Cerita Dewasa Kisah Bidadari Pemerkosaan Putri
Ketika Putri sedang berlibur disebuah desa, Tiba2 hujan turun dengan deras. Putri melihat sebuah teras rumah dan berteduh di terasnya. Tanpa disengaja Putri melihat sesosok pria sedang dipukuli oleh sekelompok orang. Tiba2 pintu rumah terbuka dan seseorang keluar dan membentak Putrid an menyergapnya masuk ke dalam rumah.
Seorang pria yang rambutnya dikuncir ke belakang dan berwajah kasar menyeret tubuh Putri yang meronta-ronta berusaha untuk lepas.
“Lepas…lepasin saya!” jerit gadis itu.
Pria berambut kucir itu segera membekap mulut gadis itu dan meminting tangannya ke belakang agar tidak berteriak lagi.
“Siapa nih!?” tanya Munarman pada pria itu.
“Dia ada di halaman samping Bos, waktu saya panggil dia lari…dia pasti udah liat semuanya” jawab pria itu.
“Ngapain lu disini hah!?” bentak Munarman.
“Mmhh…saya…saya cuma lewat mau pulang ke vila, tapi hujan tambah besar jadi saya kepaksa berteduh dulu…tolong lepasin saya, bener saya ga liat apa-apa!” jawab gadis itu ketakutan, matanya yang indah mulai berkaca-kaca.
“Bohong Bos, dia pasti udah denger dan liat semuanya!” potong si rambut kuncir, “untung tadi saya sigap”
“Gimana nih Bos sekarang?” tanya Irsyad menunggu perintah.
Munarman mengelus-elus dagunya yang berjenggot kambing itu sambil memandangi gadis itu. Usianya masih muda sekitar awal 20an, dari penampilannya sepertinya ia seorang mahasiswi. Parasnya sungguh cantik dengan rambut hitam yang lurus dan panjang, tubuhnya yang langsing dibungkus oleh kaos hitam tanpa lengan dilapisi cardigan pink untuk melindungi dari udara malam serta bawahan berupa celana pendek longgar yang menggantung sejengkal di atas lutut sehingga memperlihatkan pahanya yang jenjang dan mulus. Pakaian dan rambutnya agak basah terkena hujan, nampaknya ia memang bermaksud berteduh.
“Siapa namalu manis?” tanya Munarman mendekati dan mengelus pipi gadis itu.
“Kalau ditanya jawab hah! Siapa nama lo!?” bentaknya melihat gadis itu terdiam ketakutan.
“Saya…Putri, tolong lepaskan saya, saya gak akan bilang siapa-siapa” ibanya tanpa bisa menahan air matanya yang menetes membasahi pipi.
“Putri heh, nama yang indah, seindah rupanya hahaha!” Munarman mengangkat dagu gadis itu, menatapi wajah cantik itu sambil tertawa disambut tawa kedua anak buahnya.
Rabaan Munarman dari pipinya merambat turun ke leher, bahu, hingga akhirnya payudara kiri Putri.
“Jangan…jang…eemmhphp!” jeritan Putri langsung terhambat karena si pria berkucir kembali membekap mulutnya.
“Buka mulutnya Di, biar aja dia teriak…ayo teriak, ga akan ada yang denger suara lu, daerah ini sepi dan lagi hujan!” kata Munarman sambil tangannya mulai meremasi payudara gadis itu.
“Ayo kita nikmatin dulu cewek cantik ini, sayang kan yang bening gini lepas gitu aja…
“Siap Bos…kita juga kebagian kan, capek nih dari tadi mukulin melulu hehehe!” Irsyad nampak antusias dan tersenyum mesum, demikian pula Muchdi, temannya yang rambutnya dikucir itu.
“Hehe…emang Bos dingin-dingin gini paling enak ya ngentot!” sahut Muchdi yang tangannya mulai ikut menggerayangi tubuh Putri.
“Hentikan! Jangan lakukan itu!” jerit Putri sambil meronta berusaha melepaskan diri, namun tenaganya bukanlah tandingan kedua pria itu yang telah menghimpit tubuhnya.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menghindari Munarman yang hendak melumat bibirnya, sementara tangan-tangan kasar mereka sudah bergerilya di tubuhnya. Dalam satu kesempatan ketika kuncian Muchdi mengendur karena sibuk menggerayangi tubuhnya, Putri berhasil menendang perut Munarman dengan lututnya sehingga pria itu terhuyung ke belakang sambil mengaduh memegangi perutnya. Gadis itu buru-buru lari ke arah pintu, namun baru saja beberapa langkah sebuah tangan menariknya ke belakang. Irsyad yang baru saja mengencangkan ikatan Robby dan mengikat mulutnya, rupanya bertindak cukup sigap. Ia berhasil menggapai cardigan gadis itu, menariknya hingga lepas dari tubuhnya. Sesaat kemudian gadis itu sudah berada dalam dekapannya.
