JEFF X: THE RISE OF HOMICIDAL LIU – CHAPTER 01 (ORIGINAL SERIES)
NEMESIS
Copyright by: Dave Cahyo
2015, SACRED HEART HOSPITAL – NEW DAVENPORT
“Kau akan selalu menjadi saudaraku, Liu.” Sosok itu bangkit di tengah kobaran api sambil memegang pisau berlumuran darah.
“Kau ...” bisik Liu ketakutan, “Kau masih hidup?”
“Aku akan selalu jadi mimpi burukmu, Liu ...” ia tersenyum, “Aku akan selalu menghantuimu ... selamanya ...”
Liu terbangun. Itu semua hanya mimpi buruk, bisiknya. Ia mengusap dahinya yang basah dengan keringat. Ia baru tersadar bahwa ia tengah terbaring di sebuah ranjang berwarna putih. Tangannya memakai perban dan ia merasakan sakit saat menggerakkan tubuhnya. Punggungnya ... ya, terakhir kali ia ingat, punggungnya ditikam oleh Jane The Killer.
“Apa kau baik-baik saja?” seorang gadis berseragam perawat mendatanginya. Kekhawatiran tampak menggelayuti wajah cantiknya.
Liu memaksakan dirinya untuk tersenyum, “Aku baik-baik saja.”
“Kau bermimpi buruk? Itu wajar setelah apa yang kau alami.”
“Jeff!” Liu tiba-tiba teringat padanya, “Ledakan di asylum itu ... Jeff, apa dia sudah ...”
“Polisi menemukan beberapa mayat di dalamnya,” jawab perawat itu, “Namun mereka belum berhasil mengidentifikasi mereka. Jenazah mereka terlalu hancur untuk bisa dikenali.”
“Sudah berapa hari sejak kejadian itu?” Liu mengusap wajahnya lagi. Ia merasa begitu lemah.
“Seminggu. Kau koma selama seminggu.”
“Astaga!” Liu terkejut, “Selama itukah?”
“Ya,” gadis itu tertawa, “Lukamu sangat parah. Tapi hebatnya, menurut marshall yang membawamu ke sini, kau berhasil menyelamatkan dua remaja.”
Ah, Marshall dan dua gadis itu. Liu ingat sekarang. “Mereka baik-baik saja bukan?”
“Seharusnya kau lebih mengkhawatirkan dirimu sendiri, Liu.” gadis itu memandang tepat di matanya, “Kau benar-benar tak ingat aku ya?”
“Maaf?” Liu tampak heran, “Apa kita pernah berkenalan sebelumnya?”
“Aku Eva Gonzales, apa kau ingat? Aku adik Marisol Gonzales yang pernah kau selamatkan saat tragedi di New Daveport High. Aku sering melihatmu di sekolah sebelumnya. Aku dua tingkat di bawahmu.”
“Oh, Eva?” Liu lebih keheranan lagi. Dahulu gadis itu tampak tak menarik dan culun, berbeda 180 derajat dengan kakaknya. Namun kini ia sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
“Astaga, maaf ... aku tak mengenalimu. Dimana aku sekarang?”
“Rumah Sakit Sacred Heart di New Davenport. Kau ingat?”
“Ah ya. Rumah sakit tua itu ...”
“Yah,” Eva tertawa, “Kau ingat betapa takutnya kita saat teman-teman di sekolah bercerita kalau rumah sakit ini berhantu. Ironisnya sekarang aku malah bekerja di sini.”
Liu ikut tertawa, “Ah, syukurlah kau mendapatkan pekerjaan. Namun apakah rumah sakit ini selalu sesepi ini?”
Eva menghela napas, “Tak lama lagi rumah sakit ini akan segera ditutup.”
“Kenapa?”
“Terjadi sesuatu. Hanya kau dan satu pasien lainnya yang masih berada di sini ...”
“Eva! Apa kau masih sibuk? Bantu aku di sini!” seorang laki-laki berwajah masam muncul di ambang pintu.
“Sebentar, Dr. Steele!” kata Eva. Gadis itu kemudian meninggalkan Liu sendirian di kamar itu.
Liu meletakkan kepalanya di bantal. Ia menoleh dan melihat tirai putih di sampingnya. Bayangan hitam tengah bergerak-gerak di baliknya.
2465 AD, KAPAL GENESIS – ORBIT JUPITER
Liu membuka matanya. Tampak raut seorang wanita cantik dengan mata coklat dan rambut hitam bergelombang memandanginya dengan khawatir.
“Eva ...” bisiknya, “Apa itu kau?”
Gadis itu membuka mulutnya, mencoba berkomunikasi dengannya. Namun yang Liu dengan hanyalah gumaman tak jelas, seakan ia sedang berbicara dengan bahasa lain.
Terdengar suara lain, kali ini dari wanita berbaju putih yang ada di sampingnya. Namun Liu masih tak mengerti apa yang ia katakan.
Gadis di depannya kemudian meletakkan sesuatu di telinga Liu, seperti sebuah mikrofon. Tiba-tiba Liu mengerti perkataannya.
