Dinda Kirana Part III
tempat kobokan’ barang baru sudah penuh, tentu tangan Sardi sudah bisa ditebak sedang berada dimana. Ya, tentu, supir paruh baya itu sedang asik mengubek-ubek celah sempit sang anak majikan. Untuk melampiaskan rasa nikmatnya, Mikha dan Dinda pun berciuman lagi. Semakin diobok-obok, semakin panas cumbuan mereka berdua. Tampuk kekuasaan memang ada di tangan kedua pria tua itu. Kedua dara cantik itu hanyalah bagai boneka untuk melampiaskan nafsu si 2 pria bandot. Sardi dan Jajang begitu asik memainkan jemari mereka di kemaluan 2 artis ABG yang sedang naik daun itu.
“oohhh oohhh aaammhhh”, desahan keduanya terdengar begitu merdu. Mikha dan Dinda saling berpelukan erat.
“EEMMHHHH !!!”, mereka berdua sama-sama mengejang. Cairan hangat keluar dari liang kenikmatan Dinda dan Mikha. Jajang dan Sardi mengulum jari mereka yang berlumuran cairan vagina Mikha dan Dinda. Seperti biasa, liang vagina memang terasa manis dan gurih. Sedangkan vagina Mikha rasanya luar biasa gurih.
Mikha tiba-tiba berdiri dan langsung mengangkangi wajah Dinda. Sepertinya akan ada pemandangan yang lebih menarik daripada sebelumnya. Tubuh Dinda langsung bergetar saat lidah Mikha menyentuh bibir kemaluannya.
“ummhh ummhh emmhhh”, lidah Mikha lah yang menjadi penyebab Dinda menggelinjang dan mendesah. Tak mau kalah, Dinda menusuk-nusuk celah sempit Mikha dengan 2 jarinya. Mikha asik menjilati kemaluan Dinda sementara Dinda asik mengobel-ngobel alat kelamin Mikha. Jika dibandingkan, vagina Dinda masih lebih ‘suci’ daripada vagina Mikha. Meskipun tidak suci dalam arti harfiah, namun setidaknya cuma ada 2 batang kejantanan yang masuk ke dalam tubuh Dinda setiap hari. Sedangkan, Mikha selalu mendatangi markas preman untuk menyerahkan dirinya sendiri hampir setiap hari. Tentu tak hanya 2 atau 3 preman saja yang harus dilayani Mikha. Kadang 5, 8, 10, bahkan pernah Mikha digilir sampai 20 orang preman. Tapi, entah kenapa, vagina Mikha tetap terlihat bagus dan rapat.
Kedua gadis cantik jelita itu begitu bersemangat, dua-duanya semakin gencar saling mengorek-ngorek dan menggerogoti vagina satu sama lain seakan mereka sedang mengadakan lomba untuk membuat lawan orgasme terlebih dahulu. 2 pria tua nan jelek itu asik menonton Dinda dan Mikha yang terus saling ‘memanaskan’ suasana. Bahkan Jajang mendekatkan wajahnya ke selangkangan Dinda yang sedang digeluti lidah Mikha, menyaksikan betapa asiknya gadis manis itu menggeluti kemaluan sahabatnya sendiri.
“memeknya non Dinda enak ya, non ?”, ujar Jajang.
“bangeth..”.
“rasanya gimana ?”.
“manisshh..”. Jajang tersenyum saja.
“emmmhhh”, lirih Mikha, rasanya ada 2 jilatan pada vaginanya. Ternyata memang Sardi pelakunya.
“ooohhhh oohhhh !!”. Mikha menggeliat-geliat merasakan 2 sapuan lidah di vaginanya. Melihat Sardi sedang ‘menyerang’ vagina bidadari incarannya, Jajang tak mau ketinggalan. Diserbunya vagina Dinda, bekerja sama dengan Mikha. Terjadilah pemandangan yang sangat aneh namun sangat ‘panas’.
Pemandangan dari 2 ABG cantik yang bugil dan saling menggerogoti vagina satu sama lain, sementara ada 2 pria tua yang juga menyerbu vagina mereka. Harusnya Dinda sudah kalah duluan, jika dilihat dari ‘pengalaman’. Dinda hanya harus melayani 2 pejantan tangguh saja sehari-harinya, jumlah yang sedikit daripada Mikha. Tapi, Dinda terlihat masih kuat menahan. Mikha pun cukup kaget. Ternyata sahabatnya ini cukup kuat.
“emmhh emmhh uuunnhhh EEMMMHHHH !!!!”, Dinda sudah tak kuat menahan puncak orgasmenya akibat serbuan lidah Mikha dan Jajang di vaginanya lebih lama lagi. Cairan vagina yang terpancar keluar dari alat kelamin Dinda langsung diperebutkan Jajang dan Mikha. Lidah keduanya sama-sama menyelip masuk ke dalam liang ‘hangat’ milik Dinda untuk mengais sisa-sisa sari vagina Dinda yang mungkin masih tersisa di dalam.
“emmhh ccpphh emmmhh”. Mikha dan Jajang berciuman, lidah mereka saling bertaut, saling berbagi cairan vagina Dinda. Cairan vagina Dinda yang bercampur dengan ludah Jajang diteguk habis oleh Mikha.
Sementara Sardi dan Dinda masih belum berhasil membuat Mikha orgasme, keduanya masih bekerja sama menjilati vagina Mikha. Berciuman dengan ABG di dekat selangkangan ABG lainnya benar-benar beda rasanya. Impian yang menjadi nyata.
“hmmhhh eempphhh”, gumam Mikha yang tertahan dengan bibir Jajang. Lidah Dinda dan lidah Sardi bergerak semakin lincah di selangkangan Mikha. Tak jarang, lidah Dinda dan Sardi bersinggungan dan saling belit. Semakin enak, Mikha semakin mendorong bagian bawah tubuhnya ke belakang, menyodorkan daerah intimnya ke Dinda dan Sardi.
“eemmpphhh NNNGHHHH !”. Mikha mengejang hebat dan menekan tubuhnya ke arah belakang. Cairan kenikmatan langsung mengalir keluar dari vagina gadis manis itu. Sardi langsung menyeruput setiap tetes cairan vagina Mikha, Dinda hanya mendapatkan lelehan-lelehannya saja. Gurih sekali rasanya, baru kali ini Dinda mencicipi ‘rasa’ vagina selain miliknya sendiri. Ternyata, meskipun rasanya memang agak mirip-mirip, tapi ada sedikit rasa yang berbeda, seperti mempunyai ciri khas masing-masing.
Seperti sudah tahu, Mikha memajukan pinggulnya untuk memberikan keleluasaan pada 2 sejoli yang ada di ‘bawah’ sana untuk berciuman. Sama seperti yang dilakukan Jajang dan Mikha tadi, Sardi pun mencium Dinda untuk mentransfer cairan vagina Mikha ke mulut Dinda.
“emmphh mmmhhh”. Jajang menjauh dari kasur, dia berdiri lalu meloloskan kolornya. Batang besar, panjang, dan berurat melompat keluar dari dalam kolor Jajang. Mikha memperhatikan penis Jajang. Tak percaya pada apa yang ia lihat. Lebih besar dari batang preman-preman yang pernah ia hadapi. Itukah batang yang harus dihadapi temannya yang mungil itu ?, tanya Mikha. Dia tak habis pikir, temannya yang berwajah imut-imut harus menghadapi tongkat sebesar dan sepanjang itu. Dan itu baru miliknya Jajang, belum miliknya Sardi. Mikha yang sekarang sudah menjadi maniak seks, merasa cemburu sekaligus merasa sedikit kalah.
Merasa kalah karena temannya yang baru saja mengenal sex tapi sudah bisa melayani 2 batang kejantanan besar tiap hari dengan baik. Dan merasa cemburu karena Dinda tentu bisa terpuaskan dengan 2 tongkat perkasa di rumahnya setiap hari.
“non Mikha…ayo sini non..”, Jajang menggerakkan penisnya memanggil Mikha untuk mendekat. Sudah biasa ‘diumpani’ kemaluan laki-laki, Mikha seperti tersihir. ABG manis itu langsung merangkak mendekati penis Jajang. Ya, benar-benar merangkak, dengan lutut dan kedua tangannya, seperti hewan berkaki empat yang mendekati majikannya saat dipanggil. Mikha memang sudah terbiasa merangkak seperti ini saat di sarang preman.
“wah non Mikha penurut ya…hehehe”, leceh Jajang. Mikha hanya tersenyum, dan menggenggam batang kejantanan Jajang. Begitu keras dan kokoh. Mikha sampai menelan ludah. Lorong vaginanya terasa semakin lembap dan gatal, memegang penis sebesar dan sekeras milik Jajang.
“cuph ccphh cuupphh”, gadis manis berkulit sawo matang itu mulai mengecupi sekujur batang penis Jajang. Kepala, leher, batang, pangkal, dan kantung buah pelir Jajang, semuanya mendapatkan kecupan mesra dari Mikha.
Jajang memang sangat menyukai saat kemaluannya dikecupi seperti ini, rasanya seperti sedang ‘dimanjakan’. Setiap hari, dia menyuruh Dinda untuk mencumbui penisnya sebelum dan sesudah seks. Nikmat dan rasanya memang seperti raja yang sedang dilayani selirnya. Beda lagi dengan Jajang, bagi Mikha, kecupan-kecupan mesra pada kemaluan lelaki adalah bentuk pemujaannya terhadap pria yang dilayaninya, bisa dibilang, ‘ucapan’ selamat datang ke benda tumpul milik pasangannya sebelum digunakan untuk mengaduk-aduk alat kelaminnya. Kalau Dinda, sudah tak heran lagi, begitu asik mencumbui alat kelamin Jajang karena sudah biasa. Tapi, Mikha baru pertama kali, namun dia begitu luwes dan sangat ‘nyaman’ mencumbui alat kelamin Jajang. Jajang pun agak bingung, tapi yang pasti, Jajang tahu kalau gadis manis yang sedang menciumi alat kelaminnya sekarang sudah sering menangani kejantanan lelaki. Dilihat dari cara memegang, cara mengenggam, dan cara menciumnya, pastilah bukan kali pertama.
Gadis manis itu benar-benar terlihat sangat menikmati benda tumpul yang ada di tengah selangkangan Jajang. Lidahnya pun menjulur keluar, menjalar di bagian bawah batang Jajang, berulang-ulang. 2 sisi batang Jajang juga dijilati dengan begitu nikmatnya oleh Mikha. Mikha mengangkat batang Jajang agar bisa menciumi, menjilati, dan mengemuti kantung buah pelir Jajang.
“emmmh…enaak”, desahan itu bukan keluar dari mulut Jajang tapi malah mulut Mikha. Terus menerus lidah Mikha asik menjalari batang kejantanan Jajang. Tanpa segan, Mikha membenamkan wajahnya di selangkangan Jajang, menghirup dalam-dalam aroma selangkangan Jajang yang bau apek itu. Jajang sendiri tak percaya, gadis manis yang baru dikenalnya ini bahkan lebih agresif daripada anak majikannya yang sudah sering diumpani penisnya. Mikha membuka mulutnya.
“haaphh…”.
“ooh angeethh”, kehangatan mulai menyelimuti tongkatnya. Tongkat yang telah menaklukkan Dinda sampai benar-benar takluk padanya.
Bibir Mikha menempel dengan rambut kemaluan Jajang yang berarti seluruh batang Jajang telah berada di dalam mulut Mikha. Mikha mulai mengemut-emut kemaluan Jajang, menyedot alat kelamin pria tua itu sampai pipinya kempot.
“oohhh”, desah Jajang merasa keenakan. Benar-benar nikmat rasanya, alat kelaminnya disedot-sedot oleh ABG berwajah manis. Kulum, jilat, cium, dan kocok, Mikha benar-benar menikmati batang Jajang. Lidahnya tak pernah berhenti menjalari tongkat Jajang. Buah pelir Jajang juga terus diemut-emut oleh Mikha.
“ooh enaakhh nonnhh..”, Jajang merinding saat lubang kenciknya dikilik-kilik oleh Mikha. Mikha menelan lagi penis Jajang dan mulai menggerakkan kepalanya maju-mundur. Jajang merasa bibir Mikha seperti mengurut ‘junior’nya karena mengatup kencang menjepit batangnya di antara bibir atas dan bawah ABG itu. Mikha terus mengulumi dan menyedot kemaluan Jajang lebih kuat dari sebelumnya seakan jika tak menyedot kemaluan pria tua itu, hidupnya akan berakhir.
Seolah, penis Jajang adalah sumber energi kehidupannya, itulah pemandangan Mikha yang terlihat begitu ‘menggandrungi’ penis Jajang. Mungkin bagi Mikha, penis Jajang bagai es krim batangan yang harus dinikmati hingga tetes terakhir. Sementara pembantu tua itu sedang keenakan karena otongnya dikulum dengan begitu hebatnya oleh si ‘barang baru’ alias Mikha, temannya, si supir tua sekarang sudah berada di atas tubuh Dinda dan menindih tubuh putih mulus itu.