“Bajingan! Lepaskan saya!” jerit Putri memakinya.
“Huehehe…mau kemana Put…emmhh…uuh!” Irsyad memperkuat dekapannya sambil berusaha menciumi leher dan tenguk gadis itu.
“Plak! Aawww!” rintih Putri ketika telapak tangan Munarman yang marah mendarat di pipinya.
“Diam perek!” bentaknya.
Air mata gadis itu makin mengucur membasahi pipinya ketika tangan Munarman membetot keras kaosnya hingga robek. Mata ketiga pria bejat itu melotot melihat buah dada gadis itu yang masih terlindung di balik bra kremnya. Tubuh Putri bergetar saat Irsyad menyusupkan tangannya ke balik branya dan mulai meremas payudaranya dengan kasar, jarinya sesekali menjepit dan memelintir putingnya.
“Wuih…ini bener-bener mantep Bos, montok bener!” celoteh Irsad.
Putri semakin menangis mengiba dan menjerit ketika Munarman menarik lepas branya. Terlihat dua buah payudara Putri yang bulat dan masih kencang. “Wow…kenceng bener tetek lo put! Enak tuh klo kita remes dan isep-isep. Hahahaha……”. “Liat putingnya juga masih kecil. Nanti gw bikin keras dan mancung biar lebih seksi” celoteh Munarman.
“Jangan nangis sayang, kita kan mau bersenang-senang. Hahaha….!” kata Munarman sambil meremas payudaranya, “yang gini nih yang gua suka, bener-bener seger!”
“Ayo put, abang bisa kok bikin Non Putri kejang-kejang keenakan huehehehe!” Muchdi mendekatinya dan mulai menggerayangi tubuh atasnya yang sudah topless.
Desahan gadis itu di sela-sela tangisannya membuat ketiga pria bejat yang mengerubunginya semakin bernafsu. Tangan Muchdi kini merambat turun ke bawah, menyusup masuk ke pinggang celana pendek yang dikenakan gadis itu. Putri merasakan tangan kasar pria itu menyentuh permukaan vaginanya, jari-jarinya mengelusi bibir vaginanya. Tubuhnya menggelinjang ketika jari-jari itu menyusup ke vaginanya dan mulai bergerak keluar masuk menggeseki dinding vaginanya. Pada saat yang sama, Munarman menundukkan badannya dan melumat payudara Putri dengan gemas.
“Mmhhh…lepaskan…aaahhh-aahh….jangan!” ia mulai mendesah tak tertahankan.
Irsyad menyibakkan rambut panjang gadis itu ke kanan agar bisa menjilati dan mencupang leher sebelah kirinya. Lidah Irsyad yang kasar dan basah itu menyapu telak kulit lehernya membuat bulu kuduk gadis itu merinding. Mereka lalu menyeret tubuh Putri dan membaringkannya di atas sebuah meja kayu di ruangan itu. Munarman yang mengambil posisi di antara paha gadis itu menarik lepas celana pendek berikut dalamannya. Kini vagina Putri yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat terekpos sudah membuat mata ketiga pria bejat itu nanar menatapinya.
“Wah…gua suka yang kaya gini, jembut lebat, bibirnya rapet!” sahut Munarman sambil meraba kemaluan gadis itu yang sudah agak basah karena dipermainkan Muchdi tadi.
Ia lalu menusukkan jari tengahnya ke liang vagina Putri sehingga tubuh gadis itu mengejang dan jeritan kecil keluar dari mulutnya. Dengan gemas Munarman memutar-mutar jarinya mengobok-obok vagina gadis itu. Tanpa bisa tertahankan Putri menggelinjang, ia memohon agar mereka tidak meneruskan perbuatannya sambil diiringi desahan-desahan yang justru membuat mereka semakin nafsu.
