7 Hal Yang Harus Disadari Ketika Anda Berusia 20 Tahun
7 Hal Yang Harus Disadari Ketika Anda Berusia 20 Tahun - Kita seluruhnya sudah mengetahui bahwa umur 20 tahunan ini yaitu periode paling utama dalam memastikan hari esok kita. Apa sajakah yang kita tentukan atau putuskan hari ini, bakal beresiko jauh ke hari esok kita. Pada awal mulanya kita pernah belajar perihal beberapa hal yang harusnya mulai dikerjakan serta kekeliruan yang harusnya tak dikerjakan di umur 20 tahunan.
Kesempatan ini kita bakal mengulas apa sajakah yang perlu kita sadari saat kita mulai menginjakkan kaki di umur 20 tahunan agar umur 20 tahunan kita jadi saat yang monumental untuk perubahan karier kita di waktu mendatang.
Ini dia 7 Hal Yang Harus Disadari Ketika Anda Berusia 20 Tahun :
1. Ketauhilah Bahwa Otak Kita juga Berbentuk Seperti Otot
Menurut Carol Dweck – salah seseorang professor dari Stanford University – menuturkan bahwa otak kita juga memiliki karakter yang sama seperti dengan otot. Bila makin kerap dilatih, pasti bakal makin berkembang. Otak yang makin berkembang ini cuma bisa dibuat oleh pola pikir yang dimaksud dengan growth mindset.
Butuh di ketahui, dalam tulisan saya pada awal mulanya yang berjudul Memperbandingkan Isi Otak Mereka yang Berhasil dengan Mereka yang Tidak berhasil, diterangkan bahwa pola pikir manusia dibagi dalam 2 jenis : fixed mindset serta growth mindset. Orang dengan pola pikir fixed mindset bakal berasumsi bahwa usaha keras serta belajar yaitu hal yang percuma. Mereka condong membanggakan prestasi saat lantas serta berasumsi orang yang lebih pandai yaitu saingan yang harus dimusuhi. Sedang orang dengan pola pikir growth mindset bakal berasumsi bahwa belajar serta usaha keras itu utama. Baginya saat lantas yaitu yang yang sudah melalui yang bisa di ambil pelajarannya. Serta satu yang pasti, orang dengan pola pikir growth mindset bakal sudi belajar dari siapapun, termasuk juga dari orang yang lebih pandai darinya
“We like to think of our champions and idols as superheroes who were born different from us. We don’t like to think of them as relatively ordinary people who made themselves extraordinary. ” – Carol Dweck : The New Psychology of Success
2. Belajar yaitu Sistem Seumur Hidup
Saat kita telah masuk dalam dunia kerja, kerapkali kita berasumsi bahwa saat belajar sudah selesai telah. Telah waktunya kita tutup buku, konsentrasi mencari duit serta menguber prestasi karier kita. Namun taukah anda bahwa mereka yang berhasil yaitu mereka yg tidak pernah berhenti belajar?
Mungkin saja misal yang paling pas di sini yaitu Albert Einstein. Saat Einstein muda mendaftar masuk perguruan tinggi, nilainya sangatlah buruk sampai nyaris saja ia tak di terima kuliah. Namun apa yang pada akhirnya membuatnya berhasil juga sebagai salah seseorang ilmuan hebat era ini?
Saat di tanya, ia menjawab bahwa sesungguhnya ia tidaklah teramat pandai, prestasi yang diraihnya dalam bagian ilmu dan pengetahuan sampai kini karena ia sudah konsentrasi untuk pelajari studi yang ditanganinya lebih lama dari pada beberapa orang yang lain. Saat rekan-rekan yang lain berasumsi saat studi sudah usai sesudah lulus dari bangku kuliah, Albert Einstein terus meningkatkan apa yang sudah dipelajarinya sepanjang kuliah walau mesti bertahan dengan bayaran murah saat meniti karier di kantor paten swiss.