“emmhh uummm ccmmpphh”. Sardi tengah asik memagut bibir Dinda. Melumat habis-habisan bibir mungil nan lembut itu. Tonjolan di kolornya benar-benar tepat bersinggungan dengan vagina Dinda. Bedanya, vagina Dinda yang juga sudah ‘on fire’, terbuka bebas, tanpa ada penghalang apapun, sedangkan burung Sardi masih terkungkung di dalam kolor. Meskipun masih berada di dalam ‘sangkar’nya, tetap saja burung Sardi tahu harus mengacung ke mana. Tak lain dan tak bukan, ‘menunjuk’ ke bawah, yaitu lembah kenikmatan milik Dinda.
Keduanya tentu juga sama-sama tahu, alat kelamin mereka masing-masing sudah tak sabar untuk saling ‘diadu’. Saling bersinggungan dan saling bergesekkan. Vagina Dinda sudah terasa gatal, minta digasak dan diaduk-aduk tongkat Sardi. Dan tongkat Sardi juga butuh tempat untuk diobok-obok. Namun, mereka berdua sama-sama tak mau buru-buru. Karena kemarin tak kesampain melampiaskan nafsunya kepada anak majikannya itu, tentu Sardi ingin berlama-lama menikmati tubuh Dinda untuk mengobati kerinduannya akan kemolekan dan keindahan tubuh Dinda yang putih mulus itu. Sementara si tempat pelampiasan nafsu alias si Dinda juga ingin melayani Sardi dengan tubuhnya sampai supirnya itu benar-benar terpuaskan. Dinda merasa mempunyai kewajiban untuk melayani supirnya itu sebaik-baiknya karena merasa kasihan dengan Sardi gara-gara tak jadi mendapatkan jatah sementara Sardi mendapatkannya.
“non Dinda..”.
“Pak Sardi…”. Entah terdengar romantis atau nafsu, keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain terus menerus di sela-sela ciuman mereka yang semakin hangat dan romantis, namun tetap menggebu-gebu bagai pasangan pengantin baru.
Satu tangan Sardi pun sudah mencengkram payudara kanan Dinda dan meremas-remasnya dengan lembut. Emang empuk n’ kenyal toketnya non Dinda, pikir Sardi. Tatapan mata senang ditunjukkan Dinda. Dia merasa senang berada di bawah Sardi. Merasa dilindungi Sardi. Sardi menghentikan ciumannya untuk melepaskan kolornya. Dia ingin ikut bertelanjang ria dengan anak majikannya yang sudah telanjang lebih dulu dan sudah terlentang pasrah di depannya. Dinda tersenyum ke arah Sardi. Dia menatap benda tumpul milik Sardi yang mengacung tepat ke arahnya. Salah satu dari 2 benda tumpul yang sudah sering mengaduk-aduk baik liang anusnya maupun liang vaginanya. Dinda mengangkat kedua tangannya ke atas, gadis imut itu menantikan Sardi untuk menindihnya dan mencumbunya lagi. Tentu Sardi tanpa aba-aba langsung menomplok tubuh sekal Dinda.
“hihihi ! geliii, Paakhh !!”, desah Dinda manja, Sardi asik menggelitik daun telinga Dinda diselingi dengan mencumbui lehernya.
“hmm eemmhh eemm”, kini Dinda melirih pelan, merasakan nikmat saat kedua putingnya diemut-emut oleh Sardi. Beda dengan sebelum-sebelumnya, kali ini tubuh sekal Dinda hanya untuk Sardi seorang. Tak ada yang mengganggunya, Sardi bisa leluasa menikmati setiap jengkal dari tubuh Dinda yang begitu padat berisi karena pejantan tangguh yang satu lagi alias Jajang sudah mendapatkan mangsanya sendiri. Sesekali Sardi menggerakkan pinggulnya berputar, batangnya pun seperti sengaja digilas-gilaskan ke selangkangan Dinda. Tapi, memang menimbulkan rasa nikmat yang beda. Begitu juga yang Dinda rasakan.
“non Dinda mau ngemut permen batangan kan ?”, canda Sardi porno. Dinda yang tentu mengerti apa yang dimaksud Sardi, tersipu malu sambil tersenyum dan mengangguk perlahan. Sardi tidur terlentang di samping Dinda. Gerakan perlahan Dinda yang bangun dan berdiri di atas tubuh Sardi benar-benar begitu seksi dan sensual. Tubuh telanjang Dinda benar-benar terlihat sangat menggairahkan.
Dinda menurunkan tubuhnya dan memundur-mundurkan pantatnya sedikit demi sedikit untuk memarkir bagian bawah tubuhnya tepat di wajah Sardi. Begitu vagina wangi itu tersaji di depan wajahnya, Sardi langsung menyerbunya dengan ganas.
“ooh eemmhh aaahhmmmm”, Dinda langsung menggeliat hebat. Lidah Sardi benar-benar lincah mengubek-ubek alat kelamin sang ABG cantik sampai ABG itu belingsatan tak karuan diterpa rasa nikmat yang begitu banyak.
“hmmpph nyymmhhhh”. Dinda langsung mencaplok burung Sardi. Mengulumnya dengan penuh semangat dan bernafsu, melampiaskan rasa nikmat yang sedang dirasakannya. Merasa batang kejantanannya disedot kuat-kuat oleh Dinda, Sardi pun semakin intens menjilati alat kelamin anak majikannya itu. Terjadi hubungan sinergis antara keduanya. Sesuai dengan istilah ilmu biologi yaitu simbiosis mutualisme, dua-duanya saling memberikan keuntungan atau dalam hal ini, kenikmatan.
Berbeda dengan pasangan anak majikan-supir itu dimana Dinda yang berada di atas dan mengangkangi pejantannya, pasangan lainnya, yaitu ABG manis-pembantu malah terjadi kebalikannya. Malah Jajang yang mengangkangi wajah Mikha, mencelup-celupkan tongkat saktinya ke dalam mulut Mikha sambil terus mengobrak-abrik daerah intim ABG manis itu dengan lidah terlatihnya. Lidah yang sama terlatihnya dengan lidah Sardi. Semua itu karena mereka berdua mempunyai ‘tempat’ latihan, tentu tempat latihan yang dimaksud adalah V-zone milik Dinda yang selalu terbuka lebar untuk mereka. Mikha tak terlihat tidak nyaman dalam posisi itu, dia terlihat baik-baik saja. Padahal baru ‘pemanasan’, tapi aroma sex begitu kental tercium di kamar Sardi. Tentu aroma itu lebih kuat tercium dari tubuh Dinda dan Mikha. Memang secara alami, betina lah yang mengeluarkan hormon feromon untuk mengundang pejantan datang jika dalam masa kawin. Begitu juga yang terjadi pada duo artis itu. Secara alami, tubuh mereka menyebarkan hormon feromon untuk menambah gairah sekaligus memberi tahu kalau mereka siap untuk dikawini dan melakukan reproduksi ke pejantan mereka masing-masing.
Pemandangan yang ada pun begitu menggairahkan. Dinda, ABG berwajah imut yang mempunyai tubuh putih mulus dan padat berisi sedang mengangkangi seorang pria tua, menyerahkan kemaluannya sambil mengulumi batang kejantanan pria tua tersebut. Sementara Mikha, ABG berwajah manis yang mempunyai tubuh jenjang sedang dikangkangi pria tua yang satu lagi. Vaginanya disedot-sedot sambil dicekoki penis pria tua itu. Jajang dan Sardi tentu tak akan berhenti menggragoti vagina Mikha dan Dinda sebelum mendapatkan lelehan cairan yang rasanya asin, gurih, sekaligus manis dari kemaluan 2 artis muda itu.
“EEMMMMMHHHHH !!!”. Dinda mengejang dan menekan vaginanya ke wajah Sardi.
“ssrrppp ssrrphhh”, tanpa menyia-nyiakan setetes pun, Sardi mengkokop ‘sari’ vagina Dinda seperti orang yang menyeruput air dari mangkuk. Begitu kiranya tak ada yang menetes keluar lagi dari alat kelamin Dinda, Sardi mengais-ngais liang vagina Dinda, mendapatkan cairan nikmat yang mungkin masih tersisa di dalamnya.
Dinda masih asik menjilati ‘batang eskrim’ milik Sardi, gadis cantik itu kelihatan sangat menikmatinya.
“ayo non…kita mulai yuk..”, ujar Sardi menepuk pantat Dinda. Dinda pun langsung mengangkat vaginanya dari wajah Sardi. Dinda duduk di perut Sardi dan tersenyum manis. Ada seorang gadis muda yang sangat cantik dan telanjang, duduk di atas perutnya adalah pemandangan yang sangat indah untuk pria tua seperti Sardi. Sardi pun mengelus-elus pinggang Dinda. Sungguh sempurna lekuk tubuh anak majikannya itu. Apalagi kedua ‘kelapa’ miliknya. Tubuh yang sangat sintal untuk seorang ABG berumur 16 tahun. Dinda mengangkat pinggulnya sambil memegangi batang Sardi.
“emmm….”. Dinda melirih pelan. Senti demi senti penis Sardi membelah dinding vagina Dinda yang tadinya menutup erat. Dua-duanya mendapatkan kenikmatan ragawi dari alat kelamin mereka yang sekarang sudah saling mengunci posisi.
“emm emm emmmm”. Dinda berpegangan pada perut Sardi dan mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun.
Sementara itu, Jajang yang sudah puas mengobel-ngobel alat kelamin mangsa barunya, kini tengah memposisikan penisnya untuk digunakan sebagai tongkat sodok. Tapi, dia sengaja memukul-mukulkan dan mengelus-eluskan penisnya ke belahan vagina Mikha. Ekspresi wajah Mikha yang semakin terangsang memang benar-benar menggairahkan.
“mm…ayooohh, Paaakkhh !!”, pinta Mikha ‘frustasi’.
“ayo apa, non ?”.
“masukkinnhh !!”.
“masukkin apa, non ?”, goda Jajang sambil terus menggesek-gesekkan penisnya ke belahan bibir vagina Mikha.
“kontolnyaaahh !!!”, erang Mikha dengan nada kesal.
“oohh bilang dong non..hehe nih !! jlebb !”. Jajang menusukkan penisnya dengan kuat.
“aaahhhh !!”. Benar-benar seperti orang yang mau menyumbat saluran.
“sakit yah, non ?”, tanya Jajang agak kasihan melihat ekspresi wajah Mikha.
“ng nggaakhh, Paakh..lagi..”, pinta Mikha manja.
“wah non Mikha seneng ya dituncep ?”. Mikha mengangguk pelan. Bagaimana mungkin, Mikha tak menyukainya.
Dia sudah sangat sering diperlakukan seenaknya oleh preman-preman yang memakai tubuhnya untuk melampiaskan nafsu mereka. Mulutnya biasa dicekoki penis seenaknya oleh para preman. Relung tubuhnya yang lain yaitu, vagina dan anusnya juga dirojoki penis preman-preman dengan kasar dan brutal sehingga tak heran kalau dia jadi suka ‘main kasar’ karena biasa diperlakukan seperti itu.
“jlebbh !”.
“AAHHH !!”.
“JLEEBHH !”.
“AAHH !!”. Setiap kali Jajang menusukkan penisnya, setiap kali itu juga Mikha mengerang. Lama kelamaan, tusukan-tusukan Jajang semakin kontinyu, tanpa jeda, dan akhirnya dia mulai menggenjot kemaluan Mikha.
“eemmhhh aaahhhh ooohhhh uuummmhhhh”.
“OOHH UUUMMHHH AAAHHHH !!!”. Suara desahan Dinda dan Mikha memenuhi ruangan. Tak akan ada yang menyangka, di dalam rumah kontrakan yang kecil dan sederhana itu, ada 2 orang dara cantik jelita yang sedang bersenggama dengan 2 pria tua nan jelek. Yang satu sedang di sodok-sodok, sedangkan yang satu lagi sedang ‘menggodok’ penis.
Meski sama-sama sedang melayani pria paruh baya, namun Mikha dan Dinda berbeda 180 derajat. Mikha lebih condong ke arah hardcore. Semakin disodok keras, Mikha semakin menyukainya. Sedangkan, Dinda bergoyang-goyang di atas penis Sardi dengan begitu perlahan. Goyangan Dinda tak begitu liar, namun karena begitu perlahan, malah terlihat begitu sensual. Kadang Dinda menurunkan payudaranya hanya untuk sekedar membiarkan supirnya itu bisa mengenyoti susunya, selain itu Dinda mencium Sardi dengan penuh kehangatan dan begitu mesra. Bergumul dengan Dinda memang benar-benar bisa mendapatkan kenikmatan bercinta sepenuhnya. Tak hanya dengan Sardi, dengan Jajang pun, Dinda melayani dengan sepenuh hati. Pelayanan nafsu birahi yang tak hanya dengan tubuh montoknya, tapi dengan seluruh hati dan perasaannya. Begitu total melayani 2 pria tua itu tiap harinya. Dinda memutar tubuhnya, vaginanya yang menjepit kencang burung Sardi membuat Sardi mengerang kenikmatan. Serasa dipelintir. Dinda jadi membelakangi Sardi. Dia merebahkan tubuhnya ke belakang.
Indah sekali pemandangan selangkangan Dinda yang sedang dikait oleh penis sebesar penis Sardi. Tiba-tiba Mikha naik ke atas tubuh Dinda dan menungging ke atas.
“eemmmhhh !!”. Tanpa disuruh, tongkat sodok Jajang langsung menusuk masuk lagi ke dalam tubuh Mikha, tapi kali ini bukan ke kemaluan gadis manis itu melainkan ke lubang pantatnya.
