Header Ads

Cerita Seks | Ngentot dengan ibu Dosen ku yang Cantik

 
Cerita Seks | Ngentot dengan ibu Dosen ku yang Cantik.Namaku Adi, dosen di Perguruan Tinggi Swasta, seminggu yang lalu, aku dikerjai dua mahasiswiku. Kebetulan si dua mahasiswi tadi Dewi dan Sinta mendapat nilai yang dibawah standar. Mereka tergabung dengan 3 mahasiswi lainnya yang juga mendapat nilai dibawah standar. Entah kenapa aku menemukan anomali dari kelas ini, cowok-cowok yang biasanya nilainya berantakan malah pada bagus-bagus, sedangkan cewek-cewek pada jelek-jelek.

Dengan langkah semangat aku masuk ke kelas, wajah-wajah tegang sudah tergambar di wajah mahasiswa ku. Perlahan aku jelaskan mekanisme nya, setelah yakin mereka paham aku berikan kertas ujian itu satu per satu. Aku sengaja menyimpan hasil ujian Sinta dan Dewi untuk aku berikan secara private di ruang dosen. Benar saja setelah saya bagikan kertas ujian kelas jadi gaduh bukan kepalang. Karena senang.

Adi: “TENANG!!!!, Bagi yang nilainya di atas 50 silahkan tinggalkan ruangan” kataku menenangkan.
Tanpa dikomando dua kali anak-anak berebut keluar kelas. Menyisakan 5 mahasiswi di kelas itu. Dewi dan Sinta mendatangi mejaku dan bertanya.
Sinta: “Pak, kami belum dapat kertas ujiannya”
Adi: “Masa? Tapi nilai kalian ada di sini kok, kataku sambil memperlihatkan hasil ujian mereka, kamu Sinta dapat nilai 45, sedangkan kamu Dewi dapat nilai 35”
Sinta: “ Kok bisa pak? bukannya saya sudah ikut ‘ujian khusus’? masa masih ngga lulus juga?”
Dewi: “Pak temen sebelah saya yang nyontek saya aja dapet 60, masa saya dapet 35?”
Adi: “Ok, nanti saya cari dulu di ruangan, saya ngga ingat salahnya dimana”
Sinta dan Dewi berpandangan sambil senyum kecut, dan menjawab hampir bersamaan “Baik Pak”

Setelah mereka berdua duduk, aku absen satu per satu, dan kemudian aku jelaskan mekanisme ujian perbaikan. Pelan aku sapu pandanganku ke mereka sambil menguji apakah mereka paham. Aku ngga tahu mereka janjian atau bagaimana, tapi semua dari mereka menggunakan tank top yang sangat menggoda. Nggak perlu aku amati dengan detil pun aku tahu mereka tidak pakai bra, karena putting mereka yang menonjol dengan indahnya. “Assshhh sudah Adi, focus!!!” Kataku dalam hati. Tak berapa lama penjelasan itu berakhir, mereka sepakat untuk mengerjakan tugas sebagai pengganti ujian perbaikan.

Sinta dan Dewi mengikutiku saat masuk ke ruang dosen, tepat di depan pintu Sinta bertanya:
Sinta: “Satu-satu atau berdua pak?”
Adi: “Berdua lah, masa sendiri-sendiri?”
Sinta: “Kirain bapak ketagihan, hehe” dengan nada lirih dan nakal
Adi: “… ”speechless aku menjawabnya, pengen jawab iya tapi malu, pengen jawab nggak padahal emang ketagihan.

Setelah mereka masuk, aku berikan 2 hasil ujian yang memang aku sembunyikan. Sengaja aku berikan kertas ujian itu terbalik, maksudku biar si Dewi tau apa yang aku lakukan terhadap Sinta.
Adi: “ini kertas ujian kalian, coba di cek apa yang salah”
Beberapa saat mereka serius membaca kesalahannya satu per satu, sampai tiba-tiba Dewi terbelalak melihat kertas jawaban yang dipegangnya. Bagi yang sudah baca catatan sebelumnya pasti tahu apa yang ditulis Sinta. Alih-alih menjawab pertanyaan, Sinta malah menuliskan desahan mesranya di lembar jawaban ujian, kurang lebih seperti ini ”Wealth of Nationssshhh adalah saaaalaahsss satu ahhh Pak…naik pak…ahh situ pak…salah satuuu pengarang ahhhh”. Tentu saja si Dewi kaget bukan kepalang, herannya dia malah melanjutkan membaca kertas jawaban itu sambil menggoyang-goyangkan kakinya, tampaknya tulisan Sinta membuatnya horny. Tak berapa lama Sinta menyadari bahwa kertasnya tertukar.
Sinta: “Pak, ini bukan kertas jawaban saya”
Adi: “Masa sih??” jawabku pura-pura ngga tahu.
Sinta: “Iya pak nih namanya dilihat dong”
Dewi: “Iya pak, salah nih” ujar Dewi sambil bergetar menahan napsu setelah baca tulisan Sinta di lembar jawaban.
Adi: “Ya sudah ditukar saja, kemudian dicek apa saya salah ngoreksinya”
Sinta+Dewi: “baik pak”

