Belajar Dari Sekolah Binatang (Sebuah Analogi Sistem Pendidikan Sekolah Kita Saat ini)
Sebuah kisah sekolah binatang yang menggelitik, menjadi prolog buku "Menyusun PTK itu Gampang" karya guru berprestasi Ameliasari T.Kesuma bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua, orang-orang yeng bekerja di institusi pendidikan sebagai tenaga pendidik, guru begitulah sebutanya. Kisah sekolah binatang ini membuka wawasan saya tentang arti sebuah pembelajaran, mengajar, dan mendidik. Dan kisah sekolah binatang ini juga mungkin bisa membuka wawasan baru rekan-rekan guru semuanya. Cerita sekolah binatang ini adalah analogi dari sekolah kita saat ini, bagaimana siswa-siswa dengan berbagai potensi dan minat, di didik dengan cara dan materi yang seragam.
Al kisah ditengah-tengah hutan belantara, berdiri sebuah sekolah yang dibuat untuk para binatang dengan status "disamakan dengan manusia". Sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia. Karena sekolah tersebut statusnya disamakan, maka kurikulumnya pun harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.
Kisahnya, untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah para binatang yang sekolah di sekolah tersebut harus menuntaskan 5 mata pelajaran, artinya sekolah mewajibkan kepada para murid untuk lulus pada 5 mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masingmata pelajaran. Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah: terbang, berenang, memanjat, berlari, dan menyelam.
Mengingat sekolah tersebut berstatus disamakan dengan manusia, maka berbondong-bondonglah para binatang mendaptarakan diri untuk dapat bersekolah disana, dengan harapan kelak hidupnya akan lebih baik dari binatang-binatang lainya. Para binatang tersebut adalah: Elang, Tupai, Bebek, Rusa, dan Katak.
Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai. Terlihat disana beberapa jenis binatang sangat unggul pada mata pelajaran tertentu. Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang. Dia sangat berbeda dengan binatang lainya, dalam melayang diudara, meliuk-liuk, menyambar, hingga bertengger di dahan pohon yang tinggi.
Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat. Dia sangat pandai, lincah, dan cekatan dalam memanjat pohon, serta berpindah dari satu dahan ke dahan lainya hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.
Sementara bebek sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang. Dengan gayanya yang khas, ia berhasil menyeberangi dan mengitari kolam yang ada di hutan itu.
Rusa adalah murid paling luar biasa dalam pelajaran berlari. Kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang-binatang lain yang bersekolah disana. Larinya bukan hanya cepat tapi indah untuk dilihat.
Lain halnya dengan katak, ia sangat unggul dalam hal menyelam. Dengan gaya berenangnya yang khas, ia menyelam kedalam air dan kembali muncul diseberang sana.
Begitulah pada mulanya, mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dalam pelajaran-peajaran tertentu. Namun ternyata kurikulum harus mewajibkan mereka harus meraih nilai minimal 8 untuk semua mata pelajaran pokok agar bisa lulus dan mendapatkan ijazah.
Inilah awal dari semua kekacauan itu. Para binatang sata demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai bahkan tidak disukainya.
Burung elang mulai belajar cara memanjat dan berlari. Namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam sekalipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja gagal. Bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan napas saat pelajaran menyelam.
Tupai pun demikian. Ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tiggi saat mencoba terbang. Akhirnya, bukanya bisa terbang, tubuhnya malah dipenuhi dengan luka-luka dan mear disana-sini.
Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti untuk pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucu. Bebek pun sedikit bisa terbang. Namun ia hampir putus asa pada saat pelajaran memanjat. Berkali-kali ia mencoba, namun berkali-kali ia terjatuh. Ia mengalami memar disana-sini dan bulu-buluna mulai rontok satu per satu.
Demikian juga dengan binatang lainya, meskipun semua sudah bersusah payah untuk mempelajari pelajaran yang tidak dikuasainya dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakan hasil yang lebih baik.
Yang lebih menyedihkan adalah karean mereka berfokus pada mata pelajaran yang tidak mereka kuasai. Perlahan-lahan elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya, tupai sudah mulai lupa cara memanjat , bebek sudah tidak lagi dapat berenang dengan baik karena sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek sebab terlalu banyak berlatih memanjat.
Katak juga sudah tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat belajar terbang dari satu dahan ke dahan lainya. Diantara semua binatang, rusa lah yang paling malang. Ia sudah tidak dapat lagi berlari kencang, karena paru-parunya sering kemaukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.
Akhirnya, tak satupun murid berhasil lulus di sekolah itu. Yang paling menyedihkan adalah mereka sudah kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan tempat mereka tinggal dulu. Kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karean tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yagng dimilikinya.
Ditulis ulang dari buku "Menyusun PTK itu Gampang"
Karangan Ibu Amelia T. Kesuma.
No comments