“anjriith !!”. Jajang keenakan, ‘perangkat kawin’ miliknya serasa dicengkram kuat oleh liang anus Mikha. Jajang mulai menyikati liang anus Mikha dan Sardi mulai menyodok-nyodokkan penisnya ke atas, menusuk vagina milik anak majikannya. Jadilah dua artis ABG yang begitu cantik jelita tertumpuk di antara himpitan 2 orang pria tua dengan penis yang mengait tubuh mereka masing-masing.
“emmhh eemmm”. Dinda dan Mikha bercumbu dengan penuh gairah sementara bagian bawah tubuh mereka sedang diobrak-abrik oleh Sardi dan Jajang. Sebuah pemandangan fantasi yang begitu liar. Payudara Mikha menekan dan menempel payudara Dinda bagaikan terlem dengan kuat.
“ooohhh oohhh oohhh teruusshh Paaakkhh !!!”.
“terusshh soodookhh Paaakkhhh !!!!”.
“cllkk cllkk ckckck pokk pookk”, bunyinya tak karuan. Desahan, lirihan, dan erangan 2 pasang manusia yang tengah berasyik masyuk diiringi dengan irama kecipak air dari vagina si 2 gadis remaja yang sudah banjir serta bunyi selangkangan yang saling bertumpukkan. Memang tak ada yang lebih nikmat lagi selain menggagahi gadis muda yang cantik, Jajang dan Sardi merasakan nikmat luar biasa itu. Apalagi tubuh Dinda dan Mikha yang harum mewangi, membuat 2 pria tua itu semakin betah menjajah tubuh sang 2 dara cantik. Liang vagina Dinda dan liang anus Mikha terus disodok-sodok dan diaduk-aduk sampai mereka orgasme.
“plook plook !! EGGHHH OOOOKKHHH !!!”. Jajang menekan kuat-kuat penisnya agar menancap sampai ujung liang anus Mikha.
“mmm…”, gumam Mikha merasakan hangat di liang anusnya. Sardi pun sedang memancarkan spermanya ke rahim Dinda. Dinda memejamkan matanya, kelihatan kalau dia begitu meresapi kehangatan sperma supirnya di rahimnya.
Jajang pun menindih Mikha dengan penis yang masih menyemburkan sperma meski lama kelamaan mulai berkurang. Benar-benar seperti hidran air, pikir Mikha. Kalau tiap hari gini, kok Dinda gak hamil ya?, tanya Mikha dalam hati. Kedua ABG itu memang terkulai lemas namun stamina mereka masih banyak, terlihat dari Mikha yang mulai mencumbu Dinda. Sementara Sardi yang sudah tak berada di bawah Dinda dan Jajang yang sudah tak lagi menindih Mikha menonton mereka beradegan lesbian sambil menunggu penis mereka kembali menegak untuk bisa digunakan mengobrak-abrik kedua gadis bernafsu tinggi itu. Padahl baru kenal, tapi peju gue udah di boolnye, mantap, pikir Jajang. Dia merasa puas dan beruntung bisa menyetubuhi artis ABG yang cantik lainnya yaitu Mikha Tambayong.
“Jang..gimane si non Mikha ? mantep ?”, bisik Sardi.
“jempol dua pokoknye..”.
“tukeran nyok ? gue pengen nyobain..”.
“okeh..gue juga lagi pengen ngentotin anak majikan kita tersayang”.
“non Mikha..”, Sardi menoel pantat Mikha. Mikha menoleh ke belakang.
“sekarang sama Pak Sardi yuk ?”.
“tapi…bukannya…?”, Mikha terbengong-bengong melihat batang kejantanan Sardi. Sudah tegak mengacung lagi padahal baru 1 menit usai memuntahkan lahar putihnya ke dalam rahim Dinda. Setidaknya, biasanya, >3 menit baru bisa bangun lagi. Mikha langsung mengangguk penuh semangat dan langsung menggelayut manja kepada Sardi.
“non Dinda…sekarang ama Pak Jajang yuk ? hehehe…”.
“ehm mm”, Dinda menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk dan membuka kedua tangannya seolah mempersilakan pembantunya itu untuk menomplok dirinya. Jajang dan Sardi benar-benar beruntung, bisa menggumuli 2 orang artis ABG cantik yang melayani nafsu mereka berdua tanpa paksaan, malah dengan senang hati. Sungguh beruntung. Dari sore sampai jam agak malam, Jajang dan Sardi asik ‘mementungi’ 2 ABG cantik itu. Dan 2 artis muda itu melayani pentungan Jajang dan Sardi dengan senang hati.
Setiap ronde, Jajang dan Sardi selalu bertukar-tukar. Setelah dengan Dinda, Jajang dengan Mikha, begitu seterusnya dan sama halnya dengan Sardi. Kadang kedua pria tua itu mengeroyok Dinda saja atau Mikha saja. Pokoknya semaunya Jajang dan Sardi saja. Medan pertempuran mereka pun tak hanya di kamar Sardi saja. Di depan tv, kamar mandi, dapur, semuanya menjadi arena pergumulan mereka. Benar-benar impian lelaki bisa menggumuli 2 gadis ABG cantik yang juga artis terus menerus tanpa ada yang mengganggu. Burung Jajang dan Sardi puas ‘muntah’ ke dalam liang anus dan liang vagina baik milik Dinda ataupun Mikha. Kedua dara cantik itu sudah lemas, dan akhirnya tertidur dengan saling berpelukkan. Pemandangan 2 gadis ABG tidur dengan telanjang bulat memang sangat indah, apalagi berpelukan seperti Dinda dan Mikha sekarang. Benar-benar membuat pria ingin sekali tidur di antara mereka, namun Jajang dan Sardi tak mau mengganggu karena Dinda dan Mikha terlihat lelah sekali, lagipula ‘jarum suntik’ kebanggaan mereka sudah kering kerontang dan harus diistirahatkan sebelum bisa ‘berguna’ sebagaimana mestinya lagi. Jajang dan Sardi pun mengenakan pakaian dan keluar kamar, duduk di depan tv.
Waktu berlalu. Sementara 2 ABG yang telah digempur habis-habisan oleh mereka itu tertidur pulas, si 2 pria tua perkasa ngaso di depan tv sambil merokok.
“gile Jang, tuh ABG 2 kuat banget..kontol gue ampe letoy gini..”, ujar Sardi sambil menghisap rokok dan duduk santai di tv mungilnya bersama Jajang.
“gue juga, tapi bener-bener PUAS !! HAHAHA !!!!”.
“yoi, mimpi ape kite ye..udah bisa ngentotin Dinda Kirana sama Mikha Tambayong sekaligus, WAHAHAHA !!”.
“mimpi ketiban duren kali yee HAHAHA !!”.
“emang bener kata temen gue, Jang”, ujar Sardi sambil menghisap rokoknya.
“apaan emang ?”.
“nggak butuh tampang keren, uang banyak…yang penting kontol gede, masih bisa dapet cewek cakep HAHAHA !!!”.
“BENER HAHA !!”. Tiba-tiba, ada seseorang yang keluar dari kamar.
“eh non Mikha udah bangun…”. Mikha tersenyum.
“ayo sini non…nonton bareng kita..”.
“iya, Pak..ntar, aku mau ke kamar mandi dulu..dimana wcnya, Pak ?”.
“di pojok sana, non..”, arah Sardi. Mikha langsung menuju kamar mandi dan berlalu melewati Jajang dan Sardi. Tubuh telanjang Mikha yang lewat di depan mereka benar-benar ‘iklan’ yang menyenangkan.
Mikha pun kembali beberapa menit kemudian. Sepertinya dia membersihkan daerah intimnya yang tadi belepotan sperma.
“ayo sini, non..”. Jajang memberi tempat di antara mereka berdua. Mikha duduk di tengah-tengah mereka. Meski telanjang bulat, Mikha tak canggung duduk di antara 2 pria tua itu. Tak mungkin ia canggung, di sarang preman, dia bahkan telanjang dengan ada banyak pria di sekelilingnya.
“gimana, non ? puas kan kita entotin..”.
“emm..”, Mikha mengangguk malu-malu. Meski sudah terbiasa memuaskan nafsu laki-laki, tapi dia masih malu jika ditanya seperti itu. Mereka bertiga mengobrol, saling bertukar cerita. Tentu ceritanya tak jauh-jauh dari Dinda. Sambil mengobrol, tangan Jajang dan Sardi tentu menggerayangi tubuh indah yang ada di antara mereka. Mikha senyum-senyum saja tanpa berusaha menyingkirkan tangan-tangan jail 2 pria tua itu.
“emmm…”, Mikha mulai terangsang.
“non..kita maen lagi yuk ?”. Mikha pun mengangguk malu-malu.
Pantes aja si Dinda sampe keblinger, pikir Mikha yang kagum dengan keperkasaan 2 pria tua yang ada di samping kanan dan kirinya. Dengan kompak, Jajang dan Sardi mulai menciumi leher Mikha sambil menggenggam payudaranya yang mungil namun menggemaskan itu, masing-masing menggenggam satu buah. Namun, tentu Jajang dan Sardi sadar kalau ‘tongkat dobrak’ masih perlu dicas beberapa menit lagi sebelum bisa mencolok gadis manis yang sudah pasrah itu. Saat tengah asik menggerayangi tubuh Mikha, Dinda keluar kamar, membawa kabar kurang baik.
“Pak Sardi, Pak Jajang..pulang yuk..”. Jajang dan Sardi pun berhenti melakukan aktivitasnya.
“lho, kenapa, non ? bukannya non Dinda sama non Mikha betah di sini hehe..”.
“iyaa, non..ntar aja jam 11an ?”.
“Mama udah nyuruh pulang..”.
“yaah, yaudah deh..”.
“aku mandi dulu yaa..”, ujar Dinda seraya memungut seragamnya yang berserakan di lantai dan menuju kamar mandi.
“brrmm !! brrmm !!”, Sardi memanaskan mobil.
Semuanya sudah berpakaian lengkap seperti semula.
“non Dinda…Pak Jajang mau jalan-jalan dulu sama non Mikha. boleh kan ?”.
“ha ? beneran, Mi ?”.
“iyaa, gue sama Pak Jajang mau jalan-jalan..”, ujar Mikha sambil tersenyum.
“oh yaudah..kalo gitu, gue pulang duluan yaa, Ka…”, Dinda cipika cipiki dengan Mikha. Jajang ikut dengan mobil Mikha. Sementara Dinda naik ke mobilnya bersama Sardi. Di perjalanan pulang, setiap kali mobil berhenti baik terkena lampu merah atau terjebak macet, pasti Sardi langsung mencium Dinda seakan kejadian di rumah kontrakannya tadi tak cukup.
Tentu tak akan cukup. Laki-laki manapun tentu pasti ingin lagi dan lagi mendapatkan kenikmatan dari gadis ABG secantik Dinda. Lagipula dia begitu pasrah. Namun, karena sedang di jalan, setidaknya dia bisa menikmati betapa lembut bibir anak majikannya itu dan juga menikmati kocokan pada penisnya, pikir Sardi. Ya, sepanjang perjalanan pulang, tangan kanan Dinda berada di dalam kolor Sardi. Memijati dan mengocokki batang perkasa itu. Bahkan, tangan Dinda tetap mengocokki penis supirnya itu meskipun tangan kirinya sibuk mengetik sms di hpnya seolah tak terjadi apa-apa. Tentu Sardi tak keberatan Dinda memain-mainkan burungnya. Yang repot kalau nanti sudah sampai rumah, pasti dia ditinggalkan anak majikannya itu dengan barang ngaceng berat. Tapi, tak apa lah, wong enak dikocokkin, pikir Sardi. Begitu sampai di rumah, Dinda langsung masuk ke dalam rumah.
“kamu nggak makan dulu ?”.
“nggak, Mah..tadi udah makan..aku mau langsung tiduuurr…hooaahmm”. Andai saja ayah dan ibunya tahu kalau anaknya itu lelah karena melayani nafsu bejat supir dan pembantunya.
Dan coba saja, ibunya mencium tangan anaknya itu. Pastilah tahu kalau tangan anaknya itu bau ‘burung’. Bagaimana tidak bau, selama 20 menit berjalanan, tangan Dinda berada di dalam kolor Sardi.
“ini, Nyah..kuncinya…”.
“Sardi..kamu tahu Jajang ke mana ?”.
“kayaknya sih nginep di rumah temannya…ada urusan katanya…”.
“oh..”.
“yaudah, Nyah..saya pulang dulu..”.
“hati-hati di jalan…”. Sardi berjalan keluar dengan langkah yang terasa berat, nafsunya akibat kocokan Dinda selama perjalanan pulang tadi.
“ssst…pak Sardi…”. Sardi mencari sumber suara itu. Ternyata itu Dinda yang melongok keluar dari jendela kamarnya.
“ada apa non ?”.
“sshh…sini…”, ucap Dinda dengan suara pelan.
“ada apa, non ?”, Sardi ikut berbicara pelan setelah mendekati jendela kamar anak majikannya itu.
“mm…Pak Sardi mau pulang yaa ?”.
“iya, non..kenapa ?”.
“Pak Sardi nggak usah pulang..nginep aja…”.
“nginep ? pasti nggak boleh sama Nyonya n’ Bapak non..”.
“ya nggak usah bilang…”.
“maksud non ?”.
“mm…”.