Pikirkan bila Albert Einsten cuma konsentrasi pada kariernya saja di kantor paten swiss tanpa ada meningkatkan minatnya pada fisika, akankah ia bakal jadi manusia yang dikira pandai pada era ini?
Ingat! harus belajar tidak cuma 12 th. + 4 th. kuliah, harus belajar yaitu seumur hidup!
“I am not that i’m so smart, it’s juicet that i stay with problems longer” – Albert Einstein
3. Kecerdasan Intelektual (IQ) Tak Ada Hubungan dengan Keberhasilan Seorang
Usai perang dunia pertama, seseorang professor dari Stanford University bernama Lewis Terman bikin suatu riset perihal jalinan pada kecerdasan intelektual dengan keberhasilan seorang. Kian lebih 250. 000 pelajar SD hingga SMA di California serta sekitarnya dilibatkan, sampai didapatlah 1. 470 anak dengan IQ diatas 140 sampai 200. Anak-anak inilah yang lalu dihipotesiskan oleh Lewis Terman bakal jadi orang yang berhasil di hari esok serta bakal jadi pemimpin yang paling dikagumi di semua dunia.
Ketika anak-anak tadi masuk umur dewasa, kekeliruan Lewis Terman mulai tampak. Sebagian anak jeniusnya tumbuh besar menerbitkan buku serta artikel akademis dan berhasil dalam dunia usaha. Sebagian bekerja di bidang pemerintahan serta ada dua orang sebagai hakim agung, seseorang hakim pengadilan daerah, dua anggota legistatif nagera sisi California, serta seseorang petinggi pemerintahan yang punya pengaruh. Namun cuma sebagian anak jeniusnya yang betul-betul dikenal dengan cara nasional. Beberapa besar mempunyai karier yang dinilai biasa-biasa saja serta cukup banyak juga yang mempunyai karier yang bahkan juga oleh Lewis Terman dinilai juga sebagai kegagalan. Tak ada satu orang juga dari grup jenius Lewis Terman ini yang memenangkan hadiah nobel. Dua orang anggota timnya sesungguhnya menguji dua orang siswa SD yang pada akhirnya jadi pemenang nobel – William Shockley serta Luis Alvarez – serta menampik keduanya. IQ mereka kurang tinggi. Perihal ini pula yang pada akhirnya menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual tak ada hubungan dengan keberhasilan seorang.
4. Kita Hidup Di Masa yang Tidak sama dengan Senior Kita
Apakah anda pernah terasa begitu sulitnya mengajak orangtua anda yang berumur diatas 40-an berpindah dari handphone bertombol analog ke touch screen? Atau sempatkah anda terasa begitu sulitnya mengajak atasan anda berkerja dengan memakai evernote maupun asana? Bila anda pernah alami hal semacam ini, harusnya anda sadar bahwa hal semacam ini yaitu wajar. Lantaran anda dengan orangtua atau atasan anda tengah hidup di Masa yang tidak sama. Anda yaitu digital natives sedang mereka yang lebih tua dari anda dalah digital immigrants.
Singkatnya, Digital Natives yaitu generasi yang mulai sejak kecil sudah punya kebiasaan hidup dengan dunia yang terkoneksi melalui internet. Prinsipnya yaitu “makan ngga makan asal konek”. Keperluan primernya ada empat terkecuali sandang, papan, pangan plus konek. Inilah generasi yang punya kebiasaan bergerak dengan cepat serta praktis. Walaupun kadang-kadang generasi ini sulit konsentrasi pada satu hal kurun waktu yang lama.
Sedang Digital Immigrants yaitu mereka yang berimigrasi dari masa analog ke masa digital. Mungkin saja di antara mereka baru belajar bagaimanakah kirim e-mail, berkomunikasi dengan social media atau bahkan juga ada pula di antara mereka yang masih tetap baru belajar memakai internet. Generasi ini masih tetap punya kebiasaan dengan rapat lama yang menjemukan, birokrasi yang repot serta langkah pengajaran yang condong kaku.
