Header Ads

REVIEW RUANG PUTAR SINEMA: FILM PENDEK KARYA SINEMATOGRAFI AIRLANGGA

 
  007

Hallo guys ... hari ini gue akan kasih postingan yang super-spesial nih buat kalian. Kali ini gue akan menyorot film-film pendek bikinan anak-anak Unair lewat acara pemutaran berjudul “Ruang Putar Sinema”. Kenapa kok gue bisa nyasar di sini. kebetulan, salah satu sutradara yang filmnya terpilih diputar di acara ini adalah temen grup Line gue, Bang Nocha (masuknya aja gue nyamar jadi mahasiswa Uniar hihihi). Bahkan film yang dibikin Bang Nocha terinspirasi dari salah satu cerita horor nyata yang pernah di-share salah satu member Line gue, Aisyah Jawas alias Eca di grup Line. Acara pemutaran film ini diadakan pada 31 Oktober 2015 (pas Halloween) dan filmnya Bang Nocha jadi penutup pula (diputer malam-malam) padahal genrenya jelas-jelas horor. Kaga tau tuh sengaja apa kaga.

013

Di acara yang dimulai dari jam 15.30 hingga jam 9 malam ini, total diputar 11 film yang terbagi dalam 3 sesi. Namun nggak semua akan gue review, yaaaah cuman yang nyantol aja di kepala gue yang loadingnya terbatas ini. Buat film yang terlalu bikin mikir ... hmmm, skip deh haha. Silakan simak reviewnya, itung-itung belajar jadi kritikus film pendek.


Sebelum gue review, simak dulu trailernya yaaaa.



JAM KERJA (CLOCKWORK SALARYMAN)
Sutradara: Riyan Surya R.

Film ini menurut gue temanya surealis, mengisahkan (tanpa dialog) seorang pegawai yang terjebak rutinitas kerja setiap harinya. Dari awal gue udah suka banget ama sinematografinya. Dalam menjalani rutinitas yang cuman diulang-ulang, film ini digambarkan dalam scene hitam-putih yang tentu saja melambangkan kemonotonan dunia kerja. Terus gue suka banget scene yang berpindah dari landscape ke portrait (bener kaga sih istilahnya, gue nggak ngerti teknis film soalnya) karena teknik ini kaga biasa diterapin di film, tapi hasilnya ternyata keren. Kemudian scene hitam putih ini bakal berubah jadi berwarna begitu si pegawai ini menerima gaji. Dan endingnya, back to routinity dan balik ke hitam putih lagi.

Yang gue suka banget dari film pendek ini adalah ke-surealitas-annya (ampe belepotan). Contohnya, tokoh si “Boss” di film ini digambarkan sebagai pria berjas dan berdasi yang kepalanya ditutup kardus kotak. Nggak tau apa maksudnya, tapi keren. Mirip “Friend” di 20th Century Boys haha.
Tapi kalo ditanya apa kekurangannya, well, masalah teknis sih, pas adegan dia berangkat dan pulang kantor, keliatan banget kalo dia cuman jalan bolak-balik aja. Sama sekali nggak ada penanda pergantian waktu (karena logikanya pagi dan sore pasti berbeda arah cahaya mataharinya). Tapi itu cuman masalah kecil kok yang nggak mengurangi estetika film ini, namun akan jauh lebih baik lagi jika diperbaiki.

Dan salutnya, sang sutradara ternyata nggak punya background sinematografi lho ... mahasiswa jurusan biologi malah. Keren ya?

THE GIRL AND HERSELF
Sutradara: Wisang Wijaya, Jaka Triadi, dan Mustika Widyawati

Satu lagi film pendek bergaya surealis, “The Girl and Herself” mengisahkan seorang gadis yang nggak bisa membedakan antara kenyataan dan realita. Sebagai caranya untuk melarikan diri dari kejenuhan kota, ia menciptakan imajinasi seolah-olah ia sedang berada di pantai. Kacaunya, seringkali ia tak bisa membedakan antara realita dan khayalannya sendiri, menciptakan berbagai situasi yang akhirnya berujung kikuk.

Film ini kreatif dari segi tema dan mumpuni dari segi artistik. Sinematografinya benar-benar enak dipandang mata. Menurut gue, inilah film yang paling artistik dan indah dari semua film yang diputar di sini. Namun jika boleh mengkritik, ada adegan yang nggak bikin sreg di hati gue, yakni adegan saat tokoh utamanya jongkok di atas comberan gara-gara ia menyangka air yang di depannya adalah pantai. Di belakangnya ada beberapa figuran yang duduk-duduk dan seolah acuh tak acuh pada perbuatan si gadis. Padahal logikanya, harusnya perhatian mereka malah tertuju pada perilaku aneh si tokoh utama dong. Tapi yah, mungkin adegan itu oleh sutradaranya memang sengaja dibuat demikian untuk menggambarkan keacuhan manusia zaman sekarang pada kondisi di sekelilingnya, nggak tau deh haha.

ID-ENTITAS
Sutradara: Aldino Komarrudin

Definetely my favourite short movie ini this event!!! Film pendek bertema thriller psikologis ini menceritakan seorang pemuda berkepribadian ganda yang melawan alter egonya dalam permainan catur. Jika ia menang, maka ia akan menjadi dirinya sendiri, seorang peuda biasa yang bermimpi menjadi penulis. Namun jika alter egonya menang, maka ia akan menjadi seorang pembunuh berantai tanpa bisa mengendalikan nafsu jahatnya.