“Pak Sardi mau kan temenin aku tidur ?”, ucap Dinda malu-malu. Meski sudah berkali-kali disenggamai supirnya itu, tentu Dinda masih malu untuk mengundang supirnya itu ke dalam kamarnya.
“ha ? yang bener non ?”, wajah Sardi sumringah.
“em mm..”, Dinda mengangguk perlahan sambil mengulum bibirnya. Tanpa pikir panjang, Sardi langsung memanjat naik jendela kamar Dinda dan langsung masuk ke dalam kamar.
“wah…non Dinda…”. Sardi benar-benar terkejut melihat anak majikannya itu. Dinda hanya mengenakan hem seragamnya saja, roknya sudah lepas dari tubuhnya. Dinda sangat terlihat seksi. Tapi, Sardi baru kepikiran. Kalau dia langsung menggagahi Dinda, pasti nanti terdengar keluar.
“Pak..aku mau mandi dulu yaa…”. Dinda membersihkan tubuhnya. Tubuh putih mulusnya kini kembali bersih dan harum.
“non buka dong handuknya..”. Dinda hanya tersenyum saja dan membuka lilitan handuknya untuk mempertontonkan tubuhnya ke supirnya itu.
Meski tak mengenakan sehelai benang pun dan ada Sardi di kamarnya, Dinda beraktifitas seperti biasa di kamar. Belajar, membereskan rak buku, memasukkan pelajaran besok ke tasnya, semuanya dilakukan Dinda dengan keadaan telanjang bulat dan keberadaan Sardi di kamarnya, seperti tak ada siapa-siapa. Ya meskipun, Sardi mengisenginya dan mengerayangi tubuhnya, Dinda hanya tersenyum seolah sudah lumrah baginya dan memang dia tak berhak menolaknya. Benar-benar khayalan terliar untuk laki-laki tua seperti Sardi. Berada di dalam kamar seorang gadis ABG cantik dan bisa melihat gadis ABG itu beraktifitas sambil bugil.
“bentar, Pak..”. Dengan mengindik-indik, Dinda keluar kamar lalu kembali.
“Papah Mamah udah tidur, Pak…”.
“kalau gitu…”, Sardi menatap tubuh Dinda yang berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mesum. Dinda langsung mengangguk pelan. Sardi langsung mendekap tubuh semok itu.
“tapi non..ntar nggak kedengeran keluar ?”.
“nggak, Pak…kemarin Pak Jajang juga nemenin aku…”.
“jadi kemarin Pak Jajang sama non Dinda tidur bareng…”.
Dinda mengangguk perlahan.
“wah enak banget tuh si Jajang…non Dinda juga gak bilang-bilang Pak Sardi…”. Dinda tersenyum malu.
“awas ya non…pokoknya non Dinda gak bakal selamet…”, ucap Sardi gemas.
“aahh, Paak…geli…”, desah Dinda manja. Sardi pun langsung mengangkat tubuh Dinda dan menaruhnya di atas ranjang. Meski tadi sudah dinikmati dari sore, tubuh indah Dinda yang terlentang pasrah di atas ranjangnya sendiri benar-benar memancing nafsu Sardi. Dia pun langsung menomplok tubuh sintal anak majikannya itu. Baik si pria tua jelek maupun si gadis ABG cantik sama-sama merasa belum cukup dengan persenggamaan mereka dan ingin saling adu kemaluan mereka lagi sampai benar-benar puas. Sementara Sardi bercinta dengan sangat bergairah dan nafsu yang sangat menggelora, Jajang dan Mikha juga sedang bersenggama dengan penuh nafsu dan liar di sebuah motel sederhana. Jajang ketagihan dengan keagresifan Mikha dan Mikha sangat kecanduan dengan keperkasaan Jajang. Alat kelamin mereka seakan tak mau dipisahkan.
Jajang pun kembali ke rumah Dinda keesokan hari dengan rasa puas. Isi burungnya benar-benar dikuras habis oleh gadis berparas manis itu. Sementara Mikha pulang dulu ke rumahnya untuk mandi dan berganti baju, pergi ke sekolah setelah digempur habis-habisan oleh pembantu teman baiknya itu. Sungguh hari yang sangat tak terlupakan bagi mereka berempat.
Setelah kejadian hari itu, Dinda memberi tahu Sardi untuk masuk ke kamarnya lewat jendela saja jika sudah di atas jam 11. Sardi merasa senang sekali diberitahu Dinda, dia diperbolehkan ‘mengunjungi’ anak majikannya itu meski ada orang tuanya. Malam-malam berikutnya, Jajang dan Sardi ‘menginvasi’ kamar anak majikannya sekaligus meniduri yang empunya kamar setiap malam. Kadang Jajang yang datang duluan, kadang Sardi. Tak masalah siapa yang datang duluan, Dinda selalu menerima kedua pria tua itu dengan senang hati. Dan yang paling ‘menyegarkan’ bagi Jajang dan Sardi, Dinda selalu telanjang bulat saat membukakan pintu untuk Jajang dan jendela untuk Sardi. Sebuah pemandangan indah yang tentu akan membuat mata menjadi segar di malam hari. Dinda memang sengaja menelanjangi dirinya sendiri setelah masuk kamar pada jam 10an atau jam setengah 11an. Dia ingin Jajang dan Sardi tahu kalau dia selalu ‘siap’ di kamarnya untuk mereka berdua. Dan kadang, sambil menunggu kedua pejantannya datang, Dinda belajar dalam ketelanjangannya itu, Dinda sangat menyukainya, belajar tanpa mengenakan apapun, rasanya bebas dan cepat masuk, pikir Dinda.
Tentu Jajang dan Sardi yang selalu menyebar benih-benih mereka di dalam rahim Dinda setiap malam akhirnya membuat Dinda hamil. Dinda akhirnya mengaku pada orang tuanya. Kedua orang tuanya tentu geram luar biasa, Jajang dan Sardi langsung dipecat dan Dinda juga diusir, bikin malu keluarga. Dinda pindah ke rumah kontrakan Sardi bersama Jajang juga. Dengan uangnya sebagai artis, Dinda pun membeli rumah itu dari pemiliknya. Artis imut itu pun terpaksa berhenti sekolah, tapi baginya tak mengapa karena akhirnya dia bisa bersama kedua pria tua yang telah menaklukannya itu tanpa takut ketahuan siapapun lagi. Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, tak ada lagi keluarga baginya selain kedua pria tua itu. Dan Jajang dan Sardi pun tak menganggap Dinda sebagai tempat pelampiasan nafsu saja, tapi juga seorang istri yang membutuhkan kasih sayang dari mereka berdua.
Dinda, seorang artis muda dan imut itu kini sedang mengandung anak dari 2 orang pria tua yang tak lain adalah mantan supir dan pembantunya. Dia sama sekali tak menyesal, dia malah ingin segera menghantarkan buah cintanya bersama Jajang dan Sardi yang ada di dalam rahimnya itu ke dunia dan mengurusnya dengan sepenuh hati. Jajang dan Sardi tak tahu anak siapa yang ada di perut ABG cantik itu, tapi pasti keduanya berperan besar. Meski sedang hamil muda, Dinda selalu melayani nafsu kedua pejantannya itu. Kehidupan ranjang kedua pria tua itu sangat menyenangkan dengan adanya Dinda yang siap melayani mereka kapan saja. Namun, semakin lama perut Dinda semakin besar dan terlalu beresiko untuk menyetubuhinya, Jajang dan Sardi cukup tahu hal itu. Ternyata keberuntungan Jajang dan Sardi belum berakhir.
“non Mikha ?”, tanya Jajang yang kaget melihat Mikha berdiri di depan pintu dengan tas koper.
“Pak Jajang…aku…”.
“kenapa, non Mikha ? kok bawa koper gede gini ?”.
“aku kabur dari rumah..”.
Mikha langsung memeluk Jajang.
“udah non..udah..mending non Mikha masuk dulu…”. Mikha kabur dari rumah karena tak tahan dengan kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Awalnya, Mikha bingung kabur kemana, tapi dia ingat kalau Dinda diusir dari rumah dan tinggal bertiga dengan Jajang dan Sardi. Semenjak hari itu, Mikha sudah memutuskan tak mau pulang meski dibujuk orang tuanya. Gadis manis itu lebih memilih tinggal bersama Dinda, Sardi, dan Jajang. Tentu Sardi dan Jajang yang untung, dengan adanya Mikha, mereka bisa asik melampiaskan nafsu mereka setiap hari. Benar-benar beruntung kedua pria tua itu. Kehidupan mereka seperti di negeri dongeng tiap harinya, harmonis dan bahagia. Tak ada yang merasa tersisihkan, Jajang dan Sardi sama-sama menyayangi kedua bidadari yang sedang mengandung anak dari hasil ‘perbuatan’ mereka berdua. Ya, Mikha juga sudah hamil sama seperti Dinda. Jajang dan Sardi sangat memperhatikan kebutuhan 2 ABG yang sudah merelakan masa depan hanya untuk mereka berdua.
1 tahun kemudian, buah hati mereka telah lahir. Umur bayi Dinda dengan bayi Mikha hanya berselisih 3 bulan. Jajang dan Sardi pun telah mendapatkan pekerjaan. Sardi mendapatkan pekerjaan sebagai supir taksi. Sedangkan, Jajang menjadi OB di suatu perusahaan. Orang-orang tentu tak akan menyangka, Jajang yang hanya OB dan Sardi yang hanya supir taksi memiliki 2 buah hati dari 2 orang gadis cantik yang dulunya artis. Meski 2 buah hati mereka itu tak begitu jelas siapa ayahnya, yang pasti 2 gadis cantik itu hamil karena ulah Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, sampai-sampai mereka berdua mentato permanen nama Jajang dan Sardi di tubuh mereka.
Kedua pria tua itu merasa senang luar biasa, setiap hari melihat nama mereka ada di atas bibir vagina dan kedua bongkahan pantat 2 dara jelita itu, menandakan kalau hanya mereka yang bisa mengakses daerah tersebut. Suatu pagi, seperti pagi-pagi biasanya, Dinda dan Mikha menyiapkan sarapan untuk Jajang dan Sardi.
“Mah Alisha sama Ricky belum bangun ?”. Alisha adalah anak dari rahim Dinda dan Ricky adalah anak dari rahim Mikha.
“belum, masih tidur”, jawab Dinda. Dengan seenaknya, Jajang mencengkram bongkahan pantat Dinda dan meremas-remasnya. Tentu Dinda tak marah.
“oh iya..gimana tadi malam, Mah ? puas kan ? hehe”. Dinda menggigit bibir bawahnya dan mengangguk. Tadi malam, dia digempur habis-habisan oleh Jajang. Sardi tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam daster Mikha. Tadi malam, dia menjadi algojo dan mengeksekusi Mikha. Dia sedang memperhatikan ‘hasil’ kerjanya di selangkangan Mikha. Ya, dibalik dasternya, Dinda dan Mikha tak mengenakan pakaian dalam. Mereka tak mau repot-repot mengenakan bh dan cd lagi sebab Jajang dan Sardi selalu melepaskannya dari tubuh mereka.
“Papa ngapain sih ?”, tanya Mikha.
“pengen ngeliat pejunya Papa bekas tadi malem masih ada apa nggak hehehe”.
“ya masih ada lah, Pah..gimana sih..”, canda Mikha. Asik sekali jadi Jajang dan Sardi sekarang. Sudah sarapan disuapi, mereka bebas menggerayangi daerah intim Dinda dan Mikha. Dinda dan Mikha meloloskan daster mereka. Sardi menepuk-nepuk pangkuannya sambil menatap Dinda. Dinda langsung duduk di pangkuan Sardi, tapi berhadap-hadapan. Mikha duduk di pangkuan Jajang.
“emmmhhh mmmhhhh”, kedua gadis cantik itu melirih pelan karena payudara kanan mereka sedang disedot. Cairan hangat yang rasanya manis dan gurih sedang disedot keluar dari payudara mereka. Dinda dan Mikha memang tak hanya menyusui bayi mereka saja, tapi juga ‘menyusui’ Jajang dan Sardi tiap pagi. Bagai bayi yang sangat kehausan, Jajang dan Sardi menyedot kuat-kuat susu yang keluar dari payudara kanan Dinda dan Mikha. Inilah aktivitas kedua gadis cantik itu setiap pagi. Nikmat dan segar rasanya susu Dinda dan Mikha.
“teerusshh Paahhh !!”, Dinda memang sangat suka saat Jajang atau Sardi menyusu kepadanya.
Dia merasa sebagai ibu dan seksi sekaligus. Sementara itu Mikha membelai kepala Jajang.
“hmmm emmmhhh…”, lirih Mikha dan Dinda. Susu 2 dara jelita itu sungguh manis dan segar. Mikha turun dari pangkuan Jajang. Sudah habis ASI di payudara kanannya. Dinda juga sudah selesai menyusui Sardi. Sungguh asik rasanya. Tanpa repot-repot berpakaian, Dinda dan Mikha mengantar Jajang dan Sardi sampai ke depan rumah. Benar-benar kehidupan yang sempurna bagi Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda langsung berlari masuk ke dalam rumah, takut ada yang melihat ketelanjangan mereka. Mereka berdua memungut daster mereka, tapi tak mengenakannya. Mereka lebih suka telanjang bulat saat beres-beres rumah. Tubuh mereka penuh dengan bekas cupangan dimana-mana, tentu bekas cupangan Jajang dan Sardi. Itulah keseharian Dinda dan Mikha yang kini telah mempunyai anak karena ‘keusilan’ Jajang dan Sardi. Tubuh mereka hanyalah untuk Jajang dan Sardi dan hidup mereka sekarang hanya untuk merawat kedua buah hati mereka dan juga melayani Jajang dan Sardi sepenuh hati
“oohhh oohhh aaammhhh”, desahan keduanya terdengar begitu merdu. Mikha dan Dinda saling berpelukan erat.