Sementara Muchdi dan Irsyad juga tidak tinggal diam, mereka ikut menggerayangi tubuh mulus Putri yang sudah terbaring tak berdaya. Irsyad mencaplok payudara kiri gadis itu dan mengemut-emutnya, dihisap dan digigitinya puting susu itu hingga pemiliknya semakin menggelinjang dan mendesah tak karuan. Putri menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Muchdi hendak menciumnya, tapi reaksinya malah membuat pria itu tertawa-tawa lalu menjenggut rambut panjangnya, lidahnya langsung menyapu pipinya yang halus lalu menempel pada bibir tipis gadis itu. ‘eeemmhhh….eemmm!’ Putri mengatupkan mulutnya menolak diciumi Muchdi, namun rangsangan pada sekujur tubuhnya membuatnya tak tahan untuk tidak mendesah, Muchdi sendiri saat itu juga aktif menggerayangi lekuk-lekuk tubuh gadis itu. Mulut Putri yang tertutup pun kian mengendur hingga akhirnya Muchdi berhasil memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu dan mencumbuinya dengan liar. Lidah Muchdi mengais-ngais mulut Putri dan menyapu rongga mulutnya, ludah mereka saling bertukar dan tanpa sadar Putri pun mulai ikut memainkan lidahnya beradu dengan lidah pria itu karena libidonya semakin naik tanpa dapat ia kendalikan. ‘Eeenngghhh!’ lenguh gadis itu di tengah percumbuannya karena merasakan ada benda hangat basah menyentuh bibir vaginanya. Ia menggerakkan bola matanya melirik ke bawah sana dimana Munarman tengah membenamkan wajahnya agar dapat melumat vaginanya. Sensasi geli segera timbul dari bawah sana menjalar ke syaraf-syaraf kenikmatan di tubuhnya dan membuat birahinya semakin naik tanpa dapat ia kendalikan. Lidah Munarman menyapu telak bibir vaginanya lalu menyusup masuk menggelitik dinding bagian dalamnya.
“Uuuummhh…gurih, bener-bener hoki kita hari ini bisa nikmatin yang sedap gini hahaha!” celoteh Munarman di tengah lumatannya terhadap kewanitaan Putri.
Dengan dua jari ia membuka bibir vagina gadis itu semakin lebar sehingga menampakkan warna merah merekah. Sementara Irsyad terus menjilati kedua payudaranya secara bergantian, sebentar saja kedua gunung kembar itu sudah basah oleh ludahnya, bekas gigitan memerah juga tampak pada beberapa bagian.
Setelah hampir lima menit bercumbu, Muchdi melepaskan mulutnya dari Putri. Gadis itu bernafas terengah-engah sambil terisak dan mendesah. Belum terlalu lama ia mengambil udara segar Muchdi sudah menarik rambutnya sehingga kepalanya kini terjuntai ke bawah di tepi meja dan pandangannya terbalik.
“Aaah…jangg….eeemmphhh…mm mm!” kata-katanya terputus karena Muchdi menjejalkan penisnya ke mulut gadis itu.
Pria itu memaju-mundurkan penisnya pada mulut Putri seperti menyetubuhinya, kedua kantung pelirnya menampar-nampar hidung gadis itu, aroma tak sedap segera menyergap hidungnya. Namun Putri tidak punya pilihan lain selain beradaptasi mengisap penis di mulutnya. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang di atas meja kayu itu tanpa dapat ditahannya. Tangan-tangan kasar dan lidah-lidah para pria bejat itu terus merangsang tubuhnya. Di bawah sana, lidah Munarman menjelajah semakin dalam ke dalam vagina Putri dan menemukan klitorisnya. Daging kecil yang sensitif itu digigitnya pelan dan dihisap-hisap, kontan Putri pun semakin menggelinjang dan mendesah tak karuan dibuatnya.
“Eemmhhh….eemmmm!” dari mulutnya yang dijejali penis Muchdi terdengar desahan tertahan.
Sebentar saja Putri merasakan vaginanya makin berdenyut-denyut hendak mengeluarkan cairan klimaksnya. Akhirnya…ssrrrr…cairan bening dan hangat itu meleleh dengan derasnya dibarengi dengan mengejangnya tubuh gadis itu. Dengan rakus, Munarman menyeruput cairan itu seperti orang kehausan.
“Ssshhrrppp…ssllluurrpp…i ni baru sip, hhmmm udah ga sabar gua jejelin ****** gua kesini!” kata Munarman setelah puas menyeruput cairan kewanitaan Putri.
