Header Ads

Ternyata Pori Kondom dapat Ditembus Virus HIV


Lintasin- Dua pakar di bidang kedokteran mengeluarkan fatwa yang berbeda tentang kondom. Prof. Dr. Dadang Hawari menyatakan kondom tidak efektif mencegah HIV/AIDS karena diameter pori kondom jauh lebih besar dari virus HIV, sedang bu Nafsiah Mboy mengatakan pemakaian kondom hampir 100% efektif mencegah penularan HIV. Saya jadi iseng googling informasi tentang itu dan seperti biasa memang hasil penelitian tentang itu banyak dan kelihatan sekilas kontradiktif. Walaupun bidang ilmu saya bukan kedokteran dan mikrobiologi, tapi paling tidak saya mengenal aliran di media berpori cukup baik.
Kadang orang awam menganggap aliran di mikropori sama dengan aliran di pipa biasa, diameter virus 1/250 mikron dan diameter kondom 1/60 mikron dalam kondisi tidak tegang. Karena ukuran orang Indonesia biasa-biasa saja ketika dipakai kondom akan sedikit mengembang dan ukurannya anggap 1/25 mikron. Maka yang terbayang seperti mobil diameter 1,5 m masuk dalam terowongan diameter 15 meter, ya lancar-lancar saja. Tidak mengherankan langsung klaim kondom tidak efektif mencegah HIV/AIDS. Padahal kalau digunakan asumsi awam seperti itu dengan konsisten, maka perlu dimasukkan juga faktor tebal kondom tebal kondom antara 0.04 mm s/d 0.07 mm. Biar hitungannya mudah anggap tebal kondom 0.05 mm, jadi tebal kondom 12500 x ukuran virus artinya  panjang terowongannya adalah  1,5 m x 12500 = 18750 m = 18,75 km. Jadi kalau virus nya golongan menengah dan naik avanza dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam maka waktu tempuh virus untuk mencapai permukaan luar kondom = 18.75 menit. Ada masalah lagi ternyata terowongan karena terjadi secara alami maka akan mirip dengan gua dengan permukaan tidak rata dan berkelok-kelok. Ditambah lagi standar pembuatan kondom dengan 2 x pelapisan, jadi kemungkinan lubang di lapisan pertama belum tentu tehubung dengan lubang lapisan kedua, sehingga kemungkinan besar terowongan yang dilalui buntu.
Dalam kenyataannya proses transfer massa di media mikropori jauh lebih rumit dari itu. Karena ikatan antar partikel mikro baik sejenis maupun yang berbeda bisa sangat besar.             Tegangan muka cairan dan sifat antarmuka bahan jadi sangat menentukan. Sederhananya saja ukuran molekul air ribuan kali lebih kecil dibandingkan virus HIV, tapi sangat sulit untuk menembus kondom. Coba saja isi kondom dengan air tunggu kapan air dalam kondom akan habis. Belum lagi fakta virus HIV itu hidup didalam sel, jadi untuk menular ke manusia harus ada sel yang telah tercemar virus masuk kedalam tubuh. Jadi ada kemungkinan berciuman bisa menularkan virus jika penderita HIV ada masalah dengan gusi sehingga air ludahnya bercampur dengan sel darah. Artinya jika kondom bisa menahan partikel seukuran sel maka sudah cukup efektif mencegah penularan HIV/AIDS.
          Mengapa ada penelitian/artikel yang menyebutkan efektivitas kondom hanya 70 % untuk HIV dan 80 % untuk kontrasepsi. Masalahnya bukan pada pori-pori kondom, tetapi pada konsistensi pemakaian kondom. Pada kegagalan pemakaian kondom sebagai kontrasepsi yang paling sering terjadi adalah kehabisan kondom atau pada saat bepergian lupa membawa kondom. Jadi hampir semua kegagalan kontrasepsi kondom karena tidak dipakai saat berhubungan. Sebagian kecil adalah akibat kebocoran atau robek akibat kualitas kondom yang rendah atau cairan sperma meluber karena setelah ejakulasi penis tidak segera dicabut.
          Saya bisa memahami mengapa sebagaian kalangan membesar-besarkan tidak efektifnya kondom sebagai pencegah HIV/AIDS. Ini mirip-mirip dengan menakut-nakuti anak agar jangan keluar malam karena ada hantu. HIV/AIDS sengaja dianggap sebagai penyakit kutukan Tuhan untuk perilaku seks bebas, homo dan pengguna narkoba. Mungkin untuk sebagian orang akan cukup efektif mencegah perilaku tersebut di atas. Tetapi untuk sebagian orang yang memang tidak takut dosa (bgmn takut dosa percaya Tuhan saja tidak), atau percaya dosa bisa ditebus dengan sedekah atau amalan-amalan yang lain, atau tahu dosa tapi memang akalnya tidak mampu menahan syahwat, kondom salah satu pilihan yang rasional. Bukti bahwa kondom cukup efektif mencegah AIDS adalah Thailand, berapa tahun yang lalu penyebaran AIDS sangat cepat bahkan sudah sangat mengkhawatirkan, tetapi dengan kampanye kondom secara masif sekarang sudah bisa ditekan dan angka kejadian HIV/AIDS cenderung flat. Jadi pemandangan yang biasa di apartemen atau kos-kosan stiker bergambar kondom dan pesan safe sex ditempel di dinding atau lift. Di hotel kondom disediakan di kamar dan pesan safe sex pun ada. Bahkan dari cerita teman, dosennya yang seorang perempuan mengatakan jika suaminya bepergian ke luar kota maka selalu dibawakan kondom sebagai  bekalnya.
         Saya tidak setuju free sex, tetapi hanya takut jika suami yang suka jajan terus membaca bahwa kondom sama sekali tidak efektif mencegah HIV berpikiran ngapain susah-susah pakai kondom kan pakai atau tidak pakai akibatnya sama saja. Kalau hanya dia yang kena HIV ya resikonya sendiri tetapi kalau istri di rumah yang setia ikut ketularan rasanya menjadi sangat tidak fair. Tidak perlu diperdebatkan bahwa tidak melakukan atau setia terhadap pasangan adalah yang terbaik, tetapi dari zaman dahulu kala prostitusi ada dan konon Indonesia punya lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Belum lagi prostitusi ilegal yang sangat sulit di telusuri. Data kemenkes 2 % s/d 20 % pria pelanggan seks bebas artinya ada 2 juta s/d 20 juta pria (anggap pria  yang aktif secara seksual di Indonesia 100 jt orang) yang bisa menularkan ke pasangannya.  Info dari teman yang aktivis LSM penanggulan HIV/AIDS hanya 10 % pelanggan prostitusi yang mau menggunakan kondom. Ditambah info-info sesat virus HIV dapat menembus kondom bagaimana mungkin meningkatkan kesadaran mereka untuk menggunakan kondom?

No comments

Powered by Blogger.