“EEMMHHHH !!!”, mereka berdua sama-sama mengejang. Cairan hangat keluar dari liang kenikmatan Dinda dan Mikha. Jajang dan Sardi mengulum jari mereka yang berlumuran cairan vagina Mikha dan Dinda. Seperti biasa, liang vagina memang terasa manis dan gurih. Sedangkan vagina Mikha rasanya luar biasa gurih.
Mikha tiba-tiba berdiri dan langsung mengangkangi wajah Dinda. Sepertinya akan ada pemandangan yang lebih menarik daripada sebelumnya. Tubuh Dinda langsung bergetar saat lidah Mikha menyentuh bibir kemaluannya.
“ummhh ummhh emmhhh”, lidah Mikha lah yang menjadi penyebab Dinda menggelinjang dan mendesah. Tak mau kalah, Dinda menusuk-nusuk celah sempit Mikha dengan 2 jarinya. Mikha asik menjilati kemaluan Dinda sementara Dinda asik mengobel-ngobel alat kelamin Mikha. Jika dibandingkan, vagina Dinda masih lebih ‘suci’ daripada vagina Mikha. Meskipun tidak suci dalam arti harfiah, namun setidaknya cuma ada 2 batang kejantanan yang masuk ke dalam tubuh Dinda setiap hari. Sedangkan, Mikha selalu mendatangi markas preman untuk menyerahkan dirinya sendiri hampir setiap hari. Tentu tak hanya 2 atau 3 preman saja yang harus dilayani Mikha. Kadang 5, 8, 10, bahkan pernah Mikha digilir sampai 20 orang preman. Tapi, entah kenapa, vagina Mikha tetap terlihat bagus dan rapat.
Kedua gadis cantik jelita itu begitu bersemangat, dua-duanya semakin gencar saling mengorek-ngorek dan menggerogoti vagina satu sama lain seakan mereka sedang mengadakan lomba untuk membuat lawan orgasme terlebih dahulu. 2 pria tua nan jelek itu asik menonton Dinda dan Mikha yang terus saling ‘memanaskan’ suasana. Bahkan Jajang mendekatkan wajahnya ke selangkangan Dinda yang sedang digeluti lidah Mikha, menyaksikan betapa asiknya gadis manis itu menggeluti kemaluan sahabatnya sendiri.
“memeknya non Dinda enak ya, non ?”, ujar Jajang.
“bangeth..”.
“rasanya gimana ?”.
“manisshh..”. Jajang tersenyum saja.
“emmmhhh”, lirih Mikha, rasanya ada 2 jilatan pada vaginanya. Ternyata memang Sardi pelakunya.
“ooohhhh oohhhh !!”. Mikha menggeliat-geliat merasakan 2 sapuan lidah di vaginanya. Melihat Sardi sedang ‘menyerang’ vagina bidadari incarannya, Jajang tak mau ketinggalan. Diserbunya vagina Dinda, bekerja sama dengan Mikha. Terjadilah pemandangan yang sangat aneh namun sangat ‘panas’.
Pemandangan dari 2 ABG cantik yang bugil dan saling menggerogoti vagina satu sama lain, sementara ada 2 pria tua yang juga menyerbu vagina mereka. Harusnya Dinda sudah kalah duluan, jika dilihat dari ‘pengalaman’. Dinda hanya harus melayani 2 pejantan tangguh saja sehari-harinya, jumlah yang sedikit daripada Mikha. Tapi, Dinda terlihat masih kuat menahan. Mikha pun cukup kaget. Ternyata sahabatnya ini cukup kuat.
“emmhh emmhh uuunnhhh EEMMMHHHH !!!!”, Dinda sudah tak kuat menahan puncak orgasmenya akibat serbuan lidah Mikha dan Jajang di vaginanya lebih lama lagi. Cairan vagina yang terpancar keluar dari alat kelamin Dinda langsung diperebutkan Jajang dan Mikha. Lidah keduanya sama-sama menyelip masuk ke dalam liang ‘hangat’ milik Dinda untuk mengais sisa-sisa sari vagina Dinda yang mungkin masih tersisa di dalam.
“emmhh ccpphh emmmhh”. Mikha dan Jajang berciuman, lidah mereka saling bertaut, saling berbagi cairan vagina Dinda. Cairan vagina Dinda yang bercampur dengan ludah Jajang diteguk habis oleh Mikha.
Sementara Sardi dan Dinda masih belum berhasil membuat Mikha orgasme, keduanya masih bekerja sama menjilati vagina Mikha. Berciuman dengan ABG di dekat selangkangan ABG lainnya benar-benar beda rasanya. Impian yang menjadi nyata.
“hmmhhh eempphhh”, gumam Mikha yang tertahan dengan bibir Jajang. Lidah Dinda dan lidah Sardi bergerak semakin lincah di selangkangan Mikha. Tak jarang, lidah Dinda dan Sardi bersinggungan dan saling belit. Semakin enak, Mikha semakin mendorong bagian bawah tubuhnya ke belakang, menyodorkan daerah intimnya ke Dinda dan Sardi.
“eemmpphhh NNNGHHHH !”. Mikha mengejang hebat dan menekan tubuhnya ke arah belakang. Cairan kenikmatan langsung mengalir keluar dari vagina gadis manis itu. Sardi langsung menyeruput setiap tetes cairan vagina Mikha, Dinda hanya mendapatkan lelehan-lelehannya saja. Gurih sekali rasanya, baru kali ini Dinda mencicipi ‘rasa’ vagina selain miliknya sendiri. Ternyata, meskipun rasanya memang agak mirip-mirip, tapi ada sedikit rasa yang berbeda, seperti mempunyai ciri khas masing-masing.
Seperti sudah tahu, Mikha memajukan pinggulnya untuk memberikan keleluasaan pada 2 sejoli yang ada di ‘bawah’ sana untuk berciuman. Sama seperti yang dilakukan Jajang dan Mikha tadi, Sardi pun mencium Dinda untuk mentransfer cairan vagina Mikha ke mulut Dinda.
“emmphh mmmhhh”. Jajang menjauh dari kasur, dia berdiri lalu meloloskan kolornya. Batang besar, panjang, dan berurat melompat keluar dari dalam kolor Jajang. Mikha memperhatikan penis Jajang. Tak percaya pada apa yang ia lihat. Lebih besar dari batang preman-preman yang pernah ia hadapi. Itukah batang yang harus dihadapi temannya yang mungil itu ?, tanya Mikha. Dia tak habis pikir, temannya yang berwajah imut-imut harus menghadapi tongkat sebesar dan sepanjang itu. Dan itu baru miliknya Jajang, belum miliknya Sardi. Mikha yang sekarang sudah menjadi maniak seks, merasa cemburu sekaligus merasa sedikit kalah.
Merasa kalah karena temannya yang baru saja mengenal sex tapi sudah bisa melayani 2 batang kejantanan besar tiap hari dengan baik. Dan merasa cemburu karena Dinda tentu bisa terpuaskan dengan 2 tongkat perkasa di rumahnya setiap hari.
“non Mikha…ayo sini non..”, Jajang menggerakkan penisnya memanggil Mikha untuk mendekat. Sudah biasa ‘diumpani’ kemaluan laki-laki, Mikha seperti tersihir. ABG manis itu langsung merangkak mendekati penis Jajang. Ya, benar-benar merangkak, dengan lutut dan kedua tangannya, seperti hewan berkaki empat yang mendekati majikannya saat dipanggil. Mikha memang sudah terbiasa merangkak seperti ini saat di sarang preman.
“wah non Mikha penurut ya…hehehe”, leceh Jajang. Mikha hanya tersenyum, dan menggenggam batang kejantanan Jajang. Begitu keras dan kokoh. Mikha sampai menelan ludah. Lorong vaginanya terasa semakin lembap dan gatal, memegang penis sebesar dan sekeras milik Jajang.
“cuph ccphh cuupphh”, gadis manis berkulit sawo matang itu mulai mengecupi sekujur batang penis Jajang. Kepala, leher, batang, pangkal, dan kantung buah pelir Jajang, semuanya mendapatkan kecupan mesra dari Mikha.
Jajang memang sangat menyukai saat kemaluannya dikecupi seperti ini, rasanya seperti sedang ‘dimanjakan’. Setiap hari, dia menyuruh Dinda untuk mencumbui penisnya sebelum dan sesudah seks. Nikmat dan rasanya memang seperti raja yang sedang dilayani selirnya. Beda lagi dengan Jajang, bagi Mikha, kecupan-kecupan mesra pada kemaluan lelaki adalah bentuk pemujaannya terhadap pria yang dilayaninya, bisa dibilang, ‘ucapan’ selamat datang ke benda tumpul milik pasangannya sebelum digunakan untuk mengaduk-aduk alat kelaminnya. Kalau Dinda, sudah tak heran lagi, begitu asik mencumbui alat kelamin Jajang karena sudah biasa. Tapi, Mikha baru pertama kali, namun dia begitu luwes dan sangat ‘nyaman’ mencumbui alat kelamin Jajang. Jajang pun agak bingung, tapi yang pasti, Jajang tahu kalau gadis manis yang sedang menciumi alat kelaminnya sekarang sudah sering menangani kejantanan lelaki. Dilihat dari cara memegang, cara mengenggam, dan cara menciumnya, pastilah bukan kali pertama.
Gadis manis itu benar-benar terlihat sangat menikmati benda tumpul yang ada di tengah selangkangan Jajang. Lidahnya pun menjulur keluar, menjalar di bagian bawah batang Jajang, berulang-ulang. 2 sisi batang Jajang juga dijilati dengan begitu nikmatnya oleh Mikha. Mikha mengangkat batang Jajang agar bisa menciumi, menjilati, dan mengemuti kantung buah pelir Jajang.
“emmmh…enaak”, desahan itu bukan keluar dari mulut Jajang tapi malah mulut Mikha. Terus menerus lidah Mikha asik menjalari batang kejantanan Jajang. Tanpa segan, Mikha membenamkan wajahnya di selangkangan Jajang, menghirup dalam-dalam aroma selangkangan Jajang yang bau apek itu. Jajang sendiri tak percaya, gadis manis yang baru dikenalnya ini bahkan lebih agresif daripada anak majikannya yang sudah sering diumpani penisnya. Mikha membuka mulutnya.
“haaphh…”.
“ooh angeethh”, kehangatan mulai menyelimuti tongkatnya. Tongkat yang telah menaklukkan Dinda sampai benar-benar takluk padanya.
Bibir Mikha menempel dengan rambut kemaluan Jajang yang berarti seluruh batang Jajang telah berada di dalam mulut Mikha. Mikha mulai mengemut-emut kemaluan Jajang, menyedot alat kelamin pria tua itu sampai pipinya kempot.
“oohhh”, desah Jajang merasa keenakan. Benar-benar nikmat rasanya, alat kelaminnya disedot-sedot oleh ABG berwajah manis. Kulum, jilat, cium, dan kocok, Mikha benar-benar menikmati batang Jajang. Lidahnya tak pernah berhenti menjalari tongkat Jajang. Buah pelir Jajang juga terus diemut-emut oleh Mikha.
“ooh enaakhh nonnhh..”, Jajang merinding saat lubang kenciknya dikilik-kilik oleh Mikha. Mikha menelan lagi penis Jajang dan mulai menggerakkan kepalanya maju-mundur. Jajang merasa bibir Mikha seperti mengurut ‘junior’nya karena mengatup kencang menjepit batangnya di antara bibir atas dan bawah ABG itu. Mikha terus mengulumi dan menyedot kemaluan Jajang lebih kuat dari sebelumnya seakan jika tak menyedot kemaluan pria tua itu, hidupnya akan berakhir.
Seolah, penis Jajang adalah sumber energi kehidupannya, itulah pemandangan Mikha yang terlihat begitu ‘menggandrungi’ penis Jajang. Mungkin bagi Mikha, penis Jajang bagai es krim batangan yang harus dinikmati hingga tetes terakhir. Sementara pembantu tua itu sedang keenakan karena otongnya dikulum dengan begitu hebatnya oleh si ‘barang baru’ alias Mikha, temannya, si supir tua sekarang sudah berada di atas tubuh Dinda dan menindih tubuh putih mulus itu.
“emmhh uummm ccmmpphh”. Sardi tengah asik memagut bibir Dinda. Melumat habis-habisan bibir mungil nan lembut itu. Tonjolan di kolornya benar-benar tepat bersinggungan dengan vagina Dinda. Bedanya, vagina Dinda yang juga sudah ‘on fire’, terbuka bebas, tanpa ada penghalang apapun, sedangkan burung Sardi masih terkungkung di dalam kolor. Meskipun masih berada di dalam ‘sangkar’nya, tetap saja burung Sardi tahu harus mengacung ke mana. Tak lain dan tak bukan, ‘menunjuk’ ke bawah, yaitu lembah kenikmatan milik Dinda.
