itu tidak berarti apa-apa ketika diri hanya "pasrah" dengan profesi sebagai guru swasta saat ini. Sebaiknya kita memulai rencana, walau ini mungkin terlambat. Kita bisa membuka lembaga kursus, les privat, bimbingan belajar, konsultan pendidikan, atau mencoba wira usaha lainnya diluar topik pendidikan.
Ada celetukan yang sebenarnya ini motivasi, dari rekan saya di facebook. "senyaman-nyamanya guru swasta akan lebih nyaman lagi jika menjadi guru di sekolahan sendiri" maksudnya, walaupun saat ini nyaman dengan mengajar di sekolah swasta elit sekalipun, tapi akan lebih nyaman lagi jika sekolah tempat mengajarnya adalah milik sendiri. Jadi, bermimpilah untuk memiliki sekolah sendiri.
Jadi, guru swasta itu harus berencana untuk prospek masa depannya sendiri. Ketika beberapa tahun mengajar di sekolah milik orang lain, maka bersiap-siaplah suatu waktu mengambil keputusan mundur dan membangun sendiri yayasan pendidikan dan mulai mengelolanya.
No comments