Profil Nadiem Makarim, Pendiri Go-Jek
Nadiem Makarim , Pendiri Go-Jek |
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim, mungkin tidak semua orang mengenal sosoknya, namun siapa yang tak mengenal Go-Jek saat ini. Layaknya virus yang menjamur dengan cepat, heboh Go-Jek sebagai perusahaan StartUp lokal kini telah berkembang pesat merambah luas ke kota-kota besar Indonesia dan menjelma menjadi perusahaan profesional yang menawarkan jasa transportasi antar penumpang dengan sepeda motor alias ojek.
Fenomena kesuksesan Go-Jek sebagai brand juga kini bisa dibilang semakin melambung tinggi, terbukti tak henti-hentinya beberapa media online ternama terus memberitakan soal Gojek, mulai dari segi positif hingga negatifnya.
Akhir-akhir ini mungkin anda sudah mendengar berita terkait sopir ojek tradisional yang menolak keberadaan Go-Jek di wilayah kerjanya, seperti yg terjadi disekitar wilayah Kelapa Gading dan Universitas Indonesia. Keberadaan driver gojek dinilai oleh para supir ojek berpotensi merebut penumpangnya sehingga berakibat berkurangnya pendapatan harian mereka. Ya begitulah berita negatif mengenai GoJek saat ini.
Menurut saya gesekan seperti itu lumrah terjadi di lingkungan sosial ibu kota, karena urusan perut bisa dibilang masalah yg sangat mendasar dan agak sulit dihindari. Tinggal bagaimana manajemen Go-Jek bisa menciptakan solusinya guna mengurangi potensi gesekan agar perselisihan antar sesama supir ojek bisa dihindari.
Cerita lain juga datang dari Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama alias Ahok. Seperti dikutip dari beberapa media online, bahwa Ahok berkeinginan mengintegrasikan Gojek dengan Bus Transjakarta dalam konsep Smart City. Ia pun lantas menawarkan kerjasama kepada pihak Gojek dengan tujuan agar pengguna Busway dan Gojek dapat lebih mudah merencanakan perjalanan.
Heboh fenomena Gojek ini lantas mengundang sikap keinginan tahuan saya yang akhirnya menimbulkan pertanyaan, sebenarnya siapa orang dibalik kesuksesan Go-Jek ini?
Fenomena Go-Jek
Mengusung nama Go-Jek (diambil dari kata ojek) sebagai brand membuatnya semakin mudah dikenal masyarakat Indonesia, karena tentu masyarakat sudah mengenal ojek tradisional yang keberadaannya mulai marak sejak masa krisis moneter tahun 1998.Fenomena kesuksesan Go-Jek sebagai brand juga kini bisa dibilang semakin melambung tinggi, terbukti tak henti-hentinya beberapa media online ternama terus memberitakan soal Gojek, mulai dari segi positif hingga negatifnya.
Akhir-akhir ini mungkin anda sudah mendengar berita terkait sopir ojek tradisional yang menolak keberadaan Go-Jek di wilayah kerjanya, seperti yg terjadi disekitar wilayah Kelapa Gading dan Universitas Indonesia. Keberadaan driver gojek dinilai oleh para supir ojek berpotensi merebut penumpangnya sehingga berakibat berkurangnya pendapatan harian mereka. Ya begitulah berita negatif mengenai GoJek saat ini.
Menurut saya gesekan seperti itu lumrah terjadi di lingkungan sosial ibu kota, karena urusan perut bisa dibilang masalah yg sangat mendasar dan agak sulit dihindari. Tinggal bagaimana manajemen Go-Jek bisa menciptakan solusinya guna mengurangi potensi gesekan agar perselisihan antar sesama supir ojek bisa dihindari.