Keduanya tentu juga sama-sama tahu, alat kelamin mereka masing-masing sudah tak sabar untuk saling ‘diadu’. Saling bersinggungan dan saling bergesekkan. Vagina Dinda sudah terasa gatal, minta digasak dan diaduk-aduk tongkat Sardi. Dan tongkat Sardi juga butuh tempat untuk diobok-obok. Namun, mereka berdua sama-sama tak mau buru-buru. Karena kemarin tak kesampain melampiaskan nafsunya kepada anak majikannya itu, tentu Sardi ingin berlama-lama menikmati tubuh Dinda untuk mengobati kerinduannya akan kemolekan dan keindahan tubuh Dinda yang putih mulus itu. Sementara si tempat pelampiasan nafsu alias si Dinda juga ingin melayani Sardi dengan tubuhnya sampai supirnya itu benar-benar terpuaskan. Dinda merasa mempunyai kewajiban untuk melayani supirnya itu sebaik-baiknya karena merasa kasihan dengan Sardi gara-gara tak jadi mendapatkan jatah sementara Sardi mendapatkannya.
“non Dinda..”.
“Pak Sardi…”. Entah terdengar romantis atau nafsu, keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain terus menerus di sela-sela ciuman mereka yang semakin hangat dan romantis, namun tetap menggebu-gebu bagai pasangan pengantin baru.
Satu tangan Sardi pun sudah mencengkram payudara kanan Dinda dan meremas-remasnya dengan lembut. Emang empuk n’ kenyal toketnya non Dinda, pikir Sardi. Tatapan mata senang ditunjukkan Dinda. Dia merasa senang berada di bawah Sardi. Merasa dilindungi Sardi. Sardi menghentikan ciumannya untuk melepaskan kolornya. Dia ingin ikut bertelanjang ria dengan anak majikannya yang sudah telanjang lebih dulu dan sudah terlentang pasrah di depannya. Dinda tersenyum ke arah Sardi. Dia menatap benda tumpul milik Sardi yang mengacung tepat ke arahnya. Salah satu dari 2 benda tumpul yang sudah sering mengaduk-aduk baik liang anusnya maupun liang vaginanya. Dinda mengangkat kedua tangannya ke atas, gadis imut itu menantikan Sardi untuk menindihnya dan mencumbunya lagi. Tentu Sardi tanpa aba-aba langsung menomplok tubuh sekal Dinda.
“hihihi ! geliii, Paakhh !!”, desah Dinda manja, Sardi asik menggelitik daun telinga Dinda diselingi dengan mencumbui lehernya.
“hmm eemmhh eemm”, kini Dinda melirih pelan, merasakan nikmat saat kedua putingnya diemut-emut oleh Sardi. Beda dengan sebelum-sebelumnya, kali ini tubuh sekal Dinda hanya untuk Sardi seorang. Tak ada yang mengganggunya, Sardi bisa leluasa menikmati setiap jengkal dari tubuh Dinda yang begitu padat berisi karena pejantan tangguh yang satu lagi alias Jajang sudah mendapatkan mangsanya sendiri. Sesekali Sardi menggerakkan pinggulnya berputar, batangnya pun seperti sengaja digilas-gilaskan ke selangkangan Dinda. Tapi, memang menimbulkan rasa nikmat yang beda. Begitu juga yang Dinda rasakan.
“non Dinda mau ngemut permen batangan kan ?”, canda Sardi porno. Dinda yang tentu mengerti apa yang dimaksud Sardi, tersipu malu sambil tersenyum dan mengangguk perlahan. Sardi tidur terlentang di samping Dinda. Gerakan perlahan Dinda yang bangun dan berdiri di atas tubuh Sardi benar-benar begitu seksi dan sensual. Tubuh telanjang Dinda benar-benar terlihat sangat menggairahkan.
Dinda menurunkan tubuhnya dan memundur-mundurkan pantatnya sedikit demi sedikit untuk memarkir bagian bawah tubuhnya tepat di wajah Sardi. Begitu vagina wangi itu tersaji di depan wajahnya, Sardi langsung menyerbunya dengan ganas.
“ooh eemmhh aaahhmmmm”, Dinda langsung menggeliat hebat. Lidah Sardi benar-benar lincah mengubek-ubek alat kelamin sang ABG cantik sampai ABG itu belingsatan tak karuan diterpa rasa nikmat yang begitu banyak.
“hmmpph nyymmhhhh”. Dinda langsung mencaplok burung Sardi. Mengulumnya dengan penuh semangat dan bernafsu, melampiaskan rasa nikmat yang sedang dirasakannya. Merasa batang kejantanannya disedot kuat-kuat oleh Dinda, Sardi pun semakin intens menjilati alat kelamin anak majikannya itu. Terjadi hubungan sinergis antara keduanya. Sesuai dengan istilah ilmu biologi yaitu simbiosis mutualisme, dua-duanya saling memberikan keuntungan atau dalam hal ini, kenikmatan.
Berbeda dengan pasangan anak majikan-supir itu dimana Dinda yang berada di atas dan mengangkangi pejantannya, pasangan lainnya, yaitu ABG manis-pembantu malah terjadi kebalikannya. Malah Jajang yang mengangkangi wajah Mikha, mencelup-celupkan tongkat saktinya ke dalam mulut Mikha sambil terus mengobrak-abrik daerah intim ABG manis itu dengan lidah terlatihnya. Lidah yang sama terlatihnya dengan lidah Sardi. Semua itu karena mereka berdua mempunyai ‘tempat’ latihan, tentu tempat latihan yang dimaksud adalah V-zone milik Dinda yang selalu terbuka lebar untuk mereka. Mikha tak terlihat tidak nyaman dalam posisi itu, dia terlihat baik-baik saja. Padahal baru ‘pemanasan’, tapi aroma sex begitu kental tercium di kamar Sardi. Tentu aroma itu lebih kuat tercium dari tubuh Dinda dan Mikha. Memang secara alami, betina lah yang mengeluarkan hormon feromon untuk mengundang pejantan datang jika dalam masa kawin. Begitu juga yang terjadi pada duo artis itu. Secara alami, tubuh mereka menyebarkan hormon feromon untuk menambah gairah sekaligus memberi tahu kalau mereka siap untuk dikawini dan melakukan reproduksi ke pejantan mereka masing-masing.
Pemandangan yang ada pun begitu menggairahkan. Dinda, ABG berwajah imut yang mempunyai tubuh putih mulus dan padat berisi sedang mengangkangi seorang pria tua, menyerahkan kemaluannya sambil mengulumi batang kejantanan pria tua tersebut. Sementara Mikha, ABG berwajah manis yang mempunyai tubuh jenjang sedang dikangkangi pria tua yang satu lagi. Vaginanya disedot-sedot sambil dicekoki penis pria tua itu. Jajang dan Sardi tentu tak akan berhenti menggragoti vagina Mikha dan Dinda sebelum mendapatkan lelehan cairan yang rasanya asin, gurih, sekaligus manis dari kemaluan 2 artis muda itu.
“EEMMMMMHHHHH !!!”. Dinda mengejang dan menekan vaginanya ke wajah Sardi.
“ssrrppp ssrrphhh”, tanpa menyia-nyiakan setetes pun, Sardi mengkokop ‘sari’ vagina Dinda seperti orang yang menyeruput air dari mangkuk. Begitu kiranya tak ada yang menetes keluar lagi dari alat kelamin Dinda, Sardi mengais-ngais liang vagina Dinda, mendapatkan cairan nikmat yang mungkin masih tersisa di dalamnya.
Dinda masih asik menjilati ‘batang eskrim’ milik Sardi, gadis cantik itu kelihatan sangat menikmatinya.
“ayo non…kita mulai yuk..”, ujar Sardi menepuk pantat Dinda. Dinda pun langsung mengangkat vaginanya dari wajah Sardi. Dinda duduk di perut Sardi dan tersenyum manis. Ada seorang gadis muda yang sangat cantik dan telanjang, duduk di atas perutnya adalah pemandangan yang sangat indah untuk pria tua seperti Sardi. Sardi pun mengelus-elus pinggang Dinda. Sungguh sempurna lekuk tubuh anak majikannya itu. Apalagi kedua ‘kelapa’ miliknya. Tubuh yang sangat sintal untuk seorang ABG berumur 16 tahun. Dinda mengangkat pinggulnya sambil memegangi batang Sardi.
“emmm….”. Dinda melirih pelan. Senti demi senti penis Sardi membelah dinding vagina Dinda yang tadinya menutup erat. Dua-duanya mendapatkan kenikmatan ragawi dari alat kelamin mereka yang sekarang sudah saling mengunci posisi.
“emm emm emmmm”. Dinda berpegangan pada perut Sardi dan mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun.
Sementara itu, Jajang yang sudah puas mengobel-ngobel alat kelamin mangsa barunya, kini tengah memposisikan penisnya untuk digunakan sebagai tongkat sodok. Tapi, dia sengaja memukul-mukulkan dan mengelus-eluskan penisnya ke belahan vagina Mikha. Ekspresi wajah Mikha yang semakin terangsang memang benar-benar menggairahkan.
“mm…ayooohh, Paaakkhh !!”, pinta Mikha ‘frustasi’.
“ayo apa, non ?”.
“masukkinnhh !!”.
“masukkin apa, non ?”, goda Jajang sambil terus menggesek-gesekkan penisnya ke belahan bibir vagina Mikha.
“kontolnyaaahh !!!”, erang Mikha dengan nada kesal.
“oohh bilang dong non..hehe nih !! jlebb !”. Jajang menusukkan penisnya dengan kuat.
“aaahhhh !!”. Benar-benar seperti orang yang mau menyumbat saluran.
“sakit yah, non ?”, tanya Jajang agak kasihan melihat ekspresi wajah Mikha.
“ng nggaakhh, Paakh..lagi..”, pinta Mikha manja.
“wah non Mikha seneng ya dituncep ?”. Mikha mengangguk pelan. Bagaimana mungkin, Mikha tak menyukainya.
Dia sudah sangat sering diperlakukan seenaknya oleh preman-preman yang memakai tubuhnya untuk melampiaskan nafsu mereka. Mulutnya biasa dicekoki penis seenaknya oleh para preman. Relung tubuhnya yang lain yaitu, vagina dan anusnya juga dirojoki penis preman-preman dengan kasar dan brutal sehingga tak heran kalau dia jadi suka ‘main kasar’ karena biasa diperlakukan seperti itu.
“jlebbh !”.
“AAHHH !!”.
“JLEEBHH !”.
“AAHH !!”. Setiap kali Jajang menusukkan penisnya, setiap kali itu juga Mikha mengerang. Lama kelamaan, tusukan-tusukan Jajang semakin kontinyu, tanpa jeda, dan akhirnya dia mulai menggenjot kemaluan Mikha.
“eemmhhh aaahhhh ooohhhh uuummmhhhh”.
“OOHH UUUMMHHH AAAHHHH !!!”. Suara desahan Dinda dan Mikha memenuhi ruangan. Tak akan ada yang menyangka, di dalam rumah kontrakan yang kecil dan sederhana itu, ada 2 orang dara cantik jelita yang sedang bersenggama dengan 2 pria tua nan jelek. Yang satu sedang di sodok-sodok, sedangkan yang satu lagi sedang ‘menggodok’ penis.
Meski sama-sama sedang melayani pria paruh baya, namun Mikha dan Dinda berbeda 180 derajat. Mikha lebih condong ke arah hardcore. Semakin disodok keras, Mikha semakin menyukainya. Sedangkan, Dinda bergoyang-goyang di atas penis Sardi dengan begitu perlahan. Goyangan Dinda tak begitu liar, namun karena begitu perlahan, malah terlihat begitu sensual. Kadang Dinda menurunkan payudaranya hanya untuk sekedar membiarkan supirnya itu bisa mengenyoti susunya, selain itu Dinda mencium Sardi dengan penuh kehangatan dan begitu mesra. Bergumul dengan Dinda memang benar-benar bisa mendapatkan kenikmatan bercinta sepenuhnya. Tak hanya dengan Sardi, dengan Jajang pun, Dinda melayani dengan sepenuh hati. Pelayanan nafsu birahi yang tak hanya dengan tubuh montoknya, tapi dengan seluruh hati dan perasaannya. Begitu total melayani 2 pria tua itu tiap harinya. Dinda memutar tubuhnya, vaginanya yang menjepit kencang burung Sardi membuat Sardi mengerang kenikmatan. Serasa dipelintir. Dinda jadi membelakangi Sardi. Dia merebahkan tubuhnya ke belakang.
Indah sekali pemandangan selangkangan Dinda yang sedang dikait oleh penis sebesar penis Sardi. Tiba-tiba Mikha naik ke atas tubuh Dinda dan menungging ke atas.
“eemmmhhh !!”. Tanpa disuruh, tongkat sodok Jajang langsung menusuk masuk lagi ke dalam tubuh Mikha, tapi kali ini bukan ke kemaluan gadis manis itu melainkan ke lubang pantatnya.
“anjriith !!”. Jajang keenakan, ‘perangkat kawin’ miliknya serasa dicengkram kuat oleh liang anus Mikha. Jajang mulai menyikati liang anus Mikha dan Sardi mulai menyodok-nyodokkan penisnya ke atas, menusuk vagina milik anak majikannya. Jadilah dua artis ABG yang begitu cantik jelita tertumpuk di antara himpitan 2 orang pria tua dengan penis yang mengait tubuh mereka masing-masing.
