LE MUSEE DU SAMPOERNA: SIMPLY NOT WORTH IT
Bukan kali pertama gue jalan-jalan dan kecewa ama destinasi gue *nggak sekeren di internet*. Namun kekecewaan gue berlipat ganda soalnya Museum Sampoerna (AKA House of Sampoerna) ini direkomendasikan oleh salah satu teman backpacker gue yang emang lebih banyak pengalamannya ketimbang gue. Gue sih percaya ama aja review dia soalnya dia pernah merekomendasikan Museum BI *yang kalo nggak ada saran dari dia nggak bakalan gue datengin* dan ternyata bener, isinya keren banget sumpah! Namun perjalanan kali ini gue harus menelan pil pahit kekecewaan soalnya museum ini biasa-biasa menurut gue. Dan herannya, museum ini disebut sebagai wisata sejarah terbaik di Surabaya. What the hell?
Gue dah lama mendengar tentang House of Sampoerna ini soalnya emang udah menjadi salah satu objek wisata andalan Surabaya. Namun secara “Sampoerna” adalah merek rokok, maka seperti gue duga, isinya adalah propaganda industri rokok Indonesia, walaupun ditilik dari sisi sejarahnya.
Ketika tiba di depan House of Sampoerna ini saja yang pertama gue lihat adalah pilar yang dibentuk seperti batangan rokok. Well, bangunan bergaya Eropa seperti ini emang kerap menampilkan pilar penyangga di fasad depan sebagai ciri khasnya. Tapi kalo dibikin semacam batang kretek? Benar-benar pelecehan sejarah *abaikan orang yang lagi selfie*
Di dalamnya kita bisa melenggang bebas tanpa membayar soalnya untuk masuk memang tak ditarik bayaran. Bahkan pas gue masuk, pintu dibukakan dengan ramah oleh mbak-mbak pegawai yang ada di dalam. Hmmm ... sekalian aja mbak bukakan pintu hatimu *tabok pake sendal*
Di dalamnya ada beberapa koleksi lama. Antara lain koleksi iklan surat kabar jadoel serta sepeda dan kereta tua ini.
Ada pula replika gerobak rempah-rempah tempo doeloe.
Kita sering denger ya kabar akhir-akhir ini *agak lama sih* tentang penemuan beras plastik. Nah di sini ternyata gue menemukan nggak hanya beras plastik, tapi juga buah-buahan plastik!! Astaga ... apa jadinya negara ini???
Ekspresi readers: "ITU MAENAN BAPAAAAAAAAK!!!"
Yang cukup impresif buat gue adalah bangunan gudang dari batu bata ini. Dulu digunakan sebagai lumbung menyimpan tembakau.
Omong-omong soal tembakau, tau nggak sih tembakau dulunya dipakai untuk apa *sebelum dipake manusia buat ngerokok*? Tembakau pertama digunakan sebagai pestisida karena sangat ampuh membunuh hama. Bahkan hingga kini, tembakau masih merupakan racun pembunuh serangga paling ampuh di muka bumi. Namun karena nilainya jauh lebih tinggi sebagai bahan baku rokok, maka sekarangpun jarang ada yang mengembalikannya ke fungsi aslinya sebagai pestisida. Jadi logikanya, orang yang ngerokok sama aja nggak jauh beda ama orang yang neggak baygon atau atau nancepin obat nyamuk elektrik ke lobang idungnya.
Begitu masuk ke dalam, gue menyadari bahwa museum ini memiliki dua lantai. Di lantai pertama ada koleksi bungkus-bungkus korek tempo doeloe. Ada alat pencetaknya juga.
Ada alat-alat laboratorium yang digunakan untuk menakar resep rokok jaman dulu. Wah, ternyata ada seni dan sains juga dibalik pembuatan rokok ini *because science is art, right*
Ada kios rokok jadoel, sepeda jadoel, dan gerobak jadoel.
Namun ada juga kok yang nggak bertema jadoel di museum ini, contohnya adalah ini ...
Karena koleksi lantai 1 cuman itu-itu aja, gue-pun beranjak ke lantai dua. Di tangga gue menemukan kaca patri yang cukup atraktif dan unik ini.
Sayangnya petualangan kamera hapeku berakhir di sini. Di lantai dua tidak diperbolehkan mengambil foto. Biasanya sih kalo ada aturan gitu gue langgar. Tapi di sini gue turutin aja lah. Kayaknya nggak tau diri banget kalo kekeuh nggak mau nurut aturan, soalnya kita aja udah diizinin masuk gratis haha.
FYI koleksi di lantai dua juga biasa-biasa aja, malah nggak ada nyambung-nyambungnya ama rokok. Di sini ada beberapa arca peninggalan Majapahit dan juga stand mirip toko suvernir gitu. Tapi yang keren di lantai dua ini adalah kaca dimana kita bisa melongok pabrik rokok yang ada di lantai bawahnya lengkap dengan mesin-mesinnya yang berjejer.
Gue sempet kecewa dengan kunjungan gue kali ini ke House of Sampoerna. Mungkin karena sejak dulu gue udah antipati ama yang namanya rokok ya jadi gue nggak bisa enjoy-enjoy amat seperti gue menikmati museum-museum lain. Namun ada sih sisi positif yang bisa gue ambil. Keluarga pemilik Sampoerna ini tampaknya peduli banget ama warisan sejarah bangsa ini. Bahkan pas gue keluar, ada bus wisata khusus *gratis pula* yang akan mengantar pengunjung ke berbagai spot wisata sejarah yang ada di Surabaya.
Dan sebagai pelipur lara *soalnya udah jalan panas-panas hiks* gue menemukan bangunan gudang kuno yang eksotis ini di bagian luar museum *masuk-masuk gang* Yess!!!
Finally ada juga yang keren dari tempat ini. Call me judgy guys, tapi itulah yang gue bisa review ala kadarnya tentang museum ini. Namun bila kalian memang ingin jalan-jalan (gratis), naik bus yang akan membawa kalian keliling Surabaya menikmati sejarahnya, silakan berkunjung ke museum ini. Oke, simak terus artikel jalan-jalan gue di Surabaya. Siapa tau bisa jadi pedoman *halah* jalan-jalan kalian ke kota ini.
No comments