Matahari Terbit Dua Hari LebihCepat Dari Biasanyadi Greenland
Matahari di atas Greenland, negara
pulau yang
terletak di antara Laut Arctic dan
Atlantic dan
sebelah timur Kanada, muncul dua
hari lebih cepat
dari jadwal biasanya. Menurut para
ilmuwan,
matahari yang biasanya terbit di
awal tahun ini
merupakan tanda berakhirnya
malam panjang
selama satu setengah bulan di
sana.
Tapi untuk pertama kalinya dalam
sejarah matahari
terlihat di garis horizon pada pukul
13.00 waktu
setempat pada 11 Januari lalu.
Padahal, menurut
jadwal, matahari semestinya
bersinar pada 13
Januari.
Kejadian langka ini diduga karena
lapisan atas
permukaan es di Greenland
mencair sehingga sinar
matahari mampu menembus lebih
awal. Teori ini
didasarkan atas studi perubahan
cuaca yang
membuktikan bahwa tingkat
lapisan atas es di
Greenland mulai menurun.
Laporan dari Organisasi
Meteorologi Dunia
menyebutkan bahwa suhu di
Greenland naik
sekitar 3 derajat Celcius dari suhu
rata-rata tahun
lalu.
Selain itu, pada Desember lalu suhu
udara juga
lebih hangat dari biasanya dan
hujan lebih banyak
turun ketimbang salju. Beberapa
kalangan
berpendapat bahwa kemunculan
matahari yang
lebih cepat dua hari itu
kemungkinan ada kaitannya
dengan fenomena luar angkasa.
Tapi, Wolfgang Lenhardt, direktur
departemen
geofisika Central Institute
Meteorology di Wina,
menolak teori tersebut. "Konstelasi
bintang tak
pernah berubah. Jika itu terjadi,
pasti akan terjadi
kekacauan di bumi," katanya.
pulau yang
terletak di antara Laut Arctic dan
Atlantic dan
sebelah timur Kanada, muncul dua
hari lebih cepat
dari jadwal biasanya. Menurut para
ilmuwan,
matahari yang biasanya terbit di
awal tahun ini
merupakan tanda berakhirnya
malam panjang
selama satu setengah bulan di
sana.
Tapi untuk pertama kalinya dalam
sejarah matahari
terlihat di garis horizon pada pukul
13.00 waktu
setempat pada 11 Januari lalu.
Padahal, menurut
jadwal, matahari semestinya
bersinar pada 13
Januari.
Kejadian langka ini diduga karena
lapisan atas
permukaan es di Greenland
mencair sehingga sinar
matahari mampu menembus lebih
awal. Teori ini
didasarkan atas studi perubahan
cuaca yang
membuktikan bahwa tingkat
lapisan atas es di
Greenland mulai menurun.
Laporan dari Organisasi
Meteorologi Dunia
menyebutkan bahwa suhu di
Greenland naik
sekitar 3 derajat Celcius dari suhu
rata-rata tahun
lalu.
Selain itu, pada Desember lalu suhu
udara juga
lebih hangat dari biasanya dan
hujan lebih banyak
turun ketimbang salju. Beberapa
kalangan
berpendapat bahwa kemunculan
matahari yang
lebih cepat dua hari itu
kemungkinan ada kaitannya
dengan fenomena luar angkasa.
Tapi, Wolfgang Lenhardt, direktur
departemen
geofisika Central Institute
Meteorology di Wina,
menolak teori tersebut. "Konstelasi
bintang tak
pernah berubah. Jika itu terjadi,
pasti akan terjadi
kekacauan di bumi," katanya.
No comments