Header Ads

Cerita seks dewasa

cerita ses

Minggu sore lalu Lukman telpon, sikapnya jadi lebih perhatian pada ku. Aku senang dia perhatian, tp jg masih berperang dengan perasaan ku itu makanya aku tidak terlalu menanggapinya dengan serius.

Aku pikir, kejadian subuh itu mungkin lebih pas di katakan sebagai “one night stand” saja, tidak ada keterikatan khusus di antara kami.

Kalau pun Lukman sering menghubungi ku lewat telpon atau pun sms, memberikan perhatian2 kecilnya pada ku, aku menganggap seperti “this is just a part of the game”.

Kamis malam di meja makan, ada berita mengejutkan. Mama menyampaikan bhw mereka mau ke Bandung bersama orang tua Lukman hari Jumat besok, selama 3 hari.

“Apa?? Dengan tante Ve dan oom Hadi? Untuk apa?”,

“Kita mau liat tanah di Lembang. Kamu mau ikut?”,

“Enggak. Tapi? Papa juga pergi?”,

“Iya.”.

Sebenarnya bisa saja aku ikut, tapi sepertinya kurang asyik karna itu kan acara orang2 tua, aku males, maka itu aku memilih utk tidak ikut serta.

“Jadi besok kamu anter Papa-Mama ya ke Gambir ya?!” aku hanya mengangguk, mengiyakan.

Keesokan harinya, Jumat siang, ternyata Lukman yang bagian mengantar Orang Tua-nya, sengaja mampir ke rumah ku dulu utk sekalian menjemput Orang Tua ku.

“Ketemu Lukman lagi.” pikir ku. Siang itu Lukman mengenakan kaos merah darah, sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih.

Pembawaannya spt biasa, santai dan berkesan sangat sopan di depan Orang Tua kami.

“Val, kamu ikut aja deh… sebentar aja kan nganter kita.” kata tante Ve.

Aku ragu2 utk ikut, tapi yang lainnya pun ikut mendesak, hanya Lukman yang tidak bicara apa2 selain tersenyum saja sambil memandang ke arah ku.

“Damn… why you’re so cute and sexy?” pikir ku saat melihatnya tersenyum ke arah ku.

Akhirnya aku ikut juga, duduk di depan bersama Lukman sedangkan para ibu2 duduk di kursi tengah, dan para bapak2 memilih duduk sambil ber“haha-hihi” di kursi belakang. Jadi ingat iklan mobil Kijang:

“Ada Papa, ada Mama, ada Teteh, ada Oom, Tante…” oh no

Semoga saja para Orang Tua itu tidak ada yang memperhatikan tingkah kikuk dari Lukman dan aku. Mau ngobrol serba salah, mau diem2an juga nggak mau, akhirnya tidak terlalu banyak bicara tapi saling memperhatikan satu sama lain saja.

Saat sebelum memasuki KA, Mama sempat berpesan: “Val, itu ada satu berkas di meja kerja Papa yang tulisannya File 450, nanti tolong di kasih ke Lukman ya, biar di bawa pulang sama dia.” aku mengangguk saja,

"Alamat dia mampir.” pikir ku. Sebagai anak yang baik, kami menunggu hingga KA berangkat meninggalkan stasiun, melambaikan tangan pada para Orang Tua sambil kadang ingin menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah mereka yang kadang seperti anak2 muda yang sedang “hang-out” sama teman2nya.

Ketika KA makin menjauh, dan saatnya harus pulang, tiba2 Lukman bertanya pada ku:

“Kenapa kamu diem aja?”,

“Trus aku harus gimana?” lalu aku jalan dan menuruni tangga utk keluar ke parkiran.

Lukman mengikuti saja tanpa bicara apa2. Hanya saja pada saat kami harus menyeberang, Lukman menggandeng ku dan aku tidak menolaknya… hehehe.

Sesampainya di rumah, aku langsug menuju ruang kerja Papa utk mencari berkas yang harus kutitipkan padanya itu.

Mungkin ada 15 menitan aku mencarinya dan tidak ketemu karna banyak berkas bertumpuk di situ.

“Val? Ketemu nggak?”,

“Belum! Banyak banget sih.” teriak ku dari dalam ruangan.

“Mau di bantuin nggak?”,

“Boleh.” kata ku sambil terus memilah-milah tumpukan file tsb.

Pas saat Lukman masuk ke dalam ruangan, pas saat itu juga berkas tersebut ku temukan. “Naaah… ni dia.” teriak ku sambil tersenyum puas.

Ku bereskan letak file yang sedikit tidak beraturan itu sebentar kemudian bergegas memberikan padanya yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerja.