“emmhh eemmm”. Dinda dan Mikha bercumbu dengan penuh gairah sementara bagian bawah tubuh mereka sedang diobrak-abrik oleh Sardi dan Jajang. Sebuah pemandangan fantasi yang begitu liar. Payudara Mikha menekan dan menempel payudara Dinda bagaikan terlem dengan kuat.
“ooohhh oohhh oohhh teruusshh Paaakkhh !!!”.
“terusshh soodookhh Paaakkhhh !!!!”.
“cllkk cllkk ckckck pokk pookk”, bunyinya tak karuan. Desahan, lirihan, dan erangan 2 pasang manusia yang tengah berasyik masyuk diiringi dengan irama kecipak air dari vagina si 2 gadis remaja yang sudah banjir serta bunyi selangkangan yang saling bertumpukkan. Memang tak ada yang lebih nikmat lagi selain menggagahi gadis muda yang cantik, Jajang dan Sardi merasakan nikmat luar biasa itu. Apalagi tubuh Dinda dan Mikha yang harum mewangi, membuat 2 pria tua itu semakin betah menjajah tubuh sang 2 dara cantik. Liang vagina Dinda dan liang anus Mikha terus disodok-sodok dan diaduk-aduk sampai mereka orgasme.
“plook plook !! EGGHHH OOOOKKHHH !!!”. Jajang menekan kuat-kuat penisnya agar menancap sampai ujung liang anus Mikha.
“mmm…”, gumam Mikha merasakan hangat di liang anusnya. Sardi pun sedang memancarkan spermanya ke rahim Dinda. Dinda memejamkan matanya, kelihatan kalau dia begitu meresapi kehangatan sperma supirnya di rahimnya.
Jajang pun menindih Mikha dengan penis yang masih menyemburkan sperma meski lama kelamaan mulai berkurang. Benar-benar seperti hidran air, pikir Mikha. Kalau tiap hari gini, kok Dinda gak hamil ya?, tanya Mikha dalam hati. Kedua ABG itu memang terkulai lemas namun stamina mereka masih banyak, terlihat dari Mikha yang mulai mencumbu Dinda. Sementara Sardi yang sudah tak berada di bawah Dinda dan Jajang yang sudah tak lagi menindih Mikha menonton mereka beradegan lesbian sambil menunggu penis mereka kembali menegak untuk bisa digunakan mengobrak-abrik kedua gadis bernafsu tinggi itu. Padahl baru kenal, tapi peju gue udah di boolnye, mantap, pikir Jajang. Dia merasa puas dan beruntung bisa menyetubuhi artis ABG yang cantik lainnya yaitu Mikha Tambayong.
“Jang..gimane si non Mikha ? mantep ?”, bisik Sardi.
“jempol dua pokoknye..”.
“tukeran nyok ? gue pengen nyobain..”.
“okeh..gue juga lagi pengen ngentotin anak majikan kita tersayang”.
“non Mikha..”, Sardi menoel pantat Mikha. Mikha menoleh ke belakang.
“sekarang sama Pak Sardi yuk ?”.
“tapi…bukannya…?”, Mikha terbengong-bengong melihat batang kejantanan Sardi. Sudah tegak mengacung lagi padahal baru 1 menit usai memuntahkan lahar putihnya ke dalam rahim Dinda. Setidaknya, biasanya, >3 menit baru bisa bangun lagi. Mikha langsung mengangguk penuh semangat dan langsung menggelayut manja kepada Sardi.
“non Dinda…sekarang ama Pak Jajang yuk ? hehehe…”.
“ehm mm”, Dinda menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk dan membuka kedua tangannya seolah mempersilakan pembantunya itu untuk menomplok dirinya. Jajang dan Sardi benar-benar beruntung, bisa menggumuli 2 orang artis ABG cantik yang melayani nafsu mereka berdua tanpa paksaan, malah dengan senang hati. Sungguh beruntung. Dari sore sampai jam agak malam, Jajang dan Sardi asik ‘mementungi’ 2 ABG cantik itu. Dan 2 artis muda itu melayani pentungan Jajang dan Sardi dengan senang hati.
Setiap ronde, Jajang dan Sardi selalu bertukar-tukar. Setelah dengan Dinda, Jajang dengan Mikha, begitu seterusnya dan sama halnya dengan Sardi. Kadang kedua pria tua itu mengeroyok Dinda saja atau Mikha saja. Pokoknya semaunya Jajang dan Sardi saja. Medan pertempuran mereka pun tak hanya di kamar Sardi saja. Di depan tv, kamar mandi, dapur, semuanya menjadi arena pergumulan mereka. Benar-benar impian lelaki bisa menggumuli 2 gadis ABG cantik yang juga artis terus menerus tanpa ada yang mengganggu. Burung Jajang dan Sardi puas ‘muntah’ ke dalam liang anus dan liang vagina baik milik Dinda ataupun Mikha. Kedua dara cantik itu sudah lemas, dan akhirnya tertidur dengan saling berpelukkan. Pemandangan 2 gadis ABG tidur dengan telanjang bulat memang sangat indah, apalagi berpelukan seperti Dinda dan Mikha sekarang. Benar-benar membuat pria ingin sekali tidur di antara mereka, namun Jajang dan Sardi tak mau mengganggu karena Dinda dan Mikha terlihat lelah sekali, lagipula ‘jarum suntik’ kebanggaan mereka sudah kering kerontang dan harus diistirahatkan sebelum bisa ‘berguna’ sebagaimana mestinya lagi. Jajang dan Sardi pun mengenakan pakaian dan keluar kamar, duduk di depan tv.
Waktu berlalu. Sementara 2 ABG yang telah digempur habis-habisan oleh mereka itu tertidur pulas, si 2 pria tua perkasa ngaso di depan tv sambil merokok.
“gile Jang, tuh ABG 2 kuat banget..kontol gue ampe letoy gini..”, ujar Sardi sambil menghisap rokok dan duduk santai di tv mungilnya bersama Jajang.
“gue juga, tapi bener-bener PUAS !! HAHAHA !!!!”.
“yoi, mimpi ape kite ye..udah bisa ngentotin Dinda Kirana sama Mikha Tambayong sekaligus, WAHAHAHA !!”.
“mimpi ketiban duren kali yee HAHAHA !!”.
“emang bener kata temen gue, Jang”, ujar Sardi sambil menghisap rokoknya.
“apaan emang ?”.
“nggak butuh tampang keren, uang banyak…yang penting kontol gede, masih bisa dapet cewek cakep HAHAHA !!!”.
“BENER HAHA !!”. Tiba-tiba, ada seseorang yang keluar dari kamar.
“eh non Mikha udah bangun…”. Mikha tersenyum.
“ayo sini non…nonton bareng kita..”.
“iya, Pak..ntar, aku mau ke kamar mandi dulu..dimana wcnya, Pak ?”.
“di pojok sana, non..”, arah Sardi. Mikha langsung menuju kamar mandi dan berlalu melewati Jajang dan Sardi. Tubuh telanjang Mikha yang lewat di depan mereka benar-benar ‘iklan’ yang menyenangkan.
Mikha pun kembali beberapa menit kemudian. Sepertinya dia membersihkan daerah intimnya yang tadi belepotan sperma.
“ayo sini, non..”. Jajang memberi tempat di antara mereka berdua. Mikha duduk di tengah-tengah mereka. Meski telanjang bulat, Mikha tak canggung duduk di antara 2 pria tua itu. Tak mungkin ia canggung, di sarang preman, dia bahkan telanjang dengan ada banyak pria di sekelilingnya.
“gimana, non ? puas kan kita entotin..”.
“emm..”, Mikha mengangguk malu-malu. Meski sudah terbiasa memuaskan nafsu laki-laki, tapi dia masih malu jika ditanya seperti itu. Mereka bertiga mengobrol, saling bertukar cerita. Tentu ceritanya tak jauh-jauh dari Dinda. Sambil mengobrol, tangan Jajang dan Sardi tentu menggerayangi tubuh indah yang ada di antara mereka. Mikha senyum-senyum saja tanpa berusaha menyingkirkan tangan-tangan jail 2 pria tua itu.
“emmm…”, Mikha mulai terangsang.
“non..kita maen lagi yuk ?”. Mikha pun mengangguk malu-malu.
Pantes aja si Dinda sampe keblinger, pikir Mikha yang kagum dengan keperkasaan 2 pria tua yang ada di samping kanan dan kirinya. Dengan kompak, Jajang dan Sardi mulai menciumi leher Mikha sambil menggenggam payudaranya yang mungil namun menggemaskan itu, masing-masing menggenggam satu buah. Namun, tentu Jajang dan Sardi sadar kalau ‘tongkat dobrak’ masih perlu dicas beberapa menit lagi sebelum bisa mencolok gadis manis yang sudah pasrah itu. Saat tengah asik menggerayangi tubuh Mikha, Dinda keluar kamar, membawa kabar kurang baik.
“Pak Sardi, Pak Jajang..pulang yuk..”. Jajang dan Sardi pun berhenti melakukan aktivitasnya.
“lho, kenapa, non ? bukannya non Dinda sama non Mikha betah di sini hehe..”.
“iyaa, non..ntar aja jam 11an ?”.
“Mama udah nyuruh pulang..”.
“yaah, yaudah deh..”.
“aku mandi dulu yaa..”, ujar Dinda seraya memungut seragamnya yang berserakan di lantai dan menuju kamar mandi.
“brrmm !! brrmm !!”, Sardi memanaskan mobil.
Semuanya sudah berpakaian lengkap seperti semula.
“non Dinda…Pak Jajang mau jalan-jalan dulu sama non Mikha. boleh kan ?”.
“ha ? beneran, Mi ?”.
“iyaa, gue sama Pak Jajang mau jalan-jalan..”, ujar Mikha sambil tersenyum.
“oh yaudah..kalo gitu, gue pulang duluan yaa, Ka…”, Dinda cipika cipiki dengan Mikha. Jajang ikut dengan mobil Mikha. Sementara Dinda naik ke mobilnya bersama Sardi. Di perjalanan pulang, setiap kali mobil berhenti baik terkena lampu merah atau terjebak macet, pasti Sardi langsung mencium Dinda seakan kejadian di rumah kontrakannya tadi tak cukup.
Tentu tak akan cukup. Laki-laki manapun tentu pasti ingin lagi dan lagi mendapatkan kenikmatan dari gadis ABG secantik Dinda. Lagipula dia begitu pasrah. Namun, karena sedang di jalan, setidaknya dia bisa menikmati betapa lembut bibir anak majikannya itu dan juga menikmati kocokan pada penisnya, pikir Sardi. Ya, sepanjang perjalanan pulang, tangan kanan Dinda berada di dalam kolor Sardi. Memijati dan mengocokki batang perkasa itu. Bahkan, tangan Dinda tetap mengocokki penis supirnya itu meskipun tangan kirinya sibuk mengetik sms di hpnya seolah tak terjadi apa-apa. Tentu Sardi tak keberatan Dinda memain-mainkan burungnya. Yang repot kalau nanti sudah sampai rumah, pasti dia ditinggalkan anak majikannya itu dengan barang ngaceng berat. Tapi, tak apa lah, wong enak dikocokkin, pikir Sardi. Begitu sampai di rumah, Dinda langsung masuk ke dalam rumah.
“kamu nggak makan dulu ?”.
“nggak, Mah..tadi udah makan..aku mau langsung tiduuurr…hooaahmm”. Andai saja ayah dan ibunya tahu kalau anaknya itu lelah karena melayani nafsu bejat supir dan pembantunya.
Dan coba saja, ibunya mencium tangan anaknya itu. Pastilah tahu kalau tangan anaknya itu bau ‘burung’. Bagaimana tidak bau, selama 20 menit berjalanan, tangan Dinda berada di dalam kolor Sardi.
“ini, Nyah..kuncinya…”.
“Sardi..kamu tahu Jajang ke mana ?”.
“kayaknya sih nginep di rumah temannya…ada urusan katanya…”.
“oh..”.
“yaudah, Nyah..saya pulang dulu..”.
“hati-hati di jalan…”. Sardi berjalan keluar dengan langkah yang terasa berat, nafsunya akibat kocokan Dinda selama perjalanan pulang tadi.
“ssst…pak Sardi…”. Sardi mencari sumber suara itu. Ternyata itu Dinda yang melongok keluar dari jendela kamarnya.
“ada apa non ?”.
“sshh…sini…”, ucap Dinda dengan suara pelan.
“ada apa, non ?”, Sardi ikut berbicara pelan setelah mendekati jendela kamar anak majikannya itu.
“mm…Pak Sardi mau pulang yaa ?”.
“iya, non..kenapa ?”.
“Pak Sardi nggak usah pulang..nginep aja…”.
“nginep ? pasti nggak boleh sama Nyonya n’ Bapak non..”.
“ya nggak usah bilang…”.
“maksud non ?”.
“mm…”.
“Pak Sardi mau kan temenin aku tidur ?”, ucap Dinda malu-malu. Meski sudah berkali-kali disenggamai supirnya itu, tentu Dinda masih malu untuk mengundang supirnya itu ke dalam kamarnya.
“ha ? yang bener non ?”, wajah Sardi sumringah.
“em mm..”, Dinda mengangguk perlahan sambil mengulum bibirnya. Tanpa pikir panjang, Sardi langsung memanjat naik jendela kamar Dinda dan langsung masuk ke dalam kamar.
