Header Ads

Catatan Tentang Apersepsi

Kemarin saya mencoba mencari tahu tentang apa itu apersepsi? Secara praktik mungkin (kok mungkin ya?) saya sudah melakukanya, tetapi secara teori saya belum pernah mendapatkanya. Maklum saya bukan berlatar belakang kependidikan. Dan kemarin itulah saya sedikit banyak telah menelusuri teori-teori tentang apersepsi dari beberapa blog yang dibuat oleh sesama rekan guru, walau faktanya saya selalu menemukan contoh apersepsi yang sama yaitu apersepsi yang diberikan oleh pak Munir Chatib. Tapi tidak apalah toh contoh apersepsi semacam itu belum pernah saya temukan di bangku kuliah (la iyalah bukan kependidikan). Beruntung saya menemukan blognya teacherguideonline walau keliatanya blog tersebut sudah gak update lagi, tapi topik 4 pilar dalam apersepsi sangat membantu saya untuk mengenal dan bagaimana cara mempraktikan apersepsi.


Ada 4 pilar atau saya lebih nyaman menyebutnya tahapan dalam apersepsi, yaitu tahapan pembentukan apha zone, warmer, pre teach, dan scene setting.

1. Alpha zone.
Setelah berhadapan dengan siswa, bagaimana caranya kita bisa memulainya menuju kondisi awal yang menyenangkan. Artinya ketika masuk kelas langsung membuat siswa merasa senang dengan kita (tentu jangan pasang muka horor kali ya hehehhe), kondisi alpha mudah dikenali yaitu jika siswa sudah terlihat tersenyum dan mata berbinar.

Berbeda dengan kondisi teta, biasanya anak terlihat loyo, melamun membayangkan sesuatu yang akhirnya menuju kondisi delta dimana anak terkantuk-kantuk bahkan tertidur.

Menciptakan kondisi alpha bisa kita lakukan dengan membuat cerita lucu, games, musik, tebak-tebakan dan serangkaian kegiatan ice breaking. Sesuaikan saja dengan kondisi saat itu, tidak perlu semuanya kita lakukan pilih salah satu saja misalnya membuat cerita lucu, dan membuat cerita lucu merupkan cara yang paling mudah. Kalau tidak bisa membuat cerita lucu, cari saja di internet dan rangkum dalam file komputer kita agar suatu saat membutuhkanya bisa langsung digunakan. Begitupun dengan games, musik, tebak-tebakan dan ice breaking, kita bisa mencarinya di internet dan mengarsipkanya.

Ada yang menyarankan apersepsi itu dibuatkan katalog saja, pada mata pelajaran tertentu setiap rencana pertemuan belajarnya sudah dicantumkan label cerita lucu atau serangkaian ice breaking apa yang akan diberikan.Jadi, kita hitung saja dalam sebulan ada berapa pertemuan? Kalau dalam sebulan ada 16 pertemuan, maka kita mesti menyiapkan 16 apersepsi. Kalau guru kelas? Ini tentu perlu banyak tabungan apersepsi.

2. Warmer
Warmer dimaksudkan untuk membentuk pengetahuan konstruksivisme, yaitu proses membangun makna baru berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Misalnya pada pertemuan terdahulu kita sudah memberikan materi tentang lingkungan alam (materi IPS kelas 3 SD) ada baiknya kita me-recall siswa dengan pertanyan semacam ini "apa pendapatmu tentang pegunungan?" "suasana gunung itu seperti apa?" dan seterusnya.

3. Pre Teach
Pre Teach adalah memberi aturan kepada siswa secara manual, misalnya tentang aturan prosedur dalam suatu kegiatan praktik. Contohnya ketika dalam pelajaran SBK misalnya ada kegiatan praktik membuat kerajinan dari kardus bekas, biasanya guru akan menugasi siswa untuk membawa peralatan tajam seperti gunting atau pisau cutter, untuk menghindari kecelakaan (tangan teriris misalkan) maka guru wajib memberitahukan aturan penggunaan alat-alat tajam tadi.

4. Scene Setting
Mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan diajarkan. Tahap ini bagaimana guru bisa mengaitkan apa yang akan diberikan ke siswa dengan materi yang akan diajarkan. Misalnya, guru meminta dia orang siswa yang berasal dari suku yang berbeda untuk mengucapkan dialog (dialog sudah dibuat guru) dengan bahasa suku  masing-masing. Kemudian guru menanyakan kepada siswa lainya, tentang arti kalimat yang diucapkan kedua siswa tadi. Nah apa yang dilakukan kedua siswa tadi sebenarnya scene setting menuju materi pelajaran sebenarnya yaitu PKN fungsi bahasa persatuan Indonesia.



No comments

Powered by Blogger.