REVIEW BUKU: TOKYO ZODIAC MURDERS by SOJI SHIMADA
Hallo guys. Kalo biasanya gue hadir dengan ulasan-ulasan film horor terbaru, maka kali ini gue gantian mereview novel. Lho koq tumben? Ini gara-gara salah satu admin di grup Line MBP doyan review novel horor dan misteri keren yang akhirnya bikin gue ngiler pengen bacanya. Novel yang bakal gue review perdana merupakan novel kriminal Jepang berjudul “The Tokyo Zodiac Murders” karya Soji Himada.
Gue emang tertarik banget ama novel Jepang. Baca manga Jepang udah, liat film horor Jepang udah, kayaknya yang kurang cuman novel Jepang aja ya. Dilihat dari judul novelnya, sekilas mengingatkan kita akan pembunuh berantai bernama Zodiac yang pernah beraksi di Amrik dan identitasnya hingga kini tak pernah diketahui. Namun ternyata buku ini tidak menceritakan kasus tersebut kok, namun menceritakan pembunuhan yang teinspirasi oleh alkimia dan astrologi.
Alkisah pada 1936 (masa yang disebut sebagai masa pre-war atau sebelum Perang Dunia Kedua), seorang seniman bernama Heikichi Umezawa diitemukan tewas terbunuh di dalam studionya yang terkunci rapat di tengah hujan salju. Polisi mencurigai kematiannya merupakan pembunuhan, namun anehnya, pembunuhan tersebut dilakukan di tempat tertutup tanpa satupun jalan keluar. Misteri ini masih ditambah lagi dengan surat mengerikan yang ditemukan di mejanya yang berisi rencananya membunuh putri-putrinya sendiri.
Heikichi sendiri ayah dari lima orang anak perempuan dari dua istrinya. Ditambah dengan dua keponakan perempuan yang tinggal bersamanya, total ada 7 orang gadis. Dalam surat itu diceritakan tentang rencana mengerikannya untuk membunuh ketujuh gadis itu kemudian memotong-motong mayatnya dan menggunakan potongan-potongan tertentu dari tiap tubuh gadis-gadis itu untuk disatukan membentuk Azoth, sosok wanita paling sempurna. Anehnya, setelah kematiannya, ketujuh anak gadis itu benar-benar ditemukan tewas dalam kondisi serupa seperti yang diceritakan dalam surat tersebut. Namun jika Heikichi sudah terbunuh kala itu, siapakah pembunuh yang sesungguhnya?
Kasus ini terkubur selama puluhan tahun hingga akhirnya seorang wanita datang ke kantor detektif terkenal bernama Kiyoshi Mitarai dan memberikan surat yang isinya ternyata dapat membantu memecahkan kasus tersebut. Detektif Kitarai dan rekannya, Kazumi Ishioka berniat mengungkap kebenaran di balik kasus misterius itu dan menangkap pembunuhnya. Namun berhasilkah mereka, mengingat hampir semua fakta telah terkubur selama 50 tahun dan sebagian besar tersangka maupun orang yang terkait dengan kasus itu sudah meninggal?
Gue review dulu nih mulai dari covernya yang walaupun simpel namun cukup mengena. Cover di depan menggambarkan tujuh cewek dalam kondisi termutilasi. Namun ternyata ilustrasi di cover tersebut nggak menggambarkan isi novel dengan benar dan membuat gue terjebak. Soalnya gue pernah membaca kasus serupa di Kindaichi dan gue pikir “Ah, palingan beda ama yang di Kindaichi” tapi ternyata trik yang digunakan serupa. Gue jadi “AAAAAAARGH!!!” tapi nggak apalah, berkat membeli novel ini gue jadi mengenal literatur Jepang.