“wah…non Dinda…”. Sardi benar-benar terkejut melihat anak majikannya itu. Dinda hanya mengenakan hem seragamnya saja, roknya sudah lepas dari tubuhnya. Dinda sangat terlihat seksi. Tapi, Sardi baru kepikiran. Kalau dia langsung menggagahi Dinda, pasti nanti terdengar keluar.
“Pak..aku mau mandi dulu yaa…”. Dinda membersihkan tubuhnya. Tubuh putih mulusnya kini kembali bersih dan harum.
“non buka dong handuknya..”. Dinda hanya tersenyum saja dan membuka lilitan handuknya untuk mempertontonkan tubuhnya ke supirnya itu.
Meski tak mengenakan sehelai benang pun dan ada Sardi di kamarnya, Dinda beraktifitas seperti biasa di kamar. Belajar, membereskan rak buku, memasukkan pelajaran besok ke tasnya, semuanya dilakukan Dinda dengan keadaan telanjang bulat dan keberadaan Sardi di kamarnya, seperti tak ada siapa-siapa. Ya meskipun, Sardi mengisenginya dan mengerayangi tubuhnya, Dinda hanya tersenyum seolah sudah lumrah baginya dan memang dia tak berhak menolaknya. Benar-benar khayalan terliar untuk laki-laki tua seperti Sardi. Berada di dalam kamar seorang gadis ABG cantik dan bisa melihat gadis ABG itu beraktifitas sambil bugil.
“bentar, Pak..”. Dengan mengindik-indik, Dinda keluar kamar lalu kembali.
“Papah Mamah udah tidur, Pak…”.
“kalau gitu…”, Sardi menatap tubuh Dinda yang berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mesum. Dinda langsung mengangguk pelan. Sardi langsung mendekap tubuh semok itu.
“tapi non..ntar nggak kedengeran keluar ?”.
“nggak, Pak…kemarin Pak Jajang juga nemenin aku…”.
“jadi kemarin Pak Jajang sama non Dinda tidur bareng…”.
Dinda mengangguk perlahan.
“wah enak banget tuh si Jajang…non Dinda juga gak bilang-bilang Pak Sardi…”. Dinda tersenyum malu.
“awas ya non…pokoknya non Dinda gak bakal selamet…”, ucap Sardi gemas.
“aahh, Paak…geli…”, desah Dinda manja. Sardi pun langsung mengangkat tubuh Dinda dan menaruhnya di atas ranjang. Meski tadi sudah dinikmati dari sore, tubuh indah Dinda yang terlentang pasrah di atas ranjangnya sendiri benar-benar memancing nafsu Sardi. Dia pun langsung menomplok tubuh sintal anak majikannya itu. Baik si pria tua jelek maupun si gadis ABG cantik sama-sama merasa belum cukup dengan persenggamaan mereka dan ingin saling adu kemaluan mereka lagi sampai benar-benar puas. Sementara Sardi bercinta dengan sangat bergairah dan nafsu yang sangat menggelora, Jajang dan Mikha juga sedang bersenggama dengan penuh nafsu dan liar di sebuah motel sederhana. Jajang ketagihan dengan keagresifan Mikha dan Mikha sangat kecanduan dengan keperkasaan Jajang. Alat kelamin mereka seakan tak mau dipisahkan.
Jajang pun kembali ke rumah Dinda keesokan hari dengan rasa puas. Isi burungnya benar-benar dikuras habis oleh gadis berparas manis itu. Sementara Mikha pulang dulu ke rumahnya untuk mandi dan berganti baju, pergi ke sekolah setelah digempur habis-habisan oleh pembantu teman baiknya itu. Sungguh hari yang sangat tak terlupakan bagi mereka berempat.
Setelah kejadian hari itu, Dinda memberi tahu Sardi untuk masuk ke kamarnya lewat jendela saja jika sudah di atas jam 11. Sardi merasa senang sekali diberitahu Dinda, dia diperbolehkan ‘mengunjungi’ anak majikannya itu meski ada orang tuanya. Malam-malam berikutnya, Jajang dan Sardi ‘menginvasi’ kamar anak majikannya sekaligus meniduri yang empunya kamar setiap malam. Kadang Jajang yang datang duluan, kadang Sardi. Tak masalah siapa yang datang duluan, Dinda selalu menerima kedua pria tua itu dengan senang hati. Dan yang paling ‘menyegarkan’ bagi Jajang dan Sardi, Dinda selalu telanjang bulat saat membukakan pintu untuk Jajang dan jendela untuk Sardi. Sebuah pemandangan indah yang tentu akan membuat mata menjadi segar di malam hari. Dinda memang sengaja menelanjangi dirinya sendiri setelah masuk kamar pada jam 10an atau jam setengah 11an. Dia ingin Jajang dan Sardi tahu kalau dia selalu ‘siap’ di kamarnya untuk mereka berdua. Dan kadang, sambil menunggu kedua pejantannya datang, Dinda belajar dalam ketelanjangannya itu, Dinda sangat menyukainya, belajar tanpa mengenakan apapun, rasanya bebas dan cepat masuk, pikir Dinda.
Tentu Jajang dan Sardi yang selalu menyebar benih-benih mereka di dalam rahim Dinda setiap malam akhirnya membuat Dinda hamil. Dinda akhirnya mengaku pada orang tuanya. Kedua orang tuanya tentu geram luar biasa, Jajang dan Sardi langsung dipecat dan Dinda juga diusir, bikin malu keluarga. Dinda pindah ke rumah kontrakan Sardi bersama Jajang juga. Dengan uangnya sebagai artis, Dinda pun membeli rumah itu dari pemiliknya. Artis imut itu pun terpaksa berhenti sekolah, tapi baginya tak mengapa karena akhirnya dia bisa bersama kedua pria tua yang telah menaklukannya itu tanpa takut ketahuan siapapun lagi. Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, tak ada lagi keluarga baginya selain kedua pria tua itu. Dan Jajang dan Sardi pun tak menganggap Dinda sebagai tempat pelampiasan nafsu saja, tapi juga seorang istri yang membutuhkan kasih sayang dari mereka berdua.
Dinda, seorang artis muda dan imut itu kini sedang mengandung anak dari 2 orang pria tua yang tak lain adalah mantan supir dan pembantunya. Dia sama sekali tak menyesal, dia malah ingin segera menghantarkan buah cintanya bersama Jajang dan Sardi yang ada di dalam rahimnya itu ke dunia dan mengurusnya dengan sepenuh hati. Jajang dan Sardi tak tahu anak siapa yang ada di perut ABG cantik itu, tapi pasti keduanya berperan besar. Meski sedang hamil muda, Dinda selalu melayani nafsu kedua pejantannya itu. Kehidupan ranjang kedua pria tua itu sangat menyenangkan dengan adanya Dinda yang siap melayani mereka kapan saja. Namun, semakin lama perut Dinda semakin besar dan terlalu beresiko untuk menyetubuhinya, Jajang dan Sardi cukup tahu hal itu. Ternyata keberuntungan Jajang dan Sardi belum berakhir.
“non Mikha ?”, tanya Jajang yang kaget melihat Mikha berdiri di depan pintu dengan tas koper.
“Pak Jajang…aku…”.
“kenapa, non Mikha ? kok bawa koper gede gini ?”.
“aku kabur dari rumah..”.
Mikha langsung memeluk Jajang.
“udah non..udah..mending non Mikha masuk dulu…”. Mikha kabur dari rumah karena tak tahan dengan kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Awalnya, Mikha bingung kabur kemana, tapi dia ingat kalau Dinda diusir dari rumah dan tinggal bertiga dengan Jajang dan Sardi. Semenjak hari itu, Mikha sudah memutuskan tak mau pulang meski dibujuk orang tuanya. Gadis manis itu lebih memilih tinggal bersama Dinda, Sardi, dan Jajang. Tentu Sardi dan Jajang yang untung, dengan adanya Mikha, mereka bisa asik melampiaskan nafsu mereka setiap hari. Benar-benar beruntung kedua pria tua itu. Kehidupan mereka seperti di negeri dongeng tiap harinya, harmonis dan bahagia. Tak ada yang merasa tersisihkan, Jajang dan Sardi sama-sama menyayangi kedua bidadari yang sedang mengandung anak dari hasil ‘perbuatan’ mereka berdua. Ya, Mikha juga sudah hamil sama seperti Dinda. Jajang dan Sardi sangat memperhatikan kebutuhan 2 ABG yang sudah merelakan masa depan hanya untuk mereka berdua.
1 tahun kemudian, buah hati mereka telah lahir. Umur bayi Dinda dengan bayi Mikha hanya berselisih 3 bulan. Jajang dan Sardi pun telah mendapatkan pekerjaan. Sardi mendapatkan pekerjaan sebagai supir taksi. Sedangkan, Jajang menjadi OB di suatu perusahaan. Orang-orang tentu tak akan menyangka, Jajang yang hanya OB dan Sardi yang hanya supir taksi memiliki 2 buah hati dari 2 orang gadis cantik yang dulunya artis. Meski 2 buah hati mereka itu tak begitu jelas siapa ayahnya, yang pasti 2 gadis cantik itu hamil karena ulah Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, sampai-sampai mereka berdua mentato permanen nama Jajang dan Sardi di tubuh mereka.
Kedua pria tua itu merasa senang luar biasa, setiap hari melihat nama mereka ada di atas bibir vagina dan kedua bongkahan pantat 2 dara jelita itu, menandakan kalau hanya mereka yang bisa mengakses daerah tersebut. Suatu pagi, seperti pagi-pagi biasanya, Dinda dan Mikha menyiapkan sarapan untuk Jajang dan Sardi.
“Mah Alisha sama Ricky belum bangun ?”. Alisha adalah anak dari rahim Dinda dan Ricky adalah anak dari rahim Mikha.
“belum, masih tidur”, jawab Dinda. Dengan seenaknya, Jajang mencengkram bongkahan pantat Dinda dan meremas-remasnya. Tentu Dinda tak marah.
“oh iya..gimana tadi malam, Mah ? puas kan ? hehe”. Dinda menggigit bibir bawahnya dan mengangguk. Tadi malam, dia digempur habis-habisan oleh Jajang. Sardi tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam daster Mikha. Tadi malam, dia menjadi algojo dan mengeksekusi Mikha. Dia sedang memperhatikan ‘hasil’ kerjanya di selangkangan Mikha. Ya, dibalik dasternya, Dinda dan Mikha tak mengenakan pakaian dalam. Mereka tak mau repot-repot mengenakan bh dan cd lagi sebab Jajang dan Sardi selalu melepaskannya dari tubuh mereka.
“Papa ngapain sih ?”, tanya Mikha.
“pengen ngeliat pejunya Papa bekas tadi malem masih ada apa nggak hehehe”.
“ya masih ada lah, Pah..gimana sih..”, canda Mikha. Asik sekali jadi Jajang dan Sardi sekarang. Sudah sarapan disuapi, mereka bebas menggerayangi daerah intim Dinda dan Mikha. Dinda dan Mikha meloloskan daster mereka. Sardi menepuk-nepuk pangkuannya sambil menatap Dinda. Dinda langsung duduk di pangkuan Sardi, tapi berhadap-hadapan. Mikha duduk di pangkuan Jajang.
“emmmhhh mmmhhhh”, kedua gadis cantik itu melirih pelan karena payudara kanan mereka sedang disedot. Cairan hangat yang rasanya manis dan gurih sedang disedot keluar dari payudara mereka. Dinda dan Mikha memang tak hanya menyusui bayi mereka saja, tapi juga ‘menyusui’ Jajang dan Sardi tiap pagi. Bagai bayi yang sangat kehausan, Jajang dan Sardi menyedot kuat-kuat susu yang keluar dari payudara kanan Dinda dan Mikha. Inilah aktivitas kedua gadis cantik itu setiap pagi. Nikmat dan segar rasanya susu Dinda dan Mikha.
“teerusshh Paahhh !!”, Dinda memang sangat suka saat Jajang atau Sardi menyusu kepadanya.
Dia merasa sebagai ibu dan seksi sekaligus. Sementara itu Mikha membelai kepala Jajang.
“hmmm emmmhhh…”, lirih Mikha dan Dinda. Susu 2 dara jelita itu sungguh manis dan segar. Mikha turun dari pangkuan Jajang. Sudah habis ASI di payudara kanannya. Dinda juga sudah selesai menyusui Sardi. Sungguh asik rasanya. Tanpa repot-repot berpakaian, Dinda dan Mikha mengantar Jajang dan Sardi sampai ke depan rumah. Benar-benar kehidupan yang sempurna bagi Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda langsung berlari masuk ke dalam rumah, takut ada yang melihat ketelanjangan mereka. Mereka berdua memungut daster mereka, tapi tak mengenakannya. Mereka lebih suka telanjang bulat saat beres-beres rumah. Tubuh mereka penuh dengan bekas cupangan dimana-mana, tentu bekas cupangan Jajang dan Sardi. Itulah keseharian Dinda dan Mikha yang kini telah mempunyai anak karena ‘keusilan’ Jajang dan Sardi. Tubuh mereka hanyalah untuk Jajang dan Sardi dan hidup mereka sekarang hanya untuk merawat kedua buah hati mereka dan juga melayani Jajang dan Sardi sepenuh hati
No comments