5. Kita Mesti Bersukur Lantaran Lahir di Indonesia Hari Ini
Soekarno pernah berkata “Berilah saya 10 pemuda jadi bakal kuguncang dunia. ” Pernyataan ini sesungguhnya tak terlalu berlebih mengingat utamanya peran pemuda dalam mengawal banyak pergantian didunia ini.
Menurut perkiraan dari McKinsey & Co, Indonesia bakal jadi negara ekonomi terkuat nomer 6 di Dunia pada th. 2030. Hal semacam ini tidaklah terlalu berlebih lantaran sekarang ini anak muda umur produktif Indonesia sejumlah seputar 35% dari keseluruhan populasi. Jumlah umur produktif yang gemuk ini pernah didapati oleh Jepang pada th. 1950-an, Korea Selatan th. 1970-an serta Cina di th. 1990-an. Serta pada peristiwa itu anak muda umur produktifnya dapat memakainya dengan baik dengan selalu berkarya hingga tak aneh lagi bila sekarang ini banyak perusahaan multinasional yang datang dari Jepang, Korea Selatan serta Cina.
Bagaimanakah dengan Indonesia?
Harusnya kita juga sebagai pemuda dapat memakai momentum ini dengan baik, lewat karya serta bekerja untuk perkembangan negeri ini. Butuh di ketahui 35% dari keseluruhan populasi Indonesia sejumlah seputar 170 juta jiwa. Dengan 10 pemuda saja Soekarno dapat mengguncang dunia, terlebih dengan 170 juta jiwa?
“Anak muda tak pernah menjanjikan saat lantas, lantaran ia hidup di saat depan” – Anies Baswedan
6. Bercita-cita Rendah Lebih Beresiko dari pada Bercita-cita Tinggi
Dalam tulisan saya pada awal mulanya yang berjudul Setinggi Apa Kita Mesti Menggantungkan Mimpi, bisa diambil kesimpulan bahwa bercita-cita renda tambah lebih beresiko dari pada bercita-cita tinggi.
Kerap sekali orang di seputar kita berkata “Jangan bercita-cita tinggi, lantaran bila jatuh bakal sakit. ” Namun satu hal yg tidak mereka sadari bahwa bercita-cita rendah bakal tambah lebih beresiko dari pada bercita-cita tinggi. Bila Albert Einstein mempunyai harapan yang rendah, mungkin saja ia bakal senang bekerja juga sebagai staff di kantor paten. Bila Michael Jordan mempunyai harapan yang rendah, mungkin saja ia akan tidak pernah bermain basket lagi sesudah di mengeluarkan dari tim basket SMA-nya. Apabila The Beatles bercita-cita rendah, mungkin saja mereka cuma bakal selesai jadi penyanyi cafe di Hamburg.
Bercita-cita tinggi bakal membawa anda pada banyak pencapaian-pencapaian, sedang bercita-cita rendah akan tidak membawa anda kemana-mana.
“I can accept failure, but i can’t accept not trying” – Michael Jordan
7. Tua itu Pasti, Namun Dewasa itu Pilihan
Sangat banyak anak muda di masa saat ini yang dapat berperan dengan cara penting didalam beragam hal. Meskipun umur mereka masih tetap sangatlah muda, namun kedewasaan mereka dalam memimpin dapat membawa mereka di kenal oleh beberapa orang. Juga sebagai misal lihatlah Malala Yousafzai dinobatkan juga sebagai salah satu orang paling punya pengaruh dunia versus Majalah TIME pada th. 2013 atau saksikan juga bagaimanakah Mark Zuckerberg yang di umur mudanya telah dapat memimpin suatu perusahaan besar yang bernama facebook.
Remeber! Age is juicet number and mature is about character.