Setelah bertukar kertas jawaban, giliran Sinta yang tersipu dan senyum-senyum sendiri, sambil kadang melirikku nakal penuh makna. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Lalu Dewi memulai pertanyaan.
Dewi: “Kok nomer 3 salah pak? perasaan saya tadi liat temen yang nyontek saya nomer 3 bener kok”
Adi: “Ok bawa ke sini lembar jawaban temenmu itu”
Dewi: “Baik pak” Dewi bergegas siap-siap untuk keluar
Sinta: ” Saya ikut keluar pak?”
Adi: “Nggak usah mbak, kamu ngga lama kan Dewi?”
Dewi: “Nggak pak”

Setelah Dewi keluar, suasana jadi kikuk. Aku mencoba mematahkan suasana itu dengan pertanyaan
Adi: “Gimana mbak? Ada yang mau di komplain?”
Sinta: “Nggak pak, malu aja, bingung kenapa saya nulis kayak gini”
Adi: “Hahaha, saya juga heran mbak”
Sinta: Abis jilatan bapak enak banget siiihhh” katanya manja sambil berkerling nakal.

Tiba-tiba Sinta menyelusupkan kaki nya ke celah meja ku, dan tanpa permisi dia raba-raba kontolku pake jari-jari kakinya. Aku hanya diam, dan tersenyum sambil nahan horny. Si kontol ngga mau kompromi, tiba-tiba dia mengeras dan Sinta pun tersenyum senang
Sinta: “Nah gitu donk pak”
Adi: “Nakal kamu ya”
Aku balas olahan kaki nya dengan olahan kaki ku, kebetulan dia pakai rok mini, dengan leluasa aku selipkan di antara kedua paha nya. Aku mainkan jempolku di belahan memeknya, dan dia membelalak sambil tersenyum nakal
Sinta: “Pakkkk….shhh…ntar ketauan Dewi lho”
Adi: “Hehe…Dewi kan lagi keluar” jawabku nakal
Sinta: “Iiihhh Bapak genit…shhhh ke bawah dikit pak…shhh”

Tiba-tiba Sinta mundur dari kursinya, dan dia nyelusup ke bawah kolong mejaku. Aku kaget tapi ngga bisa menghindar karena persis dibelakang kursiku adalah tembok ruangan.
Adi: “Hei Sint…kamu ngapain?”
Sinta: “Bikin bapak seneng biar bapak ngelulusin Sinta”
Adi: “Hei…kamu pikir…dengan begi….” Zreeettt suara resletingku ditarik….”begini…ka…ka…mu” kata terbata-bata antara grogi dan horny ..”bisa lulus??”
Sinta diam ngga menjawab dan malah asyik ngejilat-jilat kontolku dari luar CD.

Adi: “Sin, udah sin…shhh…kamu ngga bakalan lulus kalo cuma dengan gitu…”
Dia diam dan focus menjilati selangkanganku….dia gigit-gigit kecil kontolku
Adi: “ SINTA….”
Sinta: “Kalo bapak mau Sinta berhenti, bapak cuma tinggal bilang ‘HENTIKAN’ pasti Sinta berhenti” katanya menggoda
Adi: “….” Lagi-lagi aku speechless, aku hanya diam, mau bilang ‘hentikan’ kok enak banget tapi kalo mau bilang ‘teruskan’ rasanya kok risih. Ah biar lah …aku duduk menyenderkan tubuhku di kursi dan membiarkan Sinta menikmati kontolku dari luar cd. Dengan lincah Sinta menyelipkan kontolku di belahan cd dan nongol lah si gundul kebanggaanku.