Setelah itu ia buru-buru membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras lalu mengarahkan kepalanya ke belahan bibir vagina gadis itu yang sudah becek siap melakukan penetrasi. Saat itu Putri yang masih mengulum penis Muchdi membelakkan mata merasakan sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke vaginanya.
Munarman melenguh keenakan merasakan himpitan dinding vagina Putri yang begitu sempit dan bergerinjal-gerinjal. Tak lama kemudian ia mulai mengocok penisnya keluar masuk, mula-mula pelan hingga frekuensi genjotannya main naik dan menimbulkan bunyi kecipak dari gesekan alat kelamin mereka dan cairan dari vagina gadis itu. Tubuh Putri tergoncang-goncang, demikian pula sepasang payudaranya sehingga nampak makin menggemaskan, sepasang gunung kembar itu tidak pernah lepas dari tangan dan mulut mereka.
“Hhuuuhh…seret banget…uuhh…ini baru top!” sahut Munarman sambil menyetubuhi Putri semakin liar.
“Sepongannya juga sip Bos…edan kaya diisep-isep nih!” timpal Muchdi yang penisnya sedang dioral oleh gadis itu.
“Gantian dong Di, gua juga pengen nyicipin, kayanya enak tuh ya!”
Muchdi mempersilakan Irsyad mengambil posisinya karena ia sendiri tidak ingin buru-buru keluar sebelum menikmati hidangan utamanya yaitu mencoblos vagina gadis itu. Pria berambut cepak itu segera meraih kepala Putri, gadis itu sempat mengambil udara segar sebentar dan sedikit terbatuk-batuk sebelum akhirnya mulutnya kembali dijejali penis, kali ini oleh Irsyad, pria itu memegangi kepalanya sehingga kini kepala gadis itu tidak lagi terjuntai terbalik yang membuatnya tidak nyaman.
“Sudah…saya mo…hhhmmmhh!” Irsyad memasukkan penisnya dengan paksa ke mulut gadis itu dan memotong kata-katanya.
Irsyad mendesah nikmat merasakan mulut gadis itu memanjakan penisnya dengan ludahnya yang hangat dan lidahnya. Putri nampak kewalahan karena penis Irsyad diameternya lebih lebar daripada milik Muchdi. Dengan susah payah Putri mencoba menggerakkan lidahnya menyapu kepala penis itu.
“Uuuhh…mantap put, yah…jilatin terus…emuthh!” desah pria itu sambil meremasi rambut Putri.
Muchdi menarik kursi ke dekat meja itu lalu duduk di atasnya, ia mengamat-amati tubuh mulus Putri yang sudah mulai berkeringat dan mengelusinya dengan kagum. Lidahnya terjulur keluar menjilati wilayah puting gadis itu sementara tangannya yang satu meremasi payudaranya yang sebelah. Di sisi lain, Munarman semakin cepat menggoyangkan pinggulnya menyodok-nyodok vagina Putri dengan penisnya. Mulut pria itu menceracau tak karuan hingga akhirnya melenguh panjang, ia menekankan penisnya dalam-dalam ketika mencapai klimaks. Akhirnya setelah dua puluh menitan menggarap Putri, Munarman tidak bisa lagi menahan keluarnya spermanya yang mengisi vagina gadis itu. Pada saat hampir bersamaan, Putri pun kembali berorgasme, nafasnya mendengus-dengus, erangan tertahan terdengar dari mulutnya yang tengah dijejali penis, tubuh telanjangnya hanya bisa menggelinjang-gelinjang menyebabkan dadanya makin membusung dan membuat Muchdi yang sedang menyusu semakin bernafsu dibuatnya. Terdengar suara ‘plok’ saat Munarman menarik lepas penisnya dari vagina Putri, liang vagina gadis itu ternganga selama beberapa saat sebelum menutup kembali, cairan orgasmenya meleleh keluar dari liang itu bercampur dengan cairan kental berwarna putih susu membasahi selangkangan dan meja di bawahnya.
“Ayo siapa mau coba nih!” sahut Munarman seusai melampiaskan nafsunya.
“Gua Boss…gua dah konak nih daritadi!” Muchdi buru-buru mengambil posisi di antara kedua paha Putri, “eh, Syad…turunin dulu dong, gua mau gaya doggy nih, biar lebih enak!”