Mulai sekarang ini, anda mesti mengerti beberapa hal apa sajakah yang bakal punya pengaruh di umur 20 tahunan anda. Pakai hal semacam ini juga sebagai rekomendasi hidup. Awalilah berkarya serta berupaya. Buat jadi umur 20 tahunan anda juga sebagai periode yang monumental untuk perkembangan anda di waktu mendatang.
Kesempatan ini kita bakal mengulas apa sajakah yang perlu kita sadari saat kita mulai menginjakkan kaki di umur 20 tahunan agar umur 20 tahunan kita jadi saat yang monumental untuk perubahan karier kita di waktu mendatang.
7 Hal Yang Harus Disadari Ketika Anda Berusia 20 Tahun
1. Ketauhilah Bahwa Otak Kita juga Berbentuk Seperti Otot
Menurut Carol Dweck – salah seseorang professor dari Stanford University – menuturkan bahwa otak kita juga memiliki karakter yang sama seperti dengan otot. Bila makin kerap dilatih, pasti bakal makin berkembang. Otak yang makin berkembang ini cuma bisa dibuat oleh pola pikir yang dimaksud dengan growth mindset.
Butuh di ketahui, dalam tulisan saya pada awal mulanya yang berjudul Memperbandingkan Isi Otak Mereka yang Berhasil dengan Mereka yang Tidak berhasil, diterangkan bahwa pola pikir manusia dibagi dalam 2 jenis : fixed mindset serta growth mindset. Orang dengan pola pikir fixed mindset bakal berasumsi bahwa usaha keras serta belajar yaitu hal yang percuma. Mereka condong membanggakan prestasi saat lantas serta berasumsi orang yang lebih pandai yaitu saingan yang harus dimusuhi. Sedang orang dengan pola pikir growth mindset bakal berasumsi bahwa belajar serta usaha keras itu utama. Baginya saat lantas yaitu yang yang sudah melalui yang bisa di ambil pelajarannya. Serta satu yang pasti, orang dengan pola pikir growth mindset bakal sudi belajar dari siapapun, termasuk juga dari orang yang lebih pandai darinya
“We like to think of our champions and idols as superheroes who were born different from us. We don’t like to think of them as relatively ordinary people who made themselves extraordinary. ” – Carol Dweck : The New Psychology of Success
2. Belajar yaitu Sistem Seumur Hidup
Saat kita telah masuk dalam dunia kerja, kerapkali kita berasumsi bahwa saat belajar sudah selesai telah. Telah waktunya kita tutup buku, konsentrasi mencari duit serta menguber prestasi karier kita. Namun taukah anda bahwa mereka yang berhasil yaitu mereka yg tidak pernah berhenti belajar?
Mungkin saja misal yang paling pas di sini yaitu Albert Einstein. Saat Einstein muda mendaftar masuk perguruan tinggi, nilainya sangatlah buruk sampai nyaris saja ia tak di terima kuliah. Namun apa yang pada akhirnya membuatnya berhasil juga sebagai salah seseorang ilmuan hebat era ini?
Saat di tanya, ia menjawab bahwa sesungguhnya ia tidaklah teramat pandai, prestasi yang diraihnya dalam bagian ilmu dan pengetahuan sampai kini karena ia sudah konsentrasi untuk pelajari studi yang ditanganinya lebih lama dari pada beberapa orang yang lain. Saat rekan-rekan yang lain berasumsi saat studi sudah usai sesudah lulus dari bangku kuliah, Albert Einstein terus meningkatkan apa yang sudah dipelajarinya sepanjang kuliah walau mesti bertahan dengan bayaran murah saat meniti karier di kantor paten swiss.
Pikirkan bila Albert Einsten cuma konsentrasi pada kariernya saja di kantor paten swiss tanpa ada meningkatkan minatnya pada fisika, akankah ia bakal jadi manusia yang dikira pandai pada era ini?
Ingat! harus belajar tidak cuma 12 th. + 4 th. kuliah, harus belajar yaitu seumur hidup!