Lukman menerima berkas itu sambil tersenyum, menaruhnya di meja dekatnya berdiri dan kemudian tanpa basa-basi menggapai pinggangku serta menarik ku dalam dekapannya.

“Ndi!!” aku sedikit menjerit krn kaget. Aku menahan tubuhnya saat dia mau mencium ku,

“Knapa sih? Nggak boleh?” tanyanya tp aku hanya diam saja sampai akhirnya dia melepas dekapannya.

Aku bergegas hendak keluar ruangan tapi dia menarik tangan ku, menempatkan ku utk tetap berada di hadapannya.

“Ndiii…”,

“Apa? Ini salah?”,

“Iya!”,

“Nggak ada yang salah mnrt ku. Aku suka kamu, Val. Nggak perduli sama umur kamu.”,

“Tapi aku…”, “Val…” sambil makin menghimpit ku ke arah tembok “…kalo kamu takut ini berkelanjutan terus, anggap aja hubungan ini hanya intermezzo. Aku nggak mau ngomong banyak gimana aku ke kamu.

Kamu liat aja sendiri sikap ku.” katanya sambil menatap ku lekat2. Tubuh ku sudah makin terhimpit antara tubuhnya dan tembok.

“Belajar di mana dia sampai bisa bicara seperti itu?” pikir ku, krn aku tidak bisa membalikkan kata2nya tersebut, aku hanya terdiam. Perlahan dia mencium bibir ku, kemudian mencium leher ku dan akhirnya aku terbawa oleh kenikmatan sentuhan2nya.

Terus terang, sulit menolak permainan ini krn sebenarnya aku pun menginginkannya. Pintu ruangan segera ku tutup dan kunci, khawatir pembantu di rumah membukanya atau lewat sewaktu-waktu saat kami sedang bercumbu.

Lukman makin menghimpit tubuhku, nafasnya memburu sambil terus mencium bibir ku dan mempermainkan lidahnya. Tangannya menggerayangi tubuhku, meremas payudaraku hingga aku menggerang keenakan.

Penisnya di gesek dan ditekan2 ke arah vagina ku, membuat ku makin bernafsu. Ku remas pantatnya keras2, kemudian kubuka celana jeans-nya tanpa meminta ijin, untuk apa meminta ijin krn Lukman pun membantu ku membuka celananya sendiri… hehe.

Penisnya sudah menegang saat kupegang, kuremas-remas perlahan dan dia mendesah keenakan. Kemeja ku sudah terbuka sehingga payudara ku membumbul dibalik balutan bra, Lukman menciumi leher ku dan makin lama makin ke bawah.

Membuka kop bra tanpa melepaskan talinya dan menciumi, menjilati dan meremas2 payudara ku dengan ganasnya. Sejenak dia menjauh, membuka kaosnya sehingga aku bisa lebih jelas melihat otot2 lengannya yang dibalut kulit putih itu.

“Vally…” bisiknya sambil menciumi leher dan meremas payudara ku. Perlahan dia membuka kancing celana panjang ku, melucutinya semua hingga celana dalam ku pun terhempas ke lantai.

Vagina ku memang sudah terasa basah sejak tadi, dengan jarinya Lukman mengusap-usap bibir vagina ku, menekan klitoris ku perlahan dan seakan ingin meremas vagina ku. Rasanya sangat nikmat hingga aku mendesah dan makin membuka paha ku lebih lebar lagi hingga kaki kiri ku naik ke pinggangnya.
Cerita Seks Buku Diary Vally Page II

Lukman menciumi ku dengan ganas, memeluk ku dan mengusap vagina ku dari belakang. Rasanya semakin nikmat saat jarinya masuk ke lubang vagina ku, keluar masuk perlahan dan kadang membuat gerakan memutar. Aku menggerang keenakan, menggeliat kegelian, dan meremas rambutnya karna gemas.

Saat kenikmatan itu berlangsung, tiba2 Lukman menarik jarinya dan mengangkat ku dalam pelukannya. Aku digendong dan dihempaskan di sofa yang berada di ruangan itu.

Senyumnya terlihat sangat nakal saat berhasil menggiring ku ke sana, menciumi ku sebegitu gemasnya dalam keadaan dia berpangku lutut di lantai, tubuhnya pas di tengah kedua paha ku yang terbuka, menciumi bibir ku dan menggigit-gigit kecil payudara ku.

Kaki ku dibuka lebih lebar kemudian dia mulai mengjilati vagina ku, menghisap2 bibir vagina dan klitoris ku secara bergantian. Bukan main geli dan nikmat rasanya hingga aku tak tahan bila hanya berdiam diri saja.