“Apa kau baik-baik saja, Liu?”
“Bagaimana aku bisa tahu namaku? Dimana aku?” Liu kebingungan melihat ke sekelilingnya. Segalanya tampak aneh. Ia seperti berada di sebuah ruangan yang seluruhnya terbuat metal berwarna putih.
“Apa hal terakhir yang kamu ingat?”
“A ... aku ada di rumah sakit ... Sacred Heart Hospital.”
“Tahun berapa ini? Kau masih ingat?”
“Ehm ... 2015? Apa maksudmu menanyakan tahun? Di ... dimana aku?”
Kedua wanita di depannya saling berpandangan. “Namaku Nova.” kata gadis berambut keperakan yang menyadarkannya tadi, “Dan kau berada di tahun 2465.”
“A ... apa maksudmu? Eva ... dimana Eva!” Liu berontak dan berusaha keluar dari peti dimana ia terbaring. Ia baru tersadar bahwa tak hanya mereka bertiga yang ada di sana. Ada orang-orang lain yang sepertinya juga baru tersadar dari tidur mereka.
“Kenapa aku ditaruh di peti ini? Siapa kalian?”
“Namaku Dr. Theana, kepala medis di sini. Kau berada di kapal Genesis.” kata wanita lainnya. Ia memiliki wajah cantik dengan rambut pirang keemasan dan sepasang mata biru. “Ini adalah asistenku, Nova. Kau baru saja tersadar dari proses cryogenic. Wajar jika kau mengalami amnesia selama proses pembekuan. Namun ingatanku pasti akan kembali cepat atau lambat, jangan khawatir.”
“Cryogenic?” Liu masih kebingungan dan melihat ke sekelilingnya. Ada enam peti selain peti dimana ia tertidur. “Maksudmu tubuhku dibekukan?”
“Benar. Kapal kami sedang dalam perjalanan menuju Europa. Seharusnya kau dibangunkan sesampainya di sana. Namun perjalanan kami terganggu sehingga ...”
“Europa?” potong Liu, “maksudmu Eropa?”
“Bukan,” jawab Nova, “Europa, satelit dari planet Jupiter.”
“Jupiter? Ka ... kalian pasti gila!!!” Liu masih sukar mempercayai apa yang ia alami. “Aku ... aku ada di Sacred Heart Hospital di kota kelahiranku, New Davenport. Aku koma setelah berhadapan dengan Jeff The Killer. Ini ... ini pasti mimpi!”
“Nixa!” terdengar suara seorang pria berteriak dengan histeris. Ia juga memakai pakaian aneh, pikir Liu, semacam seragam dengan inisial DAX di punggungnya. Seragam yang sama dipakai oleh Nova dan Dr. Theana.
“Nixa, ada apa denganmu?” serunya lagi. Ia berusaha mengguncang-guncangkan tubuh seorang wanita yang tergeletak di dalam peti cryogenic. Namun perempuan itu tak kunjung segera terbangun.
“Sersan Gabri!” Dr. Theana memanggil seorang pria lainnya, “Apa yang terjadi?”
“Satu spesimen tak dapat dibangkitkan, Dokter!” jawab seorang pria bertubuh tegap yang dipanggil Sersan Gabri itu. Sepertinya ia seorang tentara, pikir Liu.
Nova membantu Liu keluar dari peti. Pemuda itu lalu memandangi orang-orang yang ada di sana satu demi satu.
Dr. Theana menghampiri pria itu. Wanita di dalam peti yang ditangisinya itu masih terbaring, namun wajahnya pucat.
“Maafkan aku, Dax.” ucap Dr. Theana dengan raut wajah sedih, “Dia sudah meninggal.”
“Tidak! Tidaaaak!!!” pria yang dipanggil Dix itu menangis.
“Tubuhnya membiru,” kata Nova. Liu ikut mendekat untuk melihat mayat yang masih terbaring di dalam peti cryogenic itu, “Pasti dia kehabisan oksigen.”
“Lihatlah sambungan selang oksigen itu.” tunjuk Dix sambil mengusap air matanya, “Selang itu terputus. Makanya istriku ... Oh, Nixa ...”
“Pasti tabrakan itu menyebabkan selangnya terputus ...” Dr. Theana berbalik dan menghadap ke kerumunan orang yang berada di ruangan itu. “Namaku Dr. Theana dan ini asistenku, Nova. Kalian berada di atas kapal Genesis. Apa ada yang terluka atau kehilangan ingatan? Sebutkan nama dan asal kalian!”
“Tentu saja aku ingat siapa aku!” seru seorang wanita dengan nada murka. Ia memakai gaun panjang berwarna hitam, “Namaku Princess Aurora, ratu dari Kerajaan Aphrodite, Venus! Kenapa aku di sini? Aku menuntut jawaban!”
“Princess Aurora? Aku ingat namamu.” kata seorang pria yang berada di sebelah Liu. Liu menoleh ke arahnya, “Bukankah kau seharusnya ada di penjara karena kasus itu? Kenapa kau ada di sini?”