Seperti tadi sempet gue singgung, gue sama sekali nggak terkejut dengan pemecahan trik di novel ini karena memang gue pernah baca kasus yang serupa (kayaknya Kindaichi yang jiplak novel ini karena novel ini terbit jauh sebelum Kindaichi). Namun overall, ceritanya nggak mengecewakan. Gue sempet merinding membaca surat pengantar di bagian depan novel ini karena dengan gamblang menggambarkan kegilaan dan obsesi sang pembunuh terhadap alkimia dan astrologi yang menurut gue benar-benar nggak masuk akal dan nggak waras. Namun kalau dipikir-pikir, remaja-remaja sekarang banyak kok yang masih percaya hal nggak masuk akal gitu. Mungkin sekarang dah jarang ya yang baca ramalan bintang, namun sekarang yang marak malah golongan darah haha.
Salah satu readers gue, Andieta Octaria juga pernah baca novel ini dan menurutnya isinya terlalu bertele-tele, sebab sebagian besar menggambarkan mislead Ishioka, rekan Mitarai yang menyelidiki kasus ini ke arah yang salah. Emang benar sih, separuh isi novel ini emang njadi nggak berhubungan ama kasus yang sebenarnya. Namun menurut gue itu sah-sah aja karena penulis novel ini emang bermaksud menebar red herring untuk mengecoh para pembacanya.
Novel ini bisa dibilang memiliki dua keunikan. Keunikan pertama adanya diagram-diagram dan gambar-gambar yang akan membantu para pembaca memvisualisasi apa yang dimaksud penulis. Keunikan kedua adalah surat tantangan penulis yang hadir menjelang bab-bab terakhir.
Keren kan? Baru kali ini gue lihat ada penulis yang sebegitu interaktifnya dengan pembaca novelnya. Dan sisi keren lain dari novel ini adalah nggak ada petunjuk yang ditutup-tutupi. Semua petunjuk yang diperlukan untuk memecahkan misteri ini sudah dihidangkan di depan mata kalian ketika membacanya. Jadi, siapapun sebenarnya bisa menguak misteri pembunuhan ini tanpa menunggu revelasi dari sang penulis, jika saja jeli dan cermat mengamati dan mengartikan tiap petunjuknya.
Kalo boleh gue kasih kritik (enak ya kritik renyah-renyah gitu *itu kripik bang*) buat novel ini, gue mau mengkritik penokohan detektif yang jadi tokoh utama cerita ini. Dikisahkan di dalam novel ini, Mitarai mengkritik habis Sir Arthur Conan Doyle dan tokoh rekaannya, Sherlock Holmes. Namun gue sendiri melihat bahwa tokoh Mitarai sendiri bak jiplakan Sherlock Holmes, sebab memiliki karakter yang serupa: penyendiri (agak sosiopat), sombongnya minta ampun, dan sukar ditebak. Kenapa sih nggak membuat karakter yang lebih orginal, nggak perlu terikat dengan pakem-pakem yang ada? Apa semua detektif harus eksentrik? Gue pikir nggak harus.
Selain itu, identitas si pelaku sama sekali nggak membuat gue terkejut. Mungkin karena gue udah tau triknya dari awal kali ya. Selain itu, gue juga merasa ikatan batin antara pembaca dengan pelaku masih kurang dan baru terasa ketika motif pembunuhan dijelaskan dengan pada akhir novel. Namun ini mungkin dikarenakan sejak awal Soji Shimada memang memaksudkan novel ini bukan sebagai novel bergenre “whodunnit” (menebak siapa pelakunya), namun lebih ke “Howdunnit” atau bagaimana cara si pelaku melakukan kejahatannya.
Nilai buku ini gue kasih nilai rata-rata 4 tisu toilet berdarah dari total 5 tisu toilet berdarah. Apa hubungannya tisu toilet ama buku? Well, asalnya kan dari pohon juga *maksa* :p
Penokohan/karakter
Jalan cerita
Ending
Special award untuk kekreativitas dan keinteraktivan cerita:
Total dari maksimal 5 tisu toilet berdarah:
Intinya, novel ini recommended banget buat kalian (dengan syarat kalian belum baca Kindaichi) soalnya trik yang dilakukan si pelaku benar-benar kreatif. Bener-bener encer ya otaknya Soji Shimada ini hahaha kepikiran bikin trik kayak gini. Nah, nantikan review-review novel selanjutnya dari gue :D
No comments