Irsyad yang sedang asyik menikmati penisnya dikulum membantunya menurunkan tubuh gadis itu ke lantai. Putri berusaha beringsut untuk menjauh dari mereka, namun ia harus pasrah mendapati kenyataan bahwa tubuhnya sudah terlalu lemas untuk itu, belum lagi ditambah rasa nyeri pada vaginanya yang baru saja dibombardir penis Munarman.
Muchdi mengatur tubuh Putri menungging di lantai kayu itu dengan bertumpu pada kedua lutut dan siku tangannya. Tak lama kemudian kepala penisnya sudah membelah vagina gadis itu.
“Ooohh…sakit!” Putri mendesah lirih, “Aahhkk!!” Muchdi menyentakkan pinggulnya kuat-kuat setelah penisnya menancap setengahnya hingga benda itu melesak masuk dan gadis itu menjerit.
Tanpa memberi kesempatan pada gadis itu untuk beradaptasi, Muchdi menyodok-nyodokkan penisnya dengan buas. Nampak sepasang payudara Putri terayun-ayun seirama goncangan tubuhnya menciptakan suasana yang semakin erotis. Tangan kiri Muchdi meraih payudara itu dan meremasinya sambil terus menyodoknya dari belakang. Erangan Putri semakin keras, matanya merem-melek, secara refleks ia juga turut menggerakkan pinggulnya mencari kenikmatan. Munarman dan Irsyad tertawa-tawa melihat reaksi gadis itu.
“Hahaha…tuh kan jadi ketagihan, tadi nangis-nangis minta dilepasin sekarang malah pengen dientot!” ejek Munarman.
“Biasa Bos…belum tau enaknya dia hahaha!” timpal Irsyad.
Sodokan Muchdi semakin cepat, lenguhannya bercampur dengan erangan Putri memenuhi ruangan itu, ditambah lagi dengan bunyi tumbukan alat kelamin mereka, ‘plok…plok…plok!’. Sementara itu, Robby yang terikat tak berdaya hanya bisa menyaksikan gadis itu diperkosa tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya ia merasa sangat kasihan dan ingin menolongnya, namun apa yang dapat diperbuatnya? bahkan nasibnya sendiri sedang di ujung tanduk. Secara naluriah, ia sendiri terangsang melihat gadis secantik Putri diperkosa massal oleh ketiga bajingan itu, tanpa dapat ditahan penisnya pun mengeras karenanya.
“Uuuhh…uhhh…enak kan put…seretnya!” ceracau Muchdi yang terus menggenjoti gadis itu dan meremas-remas payudaranya.
“Ditanya jawab yah!! Enak gak put!!” Muchdi menjambak rambut panjang gadis itu hingga kepalanya menengadah.
“Aduuhh….ahhh…iyah enak…sakit, jangan ditarik gitu….aahh!” rintih Putri yang wajahnya semakin berlinang air mata.
Ketiga pria bejat itu tertawa-tawa, ejekan-ejekan yang melecehkannya terus keluar dari mulut mereka.
“Ayo Di…bikin non Putri kelepek-kelepek hahaha!” kata Irsyad.
Merasa tertantang Muchdi semakin mempercepat sodokannya pada vagina gadis itu. Hingga akhirnya tak lama kemudian pria itu semakin melenguh-lenguh, frekuensi genjotannya semakin cepat dan remasannya pada payudara gadis itu semakin keras. Desahan Putri bercampur dengan rintihan kesakitan. Dengan satu lenguhan panjang, preman berkuncir itu menancapkan penisnya dalam-dalam dan melepas orgasme. Untuk kedua kalinya vagina Putri terisi dengan sperma, ia dapat merasakan kedutan-kedutan penis pria itu dan cairan putihnya yang hangat memenuhi rahimnya. Ketika Muchdi mencabut penisnya nampak cairan spermanya bercampur cairan kewanitaan gadis itu membentuk untaian sepanjang lima centian.
“Nih…bersihin!” perintah Muchdi menarik rambut Putri dan mendekatkan penisnya yang belepotan ke bibir gadis itu.
Putri pun melakukan yang diperintahkannya, penis itu ia jilati dan kulum, cairan-cairan yang berlumuran disana dijilatinya hingga bersih sampai sisa-sisa sperma pun dihisapinya.
“Hhhssshhh…ngisepnya jago juga lu put, dah pengalaman ya!?” komentar Muchdi
“Lu pecun yang suka beroperasi di puncak ya put, hahaha!” ejek Irsyad membuat kupingnya memerah.