Tak hentinya aku mendesah, sedikit lebih keras saat jari Lukman mulai lagi di keluar-masukkan di lubang vagina ku. Mendadak aku mulai melenguh seperti sapi mungkin, saat Lukman makin lama makin mempercepat gerakan jarinya di lubang vagina ku sambil menghisap klitoris ku.

Aku benar2 dibuatnya melayang. Tiba2 dia mendongak, mendekatkan dirinya pada ku dan mencium bibir ku dengan hangat,

“Masukin ya Val...” tanya nya dan aku hanya mengangguk tanpa sanggup untuk menjawab. Lukman menggenggam penisnya kemudian menggesek-gesekannya di bibir vagina ku kemudian memasukkannya perlahan-lahan kemudian tiba2 mendorong semuanya hingga masuk semua.

Hentakan itu membuatku sedikit menjerit, rasa gelinya terasa hingga ke perut ku. Lukman tersenyum simpul sesaat, damn... raut mukanya nakal sekali hingga aku benar2 gemas. Ku gapai lehernya dan menariknya untuk mendekat, ku cium bibirnya penuh nafsu sambil kadang menghisap lidahnya yang bermain nakal di mulut ku.

Lukman mulai bergerak maju mundur sambil kami berciuman, gerakannya makin lama makin cepat, desahannya jg makin terdengar mengikuti irama penisnya yang keluar masuk di vagina ku. Lukman hampir menggigit bibir ku karna gemas, tak hentinya dia melumat bibir ku dan kadang menjilati telinga ku.

“Ooohh... Ndiiii...” aku menggerang kenikmatan sambil meremas rambutnya. Gerakan Lukman makin cepat, kadang berhenti sebentar hanya untuk menekannya lebih dalam lagi,

“Ndi... aku mau keluar!” bisikku sambil terengah-engah,

“Ayo Val... aku jg udah mau keluar...”, kemudian dia mengangkat kaki ku supaya lebih lebar lagi, dengan setengah menegakkan tubuhnya dan menggenggam pinggul ku dia kembali beraksi.

Pantatnya bergerak cepat maju dan mundur, penisnya keluar masuk tanpa henti di vagina ku, seiring makin cepatnya gerakan itu Lukman pun menciumi payudaraku yang membumbul keluar dari balik bra yang belum terlepas.

“Aaaawgh... aaaa... Ndiiii... aaaahh... Ndi aku mau keluar!!!” dan saat itu tubuh ku menegang karna aku klimaks, yang tak lama kemudian di susul oleh Lukman. Penisnya di dorong makin dalam saat dia hendak mencapai klimaks, tubuh ku diremas hingga aku sempat beberapa saat terasa sesak.

Aku bisa rasakan hangatnya cairan sperma yang keluar, menikmatinya dalam keadaan terkulai lemas, sedangkan Lukman pun terkulai lemas di atas tubuh ku.

5 menit kami tidak saling berucap, hanya mengatur nafas masing2 hingga tiba2 Lukman tersentak kaget:

“Val... aku keluarin di dalam!!”,

“Kamu sih... nggak nanya2 dulu. Nah lhoo...”,

“Kamu jg nggak ingetin aku sih. Yaaah... gimana Val?”,

“Naaah lho, nah lho..”

“Duh Val, aku serius nih!”,

“Hehe... udah nggak pa’pa... 3 hari lagi aku datang bulan koq.”,

“Lho emang nggak pa’pa??”,

“Dasar! Belajar itu dulu dong baru berbuat. Kamu nih...” dan kami tertawa cekikikan.

Walaupun “aksi” itu terjadi di ruang kerja tp kami sama sekali tidak membuatnya berantakan, jadi tidak memakan waktu lama dari saat kejadian itu selesai hingga saat kami selesai membenahi diri masing.

Tubuh kami penuh dengan peluh karna itu aku mengajak Lukman diam2 naik ke kamar ku supaya dia bisa mandi di kamar mandi ruang tidur ku. Raut muka Lukman berubah saat masuk ke kamar tidur ku, dengan sedikit mengernyitkan dahi dia berkomentar:

“Hmp... hampir semua di sini warna Peach.”,

“So what?”,

“Nothing. It’s just so feminin.”.

“You don’t like it?”.

“I don’t mind.” Katanya sambil tersenyum dan memelukku dr belakang:

“Temenin aku mandi ya, Val... ” rayunya sambil mencium telinga ku. Uuuuh... nakal sekali orang ini, pikir ku, tp aku suka... hehe. 2 malam orang tua kami akan berada di luar kota, entah apa yang akan terjadi dengan kami berdua selama 3 hari 2 malam ini.
Tamat..

No comments

Powered by Blogger.