Catatan Pengembangan Sistem Sekolah Swasta (Bagian 1)
Saya tertarik untuk mencatat point penting yang saya tangkap mengenai sekolah swasta dari pengalaman saya selama mengabdi di sekolah non pemerintah alias sekolah swasta. Ada beberapa hal yang menarik untuk dicatat, dan mudah-mudahan ini bisa menjadi catatan berharga buat saya dan mungkin juga bermanfaat bagi orang lain. Yang menarik tersebut adalah tentang point yang membicarakan struktur yayasan, kebijakan, marketing, dan SDM.
Struktur yayasan
Setiap sekolah swasta biasanya bernaung disebuah yayasan, entah yayasan tersebut "pure" mengelola lembaga pendidikan atau heterogen alias mengelola cabang-cabang lain diluar lembaga pendidikan misalnya saja mengelola kelompok usaha, LSM, organisasi politik dan seterusnya.
Jika yayasan tersebut cuma mengelola lembaga pendidikan maka orientasi bisnisnya adalah bisnis lembaga pendidikan. Tentu orientasi yang sesungguhnya adalah visi mencerdaskan anak bangsa dengan jargon-jargon lain misalnya saja jargon agama, teknologi, kemanusiaan dan seterusnya. Tetapi yayasan tersebut tidak akan meninggalkan kepentingan bisnisnya, karena ada investasi yang dikeluarkan, dan yayasan mesti menghitung modal dan profit.
Bagaimana yayasan mengelola lembaga pendidikan? Tentu yayasan akan membuat sekolah, dan ketika hendak membuat sekolah tentunya akan memperhitungkan kemungkinan yang tepat tentang sekolah yang nantinya akan banyak diminati. Dan sekolah yang banyak diminati tentu harus "beda" dari sekolah konvensional lainya, maka dibuatlah strategi marketing yang disebut program unggulan dan sistem pembelajaran yang tidak sama dengan sekolah yang sudah ada. Maka munculah "full day school", sekolah berbasis agama, sekolah berbasis iT, sekolah alam, green school dan seterusnya.
Ketika mengelola lembaga pendidikan tadi, tentu yayasan memilki kapasitas struktural dan fungsional. Secara struktural biasanya yayasan akan membuat "birokrasi-birokrasi", seperti strktur jabatan yang mencakup top, mid dan low level management yang biasanya terdiri dari pembina yayasan dan pengelola yayasan yang didalamnya ada ketua, sekretaris, bendahara dan seterusnya. Secara fungsional, masing-masing birokrasi mempunyai kebijakan kerja masing-masing baik yang berda dalam lingkaran yayasan maupun diluar lingkaran yayasan.
Kebijakan
Setiap yayasan memiliki kebijakan masing-masing tentang pengelolaan sistem sekolah yang dikelolanya. Ada yang membuat kebijakan secara terpusat, ada juga yang otonom. Atau yang mengadopsi dua-duanya.
Untuk yang menggunakan kebijakanya secara terpusat, semua hal dilakukan berdasarkan intruksi dari pusat atau semuanya mesti nunggu restu pembina yayasan. Sedangkan yang mengambil kebijakan secara otonom, maka pengelolaan dilakukan tidak terpusat artinya setiap sekolah yang dikelola oleh yayasan bisa melakukan pengelolaan sendiri.
Mana yang lebih baik terpusat atau otonom? Jika terpusat maka segala sesuatunya harus menunggu restu pembina yayasan, ini akan sedikit menghambat karena semua hal harus lapor, terjadwal, dan direncanakan jauh-jauh hari dulu dan ketika laporan pun belum tentu mendapat restu. Kalau otonom, bisa melakukan sesuatu sedikit lebih longgar karena prosedurnya tidak panjang cukup diselesaikan dari satu atau dua meja kemudian mendapat acece.
Bersambung...
No comments