“Hus…yang bener aja lu Syad pecun disini mana ada yang bening gini, biasanya item-item kaya babu gitu hehehe” sahut Munarman.
Putri merasakan tubuhnya luluh lantak sehingga ia harus bersandar pada kaki meja menopang tubuhnya, namun ia masih merasakan kurang karena bersama Muchdi tadi ia hampir mencapai klimaks namun pria itu sudah lebih dulu klimaks dan menarik lepas penisnya. Sekarang giliran Irsyad mencicipi tubuhnya, pria cepak bertubuh besar itu mendekapnya, lalu duduk di kursi dan menaikkan gadis itu ke pangkuannya dalam posisi memunggungi.
“Angkat badan lu dikit manis!” perintah Irsyad di dekat telinga Putri, “buka memek lu terus masukin nih ****** gua”
Orgasme yang tidak kesampaian membuat Putri menikmati persetubuhan itu. Ia mengangkat tubuhnya sedikit, tangan kanannya membuka lebar-lebar bibir vaginanya dan yang kiri menggenggam penis Irsyad yang berurat, mengarahkannya memasuki liang senggamanya. Ia mulai menurunkan tubuhnya pelan-pelan setelah dirasanya kepala penis itu menyentuh bagian tengah vaginanya. Desahannya mengiringi proses penetrasi penis itu. Berkat cairan kewanitaan yang telah membanjiri vaginanya, penis besar Irsyad lebih mudah memasuki vaginanya, namun tetap saja rasa ngilu mengiringinya karena vaginanya sudah sejak tadi digempur. Irsyad lalu memutar wajah Putri dan melumat bibirnya. Putri membalas permainan lidah pria itu sambil beradaptasi dengan penis yang menyesaki vaginanya itu. Tanpa disuruh, Putri mulai menggerakkan tubuhnya naik turun tanpa melepas percumbuannya dengan preman itu. Kedua tangan kasar Irsyad terus bercokol pada payudara gadis itu, meremasi, memilin atau mencubiti putingnya. Goyangan tubuh Putri kian cepat, mulutnya juga semakin menceracau menahan nikmat. Munarman yang mulai bernafsu lagi mendekati mereka, ia meraih kepala Putri dan menjejali mulut gadis itu dengan penisnya. Muchdi juga tidak membiarkan tangan gadis itu yang nganggur, ia menggenggamkan penisnya pada tangan gadis itu dan memintanya untuk mengocok. Sambil menikmati vagina Putri, Irsyad mencium dan menjilati leher jenjangnya, sementara tangannya bergerilya menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang mulus itu. Tanpa dapat ditahan Robby yang terikat di kursi juga terangsang melihat adegan itu, tak terasa penisnya juga mulai basah karenanya.
“Eeemm…mmmm…uuhhm!” suara desahan Putri yang tertahan oleh penis Munarman.
Ia merasakan penis itu semakin bertambah keras di mulutnya. Munarman tidak lagi memegangi kepalanya, Putri menggenggam sendiri penis itu sambil memaju-mundurkan kepalanya dan mengulum-ngulum benda itu. Sementara tangannya yang satu sedang mengocok penis Muchdi dengan kecepatan sedang disertai pijatan membuat pria itu melenguh menahan nikmat. Tak lama kemudian mengeluarkan penis Munarman dari mulutnya dan ganti mengoral penis Muchdi.
“Bagus…sekarang udah nurut ya! Udah ketagihan ****** rupanya” kata Muchdi.
Tanpa mempedulikan komentar-komentar yang merendahkannya itu, Putri terus mengulum dan mengocoki penis Munarman dan Muchdi sambil menaik-turunkan tubuhnya. Lidahnya menyapu kepala penis Muchdi dan menggelitik lubang kencingnya membuat pria itu semakin tak tahan hingga tak lama kemudian…croot…ccroot…diiringi lenguhan panjang Muchdi mengeluarkan spermanya di mulut gadis itu.
“Uuhh…enakhh!” lenguhnya sambil memegangi kepala gadis itu, “isep put…isep kuat…minum peju gua!