“I am not that i’m so smart, it’s juicet that i stay with problems longer” – Albert Einstein
3. Kecerdasan Intelektual (IQ) Tak Ada Hubungan dengan Keberhasilan Seorang
Usai perang dunia pertama, seseorang professor dari Stanford University bernama Lewis Terman bikin suatu riset perihal jalinan pada kecerdasan intelektual dengan keberhasilan seorang. Kian lebih 250. 000 pelajar SD hingga SMA di California serta sekitarnya dilibatkan, sampai didapatlah 1. 470 anak dengan IQ diatas 140 sampai 200. Anak-anak inilah yang lalu dihipotesiskan oleh Lewis Terman bakal jadi orang yang berhasil di hari esok serta bakal jadi pemimpin yang paling dikagumi di semua dunia.
Ketika anak-anak tadi masuk umur dewasa, kekeliruan Lewis Terman mulai tampak. Sebagian anak jeniusnya tumbuh besar menerbitkan buku serta artikel akademis dan berhasil dalam dunia usaha. Sebagian bekerja di bidang pemerintahan serta ada dua orang sebagai hakim agung, seseorang hakim pengadilan daerah, dua anggota legistatif nagera sisi California, serta seseorang petinggi pemerintahan yang punya pengaruh. Namun cuma sebagian anak jeniusnya yang betul-betul dikenal dengan cara nasional. Beberapa besar mempunyai karier yang dinilai biasa-biasa saja serta cukup banyak juga yang mempunyai karier yang bahkan juga oleh Lewis Terman dinilai juga sebagai kegagalan. Tak ada satu orang juga dari grup jenius Lewis Terman ini yang memenangkan hadiah nobel. Dua orang anggota timnya sesungguhnya menguji dua orang siswa SD yang pada akhirnya jadi pemenang nobel – William Shockley serta Luis Alvarez – serta menampik keduanya. IQ mereka kurang tinggi. Perihal ini pula yang pada akhirnya menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual tak ada hubungan dengan keberhasilan seorang.
4. Kita Hidup Di Masa yang Tidak sama dengan Senior Kita
Apakah anda pernah terasa begitu sulitnya mengajak orangtua anda yang berumur diatas 40-an berpindah dari handphone bertombol analog ke touch screen? Atau sempatkah anda terasa begitu sulitnya mengajak atasan anda berkerja dengan memakai evernote maupun asana? Bila anda pernah alami hal semacam ini, harusnya anda sadar bahwa hal semacam ini yaitu wajar. Lantaran anda dengan orangtua atau atasan anda tengah hidup di Masa yang tidak sama. Anda yaitu digital natives sedang mereka yang lebih tua dari anda dalah digital immigrants.
Singkatnya, Digital Natives yaitu generasi yang mulai sejak kecil sudah punya kebiasaan hidup dengan dunia yang terkoneksi melalui internet. Prinsipnya yaitu “makan ngga makan asal konek”. Keperluan primernya ada empat terkecuali sandang, papan, pangan plus konek. Inilah generasi yang punya kebiasaan bergerak dengan cepat serta praktis. Walaupun kadang-kadang generasi ini sulit konsentrasi pada satu hal kurun waktu yang lama.
Sedang Digital Immigrants yaitu mereka yang berimigrasi dari masa analog ke masa digital. Mungkin saja di antara mereka baru belajar bagaimanakah kirim e-mail, berkomunikasi dengan social media atau bahkan juga ada pula di antara mereka yang masih tetap baru belajar memakai internet. Generasi ini masih tetap punya kebiasaan dengan rapat lama yang menjemukan, birokrasi yang repot serta langkah pengajaran yang condong kaku.
5. Kita Mesti Bersukur Lantaran Lahir di Indonesia Hari Ini
Soekarno pernah berkata “Berilah saya 10 pemuda jadi bakal kuguncang dunia. ” Pernyataan ini sesungguhnya tak terlalu berlebih mengingat utamanya peran pemuda dalam mengawal banyak pergantian didunia ini.