Sinta: : “Ini dia nih yang bikin Sinta kangen…Sinta jilat ya pak…”
Adi: “ Tapi bukan berarti kamu lulus lho ya?”
Sinta: “….ah Sinta udah ngga peduli itu lagi pak, Sinta cuma kangen sama ini, SLUURPPPSSSSS…”

Sinta menjulurkan lidahnya disaputnya belahan kontolku dan dimainkan dengan nakal. Ughhh ngilu rasanya. Dia kocok batang kontolku sambil dia kulum dan kenyot kepalanya. Ughh aku hanya bisa mendesis pelan. Tiba-tiba:

Tok-tok-tok

Adi: “ Sint udah Sint…ada orang” Sinta cuek aja dan malah tambah ganas.

Tok-tok-tok-tok … “Ini Dewi pak”

Adi: “ iyaaa silahkan” jawabku terbata-bata karena nahan enak di bawah pinggangku

Dewi: “Pak temen saya yang nyontek saya udah pulang, jadi saya mesti nyusul ke kos nya, Bapak masih lama disini?”

Adi: “Ehmmm” kataku sambil nahan ngilu “masih…sampai jam 5 mbak”
Dewi: “Baik pak, saya akan segera cari temen saya itu, Sinta udah keluar ya pak?”
Adi: “Sudah mbak, sudah lama kok” kataku bohong
Dewi: “Oww, ya udah pak, saya pamit dulu”
Adi: “Ok mbak”
Legaaa rasanya si Dewi pergi, jadi bisa focus lagi ke kenikmatan yang diberikan Sinta.
Adi: “shhhh Gila kamu Sint…nekat banget”kataku sambil ngelus rambut Sinta
Sinta: “hehe kadang yang nekat-nekat bikin Sinta tambah hot pak”
Adi: “pantesan kok kerasa lebih ngilu awwww jangan digigit Sint…sshhh”
Aku hanya mengiyakan dalam hati, memang kenyotan Sinta kali ini terasa lebih hot dan liar dibandingkan kenyotan dia minggu lalu.

Kriiinggg, suara bunyi telpon internal di mejaku berbunyi “ah shit lagi enak-enak gini ada telp” batinku

Adi: “Halo, Adi disini, ini dengan siapa?”
Ines: “ini Ines pak, staff jurusan, sekedar mengingatkan bapak ada rapat dosen 5 menit lagi”
Adi: “Ok Nes, saya berangkat”
Ines: “Kami tunggu pak”
Adi: ”Sint udahan dulu, Bapak ada rapat”
Sinta: “Ahhh bapak…dikit lagi pak, Sinta pengen sampe bapak keluar..”
Adi: “masih lama Sint…percaya deh, waktu itu aja butuh 20 menit kan? Kataku senyum nakal, bapak buru-buru nih”
Sinta: “ahhh bapak….trus nanggung donk nih…istilah ABG nya kentang nih pak”
Adi:” haha istilah apa tuh?”
Sinta: “iya kalo udah mau keluar trus ngga jadi dan nanggung namanya kentang pak kayak kentang rebus…”
Adi” haha, ada-ada aja, ok gini aja deh kamu cari tempat yang nyaman, nanti kita tuntaskan setuntas-tuntasnya biar ngga kentang”
Sinta: “hmmmm…tapi janji ngga merawanin Sinta ya pak?”
Adi: “Beres bosss…”
Sinta: “Janji juga ngelulusin Sinta di kuliah ini?”
Adi: “hahaha…liat nanti yaaaa…”
Sinta: “ hehe namanya juga usaha pak…hmmm masalah lulus atau nggak terserah bapak deh, yg penting buat Sinta sih…bisa ngemut lagi…,” katanya sambil mengerling nakal, “ok pak Sinta cari tempatnya ya?”
Adi: “ok … cari yang aman ya… mahal dikit ngga papa”
Sinta: “Ok bapakku sayang…daaaahh” katanya genit sambil meninggalkan ruanganku
Adi: “dahhh… Sinta…”

Aku bergegas ke ruang rapat. Yang sudah penuh, hingga aku akhirnya harus duduk di sebelah Ines, tepat di pojok ruangan.
Adi: “kosong Nes?”
Ines: “Kosong pak, kok tumben telat pak?”
Adi: “Biasa ada mahasiswa konsultasi”
Ines: “Mahasiswa apa mahasiswi pak?” katanya menggoda “saya sering liat banyak mahasiswi cekikikan kalo bapak lewat”
Adi: “Ah Mbak Ines bisa aja…jangan-jangan Mbak Ines ikut cekikikan?” kataku balas menggoda
Ines: “hihihi…nanti saya bilangin Bu Adi lho pak…”
Adi: “nanti aku bales bilangin suami mu donk…”
Ines: “Lha emang kita ngapain sih pak?” katanya genit
Adi: “Kalo sekarang sih belum ngapa-ngapain ngga tau 5 menit lagi, hehehe”
Ines: “ 5 menit lagi rapat pak…”
Adi: “saya milih rapet aja sama mbak Ines…”
Ines: “Pantes mahasiswi pada cekikikan pak, dosen nya genit banget hihiihi”

