Insfirasi Dari Pedagang di Depan Sekolah
Setiap hari secara tidak langsung saya sering memperhatikan keberadaan pedagang di depan gerbang sekolah. Kalau tidak salah ada sekitar lima sampai enam orang yang menjajakan berbagai jenis jajanan khas anak-anak dan jenis mainan lainya. Memang beberapa dari mereka tidak selalu berjualan disana, kadang ada kadang tidak, tapi beberapa diantaranya merupakan pedagang tetap yang biasa setiap hari mangkal di depan sekolah. Bagi saya kehadiran para pedagang tersebut sangat menarik, terlepas dari isu kebersihan dan kesehatan menyangkut makanan yang mereka dagangkan. Menariknya apa?
Menariknya adalah, jenis jajanan yang mereka dagangkan. Selalu saja ada yang baru, dan selalu memancing anak-anak untuk membelinya. Misalnya saja, pedagang roti goreng yang dibuat seperti piza. Terus ada lagi, aci yang digoreng dengan bentuk yang sangat menarik dan pedagangnya menamai jajanan tersebut dengan nama papeda. Masih ada lagi, kentang goreng yang dibuat melingkar mengitari tusuk sate sepanjang kurang lebih 40 cm. Belum lagi jenis agar-agaran yang dibuat dengan aneka bentuk hewan-hewan yang sangat lucu. Dan entahlah jenis jajanan apalagi, karena setiap harinya selalu ada model baru dari jenis jajanan yang di jajakan si penjual-penjual kreatif tersebut.
Yang membuat saya harus mengatakan menarik, adalah kreasi-kreasi yang dilakukan para pedangang tersebut. Dan saya anggap mereka itu kreatif, dan cerdik. Kreatifnya adalah mampu membuat aneka jajanan dengan varian model yang sangat menarik. Sedangkan cerdiknya adalah kemampuan menerapkan ide membuat sesuatu yang diimplementasikan menjadi sebuah produk jajanan. Tentu hal-hal semacam ini memerlukan riset jika dilakukan oleh orang-orang akademik, dan saya yakin para pedagang itu spontan saja melakukanya. Begitulah naluri pebisnis, selalu melihat sesuatu menjadi peluang. Dan saya ngiri dengan para pedagang tersebut. Ngiri lantaran saya tidak bisa sekreatif mereka dalam menciptakan peluang dan ide bisnis.
Hikmahnya adalah...
Ini seperti muhasabah kecil-kecilan yang menuntun kita untuk mencoba menelusuri kreativitas orang lain. Saya adalah guru, secara akademis tentu jauh lebih baik dari sipedagang yang setiap hari saya temui di depan sekolah tersebut, tetapi secara naluri bisnis ternyata saya jauh lebih tertinggal dari mereka.
Muhasabah kecil-kecilan lainya adalah, betapa kita harus mensyukuri apa yang telah kita dapati bukan cuma dengan mengucap hamdalah. Melainkan bagaimana mengelola apa yang kita dapatkan tersebut untuk prospek-prospek lainya. Artinya mestinya kita sekreatif pedagang tersebut, selalu beimprovisai dalam menciptakan peluang bisnis. Semestinya kita (saya sebagai guru) yang sudah diberi kesempatan sekolah dan kuliah, bisa lebih baik lagi dalam memanfaatkan "knowledge" untuk penghasilan yang lebih baik agar tidak melulu mengeluh lantaran gaji guru yang katanya kecil.
No comments