Putri gelagapan namun mau tidak mau ia harus menghabiskan cairan putih yang tertumpah di mulutnya itu, baunya sungguh tajam dan kental, sebagian cairan itu meleleh di sudut bibirnya karena yang keluar cukup banyak. Ia terpaksa menelan cairan putih kental itu agar tidak terlalu terasa di mulutnya, selain itu juga dihisapinya penis Muchdi yang semakin menyusut itu dan dihisapi sisa-sisa spermanya hingga pria itu akhirnya mencabut penisnya dengan puas. Baru sebentar penis Muchdi lepas dari mulutnya, Munarman yang penisnya sedang sedang dikocok olehnya juga mencapai klimaks. Penisnya berkedut-kedut dan menyemprotkan isinya ke wajah cantik gadis itu. Pria itu tersenyum puas setelah berejakulasi di wajah gadis itu. Sperma di wajah putri turun hingga mengenai payudaranya yang bulat padat.
“Mulutnya dibuka!” perintahnya, ia lalu mengarahkan penisnya ke mulut Putri sehingga cipratan spermanya masuk ke mulut gadis itu.
Kembali mulut Putri dijejali penis, kali ini oleh Munarman yang memintanya mengisap dan membersihkan miliknya itu dari sisa-sisa sperma. Mereka tertawa-tawa melihat keadaan Putri dengan wajah telah belepotan sperma.
“Hehehe…gitu lebih cantik Non, lumayan tuh buat krim wajah, jadi tambah cantik!” ejek Muchdi.
Terlihat sekali Putri menikmati perkosaan atas dirinya itu, tubuhnya sudah dikuasai dorongan seksual tanpa menghiraukan cemoohan ketiga pemerkosanya itu. Ia meliuk-liukkan tubuhnya sehingga penis besar Irsyad semakin mengaduk-aduk vaginanya.
“Uuuhh…ngehek…mau keluar nih…eerrrhh!!” geram Iryad sambil menurunkan tubuh Putri dan bangkit dari kursi tanpa melepas penisnya yang tertancap.
Putri segera menumpukan kedua tangannya pada tepi meja di dekatnya, persetubuhan itu berlanjut dengan posisi si pria menyodoki dari belakang sambil berdiri dan si wanita berdiri nungging dengan bertumpu pada bibir meja di depannya. Dengan posisi demikian Putri merasakan penis Irsyad menyodok semakin dalam dan semakin kencang. Desahan Putri semakin menjadi-jadi, mulut gadis itu membuka bulat dan mengeluarkan desahan yang susul menyusul dengan lenguhan pria itu.
“Aaahh…aakkhh…ooooohh!” Putri mengerang sekuat tenaga seiring dengan ledakan orgasme yang seakan meledakkan tubuhnya dari dalam.
Tubuhnya mengejang dengan dahsyat, vaginanya semakin becek dan semakin kuat mencengkram penis Iryad yang juga sudah mau meledak. Pria berambut cepak itu pun akhirnya tak tahan lagi, dengan satu dorongan keras dilesakkannya penisnya dalam-dalam pada vagina Putri.
“Uugghh!” Irsyad mendesah nikmat sambil menumpahkan spermanya mengisi vagina gadis itu.
Pria itu meresapi orgasme itu dengan memeluk tubuh mulus itu merasakan kehangatan tubuh gadis itu menyatu dengan tubuhnya. Tangannya meremasi payudara gadis itu dan mulutnya menciumi tenguk dan pundaknya.
“Wah…gua konak lagi nih, sini Non sama abang lagi!” Muchdi yang penisnya mulai mengeras lagi meraih lengan Putri begitu Irsyad melepaskan dekapannya.
Tubuh Putri saat itu demikian lemah lunglai setelah mengalami orgasme panjang bersama Irsyad, namun Muchdi sepertinya tidak terlalu mempedulikannya. Pria itu duduk selonjoran di lantai dan mendudukkan gadis itu di selangkangannya.
“Aaahhh!!” desah Putri merasakan vaginanya kembali dimasuki penis.
“Yah Non…turun terus, masuk nih…uuhhh gitu!” Muchdi merasakan nikmat penisnya terjepit himpitan vagina gadis itu.
Pria itu menyentakkan pinggulnya ke atas setelah lebih dari setengah batang penisnya melesak ke vagina Putri, akibatnya tubuh gadis itu pun ikut tersentak dan jeritan kecil keluar dari mulutnya tanpa tertahankan.
“Goyang Non!” perintah pria berkuncir itu.
Putri pun mulai menaik-turunkan tubuhnya. Muchdi menikmati goyangan gadis itu sambil mengenyoti dadanya yang kanan. Tangannya menjelajahi kemulusan tubuh gadis itu. Lima menit kemudian Munarman mendekati mereka dan mendorong punggung gadis itu ke depan sehingga pinggulnya lebih menungging.