“Dasar manusia hina!” tunjuk Princess Aurora dengan geram, “Beraninya kau menuduhku sebagai penjahat! Bila kau berada di Venus, kau pasti dihukum! Siapa kau?”
“Namaku Icarus dari koloni Mars. Dimana aku? Kenapa aku dibawa ke sini?”
“Koloni Mars?” tanya Nova, “Berarti kau adalah satu-satunya penduduk yang selamat.” Wajahnya tampak iba.
“Selamat? Apa maksudmu? Apa yang terjadi di planetku?” tanya Icarus.
“Maaf, tapi koloni di Mars telah musnah akibat letusan Gunung Olympus Mons sepuluh tahun lalu.”
“Apa?” wajah Icarus berubah pucat.
“Olympus Mons?” tanya Liu dalam hati. Ia pernah mendengarnya, itu adalah gunung berapi terbesar di tata surya, tingginya bahkan melebihi Mount Everest. Jadi manusia sudah berhasil membangun koloni di Mars dan Venus. Luar biasa, pikirnya.
“Namaku Saffron” seorang pemuda dengan senyum simpatik. Ia memakai pakaian aneh, seperti badut. “Aku berasal dari Neo Paris di Bumi. Apa yang terjadi dengan rumahku?”
“Di Bumi kejadiannya bahkan lebih lama lagi. Planet itu sekarang telah tenggelam dan tak ada lagi yang tinggal di sana.” Nova menjelaskan.
Pemuda itu menunduk, terdengar isakan pelan dari bibirnya. Namun aneh, seutas senyuman itu tetap tak menghilang dari wajahnya walaupun ia jelas-jelas terdengar sedih.
“Dan kau, siapa namamu?” tanya Dr. Theana.
“A ... aku?” orang terakhir di ruangan itu adalah seorang remaja berwajah Asia berusia 13 tahun. Rambutnya pendek sehingga Liu sempat mengira ia adalah laki-laki, namun ia terkejut mendengar suara perempuan keluar dari mulutnya.
“Aku tak ingat siapa namaku.”
“Hikaru, kurasa itu namamu sambil menunjuk.” kata Icarus tiba-tiba, “Tertulis di peti cryogenic-mu.”
“Jadi kau tak ingat apapun, Hikaru?” tanya Nova.
Gadis kecil itu menggeleng. Wajahnya tampak gugup.
Liu mencoba tersenyum kepadanya agar dia tak ketakutan. Liu tahu rasanya terbangun di suatu tempat yang tak ia kenal bersama orang-orang asing dan jauh dari rumah.
“Tak apa-apa, aku juga amnesia.” kata Liu. Gadis bernama Hikaru itu merasa lebih tenang setelah mendengarnya.
“Terlebih dahulu aku perkenalkan, ini petugas keamanan kapal ini Letnan Gabri dari Korps Galaktik dan ini Dax, teknisi kapal ini. Nahkoda kapal kita adalah Kapten Dranagon, sebentar lagi kalian akan menemuinya.” kata Dr. Theana, “Baiklah semua! Jika tak ada yang mengalami luka-luka, maka kita harus segera kembali ke kokpit.”
Mereka semua terkejut dan berteriak ketika tiba-tiba lampu padam dan suara alarm keras berbunyi dengan nyaring.
“Astaga! Ada kebocoran di bagian kapal ini! Kita harus segera kembali ke ruang utama dan menutup pintu menuju ke ruangan ini agar kebocorannya tidak meluas!” seru Dax.
Dr. Theana segera menyalakan suar ultraviolet yang dipegangnya. “Ayo semuanya! Ikuti aku!!!”
Mereka semua segera mengikuti Dr. Theana yang berlari paling depan. Liu hampir tak bisa melihat apapun kecuali nyala suar itu. Kondisinya sangat gelap dan ia berlari paling lambat, namun ia merasakan masih ada beberapa orang di belakangnya.
Tepat di belakang Liu ada Sersan Gabri yang memastikan semua orang telah keluar dari ruangan itu.
“Ayo cepat! Kau juga harus keluar!” seru Sersan Gabri kepada salah satu penumpang kapal itu, namun ...
“Aaaaargh!!!” suara erangan penuh kesakitan dari tentara itu segera ditenggelamkan oleh suara sirine darurat yang mendengung, “Apa ... apa yang kaulakukan?”
Pembunuh itu merasa puas ketika mendengar rintihan terakhir korbannya. Ia lalu mengeluarkan pisau yang tadi ia tusukkan ke tubuh Sersan Gabri dan segera berlari untuk bergabung dengan yang lainnya.
TO BE CONTINUED
NB: semua gambar karakter manga di sini gue ambil dari internet secara random untuk mempermudah kalian membayangkan tokoh-tokohnya, sebab terdapat banyak karakter di film ini. Segala komentar berbau otaku yang tidak ada kaitannya dengan jalan cerita tidak akan dipublish.
No comments