Cerita lain juga datang dari Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama alias Ahok. Seperti dikutip dari beberapa media online, bahwa Ahok berkeinginan mengintegrasikan Gojek dengan Bus Transjakarta dalam konsep Smart City. Ia pun lantas menawarkan kerjasama kepada pihak Gojek dengan tujuan agar pengguna Busway dan Gojek dapat lebih mudah merencanakan perjalanan.
Heboh fenomena Gojek ini lantas mengundang sikap keinginan tahuan saya yang akhirnya menimbulkan pertanyaan, sebenarnya siapa orang dibalik kesuksesan Go-Jek ini?
Nadiem, sapaan akrab Nadiem Makarim adalah pendiri GoJek, ialah orang yang pertama kali memiliki ide jenius untuk membuat sistem berbasis online untuk menghubungkan sopir ojek dengan penumpang lewat teknologi internet smartphone, yaitu Aplikasi Go-Jek. Ia merupakan pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek.
Mari kita bahas lebih jauh mengenai profil pendiri GoJek ini.
Mari kita bahas lebih jauh mengenai profil pendiri GoJek ini.
Profil Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek
Nadiem Makarim sebenarnya tidak lahir dari keluarga yang berlatar belakang pengusaha. Ayahnya merupakan seorang pengacara asal dari Pekalongan, Jawa Tengah, sementara ibunya bekerja dibidang non profit.
Di keluarga hanya dia seoang yang terjun menjadi entrepreneur. Ia pun merasa beruntung memiliki orang tua yang selalu mendukung usahanya.
Pendidikan Nadiem Makarim
Nadiem kecil belajar di sebuah sekolah dasar Jakarta. Ketika remaja ia hijrah ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan jenjang SMA-nya. Kemudian ia hijrah ke Amerika untuk berkuliah mengambil jurusan International Relations di Brown University, AS. Ia juga sempat mengikuti foreign exchange di London School of Economics selama satu tahun disana.
Tak puas hanya menjadi sarjana kemudian Nadiem melanjutkan studi S2 nya di Harvard Business School hingga lulus dan kini menyandang gelar MBA (Master of Business Administration).
Karir Nadiem Makarim
Menghabiskan sebagian masa mudanya diluar negeri untuk mencapai studi pendidikannya, Nadiem yang menyandang lulusan Harvard kemudian memberanikan diri pulang ke Indonesia utk terjun ke dunia kerja. Ia pun langsung direktut bekerja menjadi Management Consultant di McKinsey & Company, yaitu sebuah perusahaan konsultan ternama di Jakarta.
Merasa tidak puas bekerja selama 3 tahun di perusahaan konsultan tersebut, ia memilih berhenti dan melanjutkan karirnya dengan menjadi Co-founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku dalam jangka waktu berurutan, sebelum terbesit menginisiasikan lahirnya sebuah social entrepreneurship StartUp, Go-Jek.
Ide Mendirikan Go-Jek
Bermula dari obrolannya dengan sopir ojek ketika sedang nongkrong, ia mengetahui bahwa mayoritas waktu kerja ojek itu dihabiskan untuk menunggu penumpang sehingga tidak produktif. Dari situ ia lantas berkeinginan menjalankan misi sosial utk membantu sopir ojek supaya dapat lebih produktif. Begitu dikutip darinya pada forum WhatWorks di New Cities Summit 2015.Pada tahun 2011, berbekal tekad dan ilmu teknologi yang didapatnya saat bekerja, lantas ia menciptakan sebuah sistem jasa pemesanan ojek yg dinamakan Go-Jek. Sistem ini bekerja untuk membantu para supir ojek mendapatkan penumpang dan membantu penumpang yang membutuhkan ojek.
Perkembangan GoJek sebagai StartUp
Sejak itu, Go-Jek mulai melayani telepon pesanan ojek melalui call center, kemudian operator call centre akan mencari driver gojek terdekat. Lalu menugaskan driver menjemput pelanggan sambil memantau kedatangan driver dengan sistem navigasi & koordinasi si pelanggan.