Aku hanya tersenyum kecut. Pikiran iseng ku berkembang, aku senggol-senggol dengkul Ines di dalam meja. Dia membalas senggolanku dengan wajah yang tetep jaim dan ngeliat ke depan. “hmmm gayung bersambut nih kayaknya” batinku. Aku lepas sepatu ku dan aku mulai raba betis nya dengan telapak kakiku yg berkaos kaki. Dia tetap diam dan tampak menikmati rabaan kaki ku, tanpa desisan tanpa perubahan ekspresi hanya mendiamkan apa yang aku lakukan.

Rapat pun dimulai, aku sudah ngga peduli dengan rapat ini, yang aku pedulikan adalah Ines, si staff jurusan yang baru 1 tahun bekerja di tempat kami. Ia punya suami, 1 anak, berkulit putih, berkacamata, rambut sebahu yang selalu dikuncir kuda dan bertubuh sangat proporsional dengan cup bra aku perkirakan 34 B. Pakaiannya yang selalu modis dan wangi, membuatku berpikir dia lebih pantas bekerja sebagai teller bank daripada admin jurusan.

Ines masih saja terdiam, meski bibir nya yang ranum mulai terbuka dan mendesis pelan “ssshhhh…” desisnya.

Posisi kami yang di sudut pojok ruangan membuat kami tidak perlu khawatir ada yang melihat kami. Gesekan jemariku semakin ke atas hingga ke belakang dengkulnya. Ia tampak menikmati ketika jempol kaki ku memainkan selahan dengkulnya desisannya bertambah nakal…
Ines: ”sshhhsss….shhhh”
Kaki ku naik menembus rok sedengkulnya dan terus hingga ke selangkangannya, dan tiba-tiba kaki ku dijepit dengan kedua paha halus nya. Dia mulai bergoyang pelan, takut ketauan aku pun berbisik ke Ines.
Adi: “ Jangan kebanyakan goyang Nes, ntar ketauan”
Ines: “ trusss gimana???”
Aku selipkan tangan ku ke rok mini nya tepat di luar cd nya, ia sempat terbelalak dan berbisik.
Ines: “duhhh jangan pak…kalo gini mah Ines tambah goyang pak, ntar ketauan yang lain”
Adi: “ asal kamu ngga banyak goyang ngga akan ketauan nes, kamu liat ke depan aja”
Ines:” shhhh pak… pak” jawabnya sambil menjepit erat tanganku.

Jari jemariku memainkan memek Ines dari luar cd, sungguh terasa betul seksi nya staff jurusan ku ini. Belahan memeknya terasa, yang artinya dia nggak mencukur bersih bulu-bulu di memeknya. Ini bikin aku tambah gregetan, aku elus-elus bibir memeknya pakai kedua jariku dan desisannya tambah intens
Ines: “shhh…shhh naik dikit pak…ahhhttt di situ pak…”
Setelah menemukan titik yang dimaui Ines, aku mulai lancarkan jurus kitik-kitik maut, ya memang konyol namanya tapi setiap kali aku lakukan jurus itu istriku selalu orgasme. Aku gesekkan jari ku ke atas dan ke bawah ke kiri dan ke kanan, berputar…dan FHOOM…menggelinjanglah si Ines…sambil aku rasakan memek nya yang berkedut tidak teratur.
Ines: “shhhh pakkkkk” desisnya manja…
Adi: “Ayo Nes keluarin di tangan saya”
Ines: “ iyhaaa pak….shhhh ahhhh…”desisnya
Aku lihat ines memejamkan mata sembari menggigit bibir dan aku rasakan cd-nya semakin bertambah basah.
Ines: “udah pak Adi…” katanya lemas dan puas
Adi: “enak Nes?”
Ines: “enak pak…tapi…lebih enak kalau yang gesek bukan jarinya Pak Adi” bisiknya nakal
Adi: “Trus apa donk?” kataku berlagak bloon
Ines:” Iniiii pakkk” sambil diremasnya kontolku ku yang sudah ½ ngaceng…
Adi: “ eitsss nakal ya…”
Ines cuek saja dan teru

No comments

Powered by Blogger.