Dari segi tema dan cerita, film pendek ini amatlah unik. Penulis naskahnya, yang ternyata Riyan yang juga menyutradarai “Jam Kerja”, sudah memikirkan matang-matang filosofi dan tiap detail yang melandasi cerita ini. Permainan catur dipilih karena itu merupakan sebuah olahraga otak dan papan catur memiliki bagian yang hitam dan putih, melambangkan dua sisi manusia, baik dan jahat, yang senantiasa bertempur. Pemilihan judulnya juga pas dan sesuai banget dengan jalan cerita. Film pendek ini semakin menegaskan keyakinan gue bahwa kunci sukses sebuah film terletak pada kualitas naskahnya.

THE LOST BLOGGER
Sutradara: Aldino Komarrudin

Judulnya aja udah membuat gue tertarik (mainly karena gue blogger juga) dan ceritanya ternyata juga menyoroti lenyapnya blogger enigma, sebuah kisah nyata yang benar-benar terjadi beberapa tahun lalu. Film pendek ini menceritakan seorang mahasiswa reclusive dan introvert bernama Joni yang fanatik terhadap teori konspirasi. Rasa ingin tahunya membuncah ketika blogger idolanya, Enigma, menghilang tanpa jejak. Apakah peristiwa lenyapnya Enigma ini berkaitan dengan semua teori konspirasi yang ia kerap bahas? Apakah ada pihak yang mau membungkamnya? Dapatkah Joni memecahkan misteri ini?

Yang membuat cerita ini menarik adalah plot twist pada endingnya [SPOILER ALERT!!!! JANGAN BACA PARAGRAF DI BAWAH INI JIKA TIDAK INGIN TAHU PLOT TWISTNYA]

Pada endingnya dikisahkan bahwa ternyata Joni-lah sang Enigma. Ia membuat rekayasa seolah-olah dirinya menghilang. Namun ada beberapa plot hole di sini. Semisal, gue pernah membaca blog Enigma dan menurut gue, sang admin adalah orang yang luar biasa cerdas, sebab ia menganalisis setiap kejadian misterius dan berusaha menjelaskannya dengan logika dan akal sehat. Bagi gue sangat mustahil sosok asli Enigma ini memiliki kemiripan dengan Joni yang tidak pandai bergaul dan lebih milih browsing nggak jelas ketimbang kuliah. Profilnya, jika kita mengenal Enigma dengan baik melalui tulisannya, jelas tidak cocok. Selain itu, tidak dijelaskan alasan mengapa tiba-tiba Joni tiba-tiba merancang Enigma untuk menghilang. Apakah ia haus perhatian? Apa stat blognya berkurang? Tidak dijelaskan dengan rinci. 

Dan kejanggalan ketiga adalah flashback masa kecil Joni dimana karena ditelantarkan ayahnya, Joni kecil lebih memilih menenggelamkan dirinya dalam buku-buku tentang teori konspirasi. Gue nggak yakin, jika dirunut sesuai umur Joni, bahwa buku teori konspirasi sudah marak pada saat usianya semuda itu. Setahu gue, teori konspirasi (freemason dan semacamnya) baru dikenal di Indonesia dan populer setelah merebaknya novel Da Vinci Code. Jadi teori ini tergolong baru di tanah air dan rasanya adegan itu agak anakronisme aja menurut gue.

But well, that’s just my opinion. Yang jelas, gue suka banget ama endingnya yang bukannya menjelaskan apa yang terjadi, tapi malah nggantung banget dan menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Dan gue harus disagree ama sutradaranya, film ini menurut gue nggak butuh sekuel, biarkan saja tak terjawab sebab nggak semua hal harus dijelaskan bukan?

ASTRAL PROJECTION
Sutradara: Febhana Nocha

Okeeeee gue tutup review ini dengan karya dari Bang Nocha seperti dah gue sebut di pengantar. Astral Projection menceritakan seorang gadis (yang lagi-lagi karakternya introvert dan reclusive, heran, nggak semua introvert tuh psikopat apa indigo yaaaaa) yang memiliki kemampuan melihat “hal-hal yang nggak semestinya dilihat manusia”.

Langsung aja ke reviewnya, Bang Nocha ini kayaknya emang pas jadi sutradara film horor. Suspense di film ini benar-benar dibangun dengan pas dan efektif. Gue suka banget banget ama adegan darah menetes, sumpah ampe merinding gue. Dan adegan waktu si cewek menoleh dan ada iringan lagu yang makin lama makin keras menuju ke klimaks bikin gue deg-degan. Gue jadi teringat ama film “Ju On: Black and White Ghost”. Tapi sayangnya nih, ending film ini sebenarnya bisa diolah lagi menjadi plot twist (yang sayangnya udah kebongkar semua di awal gara-gara judulnya). Jadi kalo gue saranin sih judulnya diganti supaya endingnya menjadi nggak terduga. Sayangnya juga, hantu tangan hitam yang muncul di awal nggak dieksplore lagi, padahal adegan akhir udah nyambung banget ama adegan awalnya.

Oke, demikian guys review gue terhadap beberapa film yang gue tonton di ajang Ruang Putar Sinema (kebanyakan emang gue pilih horor hehehe). Jangan nanya ama gue dimana liat filmnya, gue rasa nggak akan kalian temuin di youtube. Minta aja ama orangnya langsung kalo penasaran. Gue di sini cuman kepengen nunjukin aja krativitas para mahasiswa Unair dalam membuat film pendek yang ternyata, nggak kalah ama bikinan profesional (even, in some kind of way, better). Coba kalo para sutradara muda ini diberi kesempatan untuk menggarap film layar lebar Indonesia dengan segala idealisme mereka, pasti akan membawa warna baru bagi dunia perfilman tanah air. sebagai penutup, undang lagi ya kalo ada acara kayak gini lagi haha.

No comments

Powered by Blogger.