Nadiem pun tidak mau tanggung-tanggung dalam mengembangkan bisnis startup sekaligus misi sosialnya ini. Selain menyediakan sarana teknologi bersistem call centre tersebut, Ia juga memberikan smartphone kepada mitra ojeknya guna sebagai sarana utk menerima panggilan pelanggan. Ia juga tak sungkan memfasilitasi full set keamanan berkendara (safety riding) utk mitranya, yaitu berupa jaket dan helm SNI berwarna hijau dan berlogo Go-Jek. Hal ini juga sekaligus guna memenuhi kebutuhan branding perusahaan.
Nadiem pun tidak mau tanggung-tanggung dalam mengembangkan bisnis startup sekaligus misi sosialnya ini. Selain menyediakan sarana teknologi bersistem call centre tersebut, Ia juga memberikan smartphone kepada mitra ojeknya guna sebagai sarana utk menerima panggilan pelanggan. Ia juga tak sungkan memfasilitasi full set keamanan berkendara (safety riding) utk mitranya, yaitu berupa jaket dan helm SNI berwarna hijau dan berlogo Go-Jek. Hal ini juga sekaligus guna memenuhi kebutuhan branding perusahaan.
Melihat peluang ketika maraknya pengguna smartphone, Nadiem pun melakukan inovasi dengan meluncurkan aplikasi mobile Go-Jek untuk pengguna smartphone dalam mempermudah pemesanan ojek.
Mobile app itu pun membawa perubahan positif. Dari semula hanya memiliki sekitar 300 mitra ojek, kini Go-Jek sudah merekrut ribuan mitra yg tersebar diwilayah Jabodetabek, Bali, Bandung dan Surabaya. Aplikasi itu pun kini sudah diunduh sebanyak lebih dari 400 ribu kali.
Ekpektasi Nadiem untuk GoJek
Penambahan jumlah mitra sopir Go-Jek menjadi fokus utama rencana bisnisnya saat ini. Nadiem juga berniat untuk memperluas jangkauan Go-Jek ke seluruh Indonesia nantinya. Layanannya pun kini tidak terbatas hanya mengantarkan penumpang, melainkan juga bisa sebagai pengantar barang atau kurir.
Sebenarnya Nadiem banyak ditawari untuk membuka franchise Go-Jek di luar negeri. Namun, ia belum berminat dan ingin fokus membantu tukang ojek di Indonesia. Ia berharap, kedepan tukang ojek tidak lagi dipandang sebagai profesi kelas bawah, melainkan profesi yang profesional dan dapat diapresiasi.
Melalui Go-Jek, ia telah mampu menjalankan misi sosialnya dengan membuka lapangan pekerjaan untuk ribuan orang di sektor informal. Kini para sopir ojek menjadi lebih produktif dan tidak lagi dipandang sebagai profesi yang kurang menjanjikan.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim
Sumber :
Kesan
Bangga rasanya melihat pemuda Indonesia seperti mas Nadiem Makarim, pendiri GoJek. Dimana ketika para mahasiswa lulusan luar negeri lainnya lebih memilih bekerja di luar negeri, namun ia lebih memilih kembali ke tanah air dan memberdayakan masyarakat.Melalui Go-Jek, ia telah mampu menjalankan misi sosialnya dengan membuka lapangan pekerjaan untuk ribuan orang di sektor informal. Kini para sopir ojek menjadi lebih produktif dan tidak lagi dipandang sebagai profesi yang kurang menjanjikan.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim
Sumber :
- http//news.detik.com/tokoh/2938089/nadiem-makarim-pendiri-go-jek-yang-sudah-bantu-10-ribu-sopir-ojek
- http//www.dream.co.id/dinar/nadiem-makarim-tukang-ojek-modern-lulusan-harvard-150408d.html
- http//www.merdeka.com/uang/nadiem-makarim-bos-go-jek-lulusan-harvard-tak-betah-kerja-kantoran.html
No comments