“Lubangnya masih ada kan, gua sekarang mau nyoba lubang yang ini nih!” kata Munarman sambil mencucukkan jarinya ke dubur Putri.
“Aaahh…jangan, jangan disitu!” Putri mengiba ketika pria itu mulai mengarahkan penisnya ke lubang belakangnya.
Muchdi memegangi lengan Putri yang meronta-ronta sementara Munarman terus menekan penisnya memasuki anus gadis itu. Putri merintih menahan sakit merasakan lubang belakangnya dimasuki paksa oleh penis pria itu. Jari-jari pria itu sudah lebih dulu memasuki lubang itu untuk membuka jalan bagi penisnya.
“Aaaaww….sakkiitt…aarrhh! ” mata Putri membelakak dan mulutnya menjerit merasakan nyerinya anal seks secara paksa itu.
“Uuuggh…sempitnya!” lenguh Munarman mengomentari lubang dubur Putri yang jauh lebih sempit dari vaginanya.
Penis kedua pria itu menyodok-nyodok kedua lubang Putri seperti mesin saja. Robby yang terikat di kursi sempat bertatap mata dengan gadis malang yang sedang diperkosa itu. Ia melihat beban penderitaan yang sangat berat pada mata gadis itu, dari tatapan matanya seolah ia ingin meminta tolong pada dirinya. Simpati, kasihan, marah, dan terangsang bercampur-baur dalam hatinya. Ia benar-benar muak dengan kebiadaban para begundal itu, mereka seolah tidak cukup menyiksa dirinya, tapi juga menzalimi orang lain yang tidak tahu apa-apa mengenai masalah ini. Giginya gemertak dan tangannya mengepal keras, seandainya saja ia mampu melepaskan ikatan, ingin rasanya menghajar ketiga pria amoral itu dan membebaskan gadis itu. Tidak tahan terus menyasikan, ia hanya dapat memalingkan wajah atau memejamkan mata tidak tahan melihat kebiadaban itu. Kini Irsyad juga maju, ia mengangkat wajah gadis itu dan menyuruhnya mengoral penisnya yang mulai bangkit lagi. Pria itu dengan paksa menjejali mulutnya dengan penis sehingga membuat Putri tersiksa karena gelagapan. Sambil menahan nyeri pada duburnya yang sedang dibombardir Munarman, vagina yang sedang dipompa, ia mulai menjilati penis Irsyad yang dimasukkan ke mulut Putri. Muchdi yang sedang memompa vagina Putri memegang kedua lengan putri dan merapatkannya. Munarman yang sedang menggenjot anus Putri dengan kasarnya dia memilin dan meremas2 kedua payudara Putri yang bulat dan padat tersebut. Sementara Irsyad yang asik dioral oleh Putri menelusupkan 2 jari kedua tangannya ke lipatan ketiak putri dari belakang dan mengocok2 didalamnya
“Eemmm…eengghhh..mmmhh!” desah gadis itu tertahan.
Dengan diserangnya seluruh bagian sensitif tubuhnya, Putri merasakan darahnya semaking berdesir, gelombang klimaks akan segera menerpanya kembali. Namun sebelumnya, Munarman sudah terlebih dulu orgasme karena sempitnya lubang belakang gadis itu. Ia melenguh panjang, menarik penisnya dan menyemprotkan spermanya membasahi punggung dan bongkahan pantat gadis itu. Baru setelahnya, sekitar tiga menit kemudian Putri mencapai puncak kenikmatannya, tubuh mulusnya menggelinjang hebat di atas tubuh Muchdi, mulutnya mengeluarkan erangan panjang, tangannya mengocoki penis Irsyad semakin cepat. Kedua bawahan Munarman itu menurunkan tubuh Putri dan menelentangkannya di lantai. Muchdi terus menggenjotnya sampai lima menit ke depan hingga akhirnya ia mencabut penisnya dan menumpahkan spermanya membasahi perut gadis itu. Tubuh Putri semakin blepotan cairan putih itu setelah Irsyad menuntaskan hajatnya dengan menyemburkan spermanya di wajah gadis itu.
Ketiga pria tak bermoral itu pun meninggalkan tubuh telanjang gadis itu terbaring lemas bersimbah keringat dan sperma. Mereka tertawa puas berhasil menikmati kehangatan tubuh putri. Mereka mulai memakai kembali pakaiannya.
No comments