Menurut perkiraan dari McKinsey & Co, Indonesia bakal jadi negara ekonomi terkuat nomer 6 di Dunia pada th. 2030. Hal semacam ini tidaklah terlalu berlebih lantaran sekarang ini anak muda umur produktif Indonesia sejumlah seputar 35% dari keseluruhan populasi. Jumlah umur produktif yang gemuk ini pernah didapati oleh Jepang pada th. 1950-an, Korea Selatan th. 1970-an serta Cina di th. 1990-an. Serta pada peristiwa itu anak muda umur produktifnya dapat memakainya dengan baik dengan selalu berkarya hingga tak aneh lagi bila sekarang ini banyak perusahaan multinasional yang datang dari Jepang, Korea Selatan serta Cina.
Bagaimanakah dengan Indonesia?
Harusnya kita juga sebagai pemuda dapat memakai momentum ini dengan baik, lewat karya serta bekerja untuk perkembangan negeri ini. Butuh di ketahui 35% dari keseluruhan populasi Indonesia sejumlah seputar 170 juta jiwa. Dengan 10 pemuda saja Soekarno dapat mengguncang dunia, terlebih dengan 170 juta jiwa?
“Anak muda tak pernah menjanjikan saat lantas, lantaran ia hidup di saat depan” – Anies Baswedan
6. Bercita-cita Rendah Lebih Beresiko dari pada Bercita-cita Tinggi
Dalam tulisan saya pada awal mulanya yang berjudul Setinggi Apa Kita Mesti Menggantungkan Mimpi, bisa diambil kesimpulan bahwa bercita-cita renda tambah lebih beresiko dari pada bercita-cita tinggi.
Kerap sekali orang di seputar kita berkata “Jangan bercita-cita tinggi, lantaran bila jatuh bakal sakit. ” Namun satu hal yg tidak mereka sadari bahwa bercita-cita rendah bakal tambah lebih beresiko dari pada bercita-cita tinggi. Bila Albert Einstein mempunyai harapan yang rendah, mungkin saja ia bakal senang bekerja juga sebagai staff di kantor paten. Bila Michael Jordan mempunyai harapan yang rendah, mungkin saja ia akan tidak pernah bermain basket lagi sesudah di mengeluarkan dari tim basket SMA-nya. Apabila The Beatles bercita-cita rendah, mungkin saja mereka cuma bakal selesai jadi penyanyi cafe di Hamburg.
Bercita-cita tinggi bakal membawa anda pada banyak pencapaian-pencapaian, sedang bercita-cita rendah akan tidak membawa anda kemana-mana.
“I can accept failure, but i can’t accept not trying” – Michael Jordan
7. Tua itu Pasti, Namun Dewasa itu Pilihan
Sangat banyak anak muda di masa saat ini yang dapat berperan dengan cara penting didalam beragam hal. Meskipun umur mereka masih tetap sangatlah muda, namun kedewasaan mereka dalam memimpin dapat membawa mereka di kenal oleh beberapa orang. Juga sebagai misal lihatlah Malala Yousafzai dinobatkan juga sebagai salah satu orang paling punya pengaruh dunia versus Majalah TIME pada th. 2013 atau saksikan juga bagaimanakah Mark Zuckerberg yang di umur mudanya telah dapat memimpin suatu perusahaan besar yang bernama facebook.
Remeber! Age is juicet number and mature is about character.
Mulai sekarang ini, anda mesti mengerti beberapa hal apa sajakah yang bakal punya pengaruh di umur 20 tahunan anda. Pakai hal semacam ini juga sebagai rekomendasi hidup. Awalilah berkarya serta berupaya. Buat jadi umur 20 tahunan anda juga sebagai periode yang monumental untuk perkembangan anda di waktu